Di 2024, Kapasitas PLTP Lumut Balai Ditingkatkan Dua Kali Lipat
PLTP Lumut Balai menjadi satu dari dua PLTP yang beroperasi di Sumsel selain PLTP Rantau Dedap.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
MUARA ENIM, KOMPAS — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk akan meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lumut Balai di Muara Enim, Sumatera Selatan, menjadi 110 megawatt. Adapun kapasitas terpasang saat ini sebesar 55 MW. Penambahan kapasitas terpasang dilakukan lewat pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 1 yang berkapasitas 55 MW telah beroperasi sejak 2019. Kapasitas itu setara melistriki sekitar 55.000 unit rumah, dengan asumsi kebutuhan satu unit rumah sekitar 1 kilowatt serta pengurangan emisi gas rumah kaca setara 300.000 ton karbon dioksida (CO2) ekuivalen.
Pejabat Sementara General Manager PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) Area Lumut Balai Aris Kurniawan, di Muara Enim, Kamis (29/2/2024), mengatakan, berdasarkan peta jalan pengembangan perusahaan, pada 2024 PLTP Lumut Balai Unit 2 ditargetkan selesai konstruksi untuk dilanjutkan tahap commissioning.
”Saat ini unit 2 sudah masuk tahap EPCC (engineering, procurement, construction, and commissioning) atau konstruksi pembangkitnya. Desember (2024) diharapkan masuk fase commissioning hingga nantinya dilanjutkan operasi komersial (commercial on date). Sejauh ini masih sesuai rencana,” kata Aris di sela-sela kunjungan peserta Jelajah Energi Sumsel yang diselenggarakan Institute for Essential Services Reform (IESR).
Ia menambahkan, PGE memastikan para pemangku kepentingan dalam pembangunan konstruksi dapat memenuhi target pengerjaan sesuai jadwal. Juga, memilih vendor-vendor yang memiliki kapabilitas sehingga penyelesaian konstruksi sesuai rencana, berlanjut ke commissioning, hingga nantinya pada tahap komersial.
PLTP Lumut Balai menjadi satu dari dua PLTP yang beroperasi di Sumsel selain PLTP Rantau Dedap yang dioperasikan PT Supreme Energy Rantau Dedap.
Adapun PLTP Lumut Balai terletak di wilayah kerja panas bumi (WKP) Lumut Balai dan Margabayur, Sumsel, dengan perkiraan potensi yang telah terpetakan sebesar 270 MW. Dengan pengembangan Proyek Lumut Balai Unit 2, kapasitas terpasang untuk Area Lumut Balai nantinya sebesar 110 MW atau setara dengan menerangi 110.000 unit rumah. Aris mengatakan, aspek keamanan diperhatikan dalam setiap kegiatan di PLTP Lumut Balai, termasuk saat melakukan uji sumur.
”Semua harus mengikuti prosedur operasi standar (SOP). Di samping itu, kami memastikan semua perlengkapan dan peralatan dalam kondisi baik. Dalam prosedur SKPP (sertifikat kelayakan penggunaan peralatan), kami melibatkan para pemangku kepentingan. Sebelum operasi uji, mereka dilibatkan untuk inspeksi,” tuturnya.
PLTP Lumut Balai menjadi satu dari dua PLTP yang beroperasi di Sumsel selain PLTP Rantau Dedap yang dioperasikan PT Supreme Energy Rantau Dedap. Adapun kapasitas terpasang PLTP Rantau Dedap adalah 91 MW. Dengan demikian, total kapasitas terpasang pembangkit panas bumi di Sumsel sebesar 146 MW atau baru 15,9 persen dari total potensi yang mencapai 918 MW.
Menurut data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumsel, pengembangan energi panas bumi berikutnya ialah PLTP Danau Ranau di Kabupaten Ogan Komering Ulu dengan kapasitas 55 MW. Saat ini status PLTP tersebut masih mempersiapkan rencana pengembangan WKP dengan skema kemitraan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Operasi atau commercial operation date (COD) PLTP itu ditargetkan pada 2028.
Kepala Seksi Konservasi Energi pada Dinas ESDM Sumsel Ira Rihatini mengatakan, pengembangan energi panas bumi menjadi kewenangan pemerintah pusat. Adapun pemerintah provinsi membantu memfasilitasi koordinasi, termasuk dengan pemerintahan tingkat kecamatan dan desa. Pemprov Sumsel berkomitmen terus mendukung pengembangan energi terbarukan.
”Kami harapkan energi terbarukan berkembang lebih maju untuk menggantikan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) mulut tambang. Apalagi, panas bumi sifatnya andal sehingga nantinya, secara bertahap, diharapkan menggantikan (peran) batubara,” ucapnya.
Tantangan
Ia menambahkan, salah satu tantangan dalam pengembangan panas bumi di Sumsel ialah lokasi potensinya yang jauh dari perkotaan atau dari permukiman padat penduduk. Artinya, belum ada fasilitas jalan sehingga investasi awal pengembangan panas bumi adalah dengan membangun akses jalan.
Menurut data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang PLTP di Indonesia hingga akhir 2023 ialah 2.417,7 MW atau bertambah 57,4 MW dari 2022 yang 2.360,3 MW. Penambahan kapasitas dalam empat tahun terakhir belum signifikan, mengingat hanya bertambah 282,1 MW sejak 2019 yang 2.135,6 MW. Padahal, Indonesia memiliki potensi panas yang besar lantaran berada di kawasan cincin api (ring of fire).
Energi panas bumi lebih stabil dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya lantaran tak terpengaruh kondisi cuaca.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2020, total potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 23.700 MW serta menyimpan 40 persen cadangan panas bumi dunia.
Koordinator Subnasional Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Rizqi Prasetyo menambahkan, tenaga panas bumi potensial untuk dikembangkan dalam skala besar. Selain itu, energi panas bumi juga lebih stabil dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya lantaran tak terpengaruh kondisi cuaca.
Namun, ada tantangan berupa besarnya investasi yang diperlukan, juga besarnya risiko yang dihadapi oleh pihak yang ingin mengembangkan. ”Perlu upaya agar proyek bisa berjalan cepat, antara lain membuat eksplorasi berjalan efektif untuk meminimalisasi risiko kegagalan. Misalnya, dengan studi atau riset dan pengembangan yang lebih matang,” tuturnya.