Bela Negara Tanpa Senjata di Ujung Kalimantan
Rangkaian ekspedisi rupiah 2024 telah dimulai. Kali ini, perjalanan itu di mulai dari Kalimantan Utara.
Sang surya mulai sayup. Sinarnya perlahan meredup seiring belaian lembut angin laut dari ufuk barat Pulau Tarakan, Kalimantan Utara, Jumat (23/2/2024). Hingga pada akhirnya, langit jingga pun pecah dan berganti gulita yang masih tampak malu-malu menyelimuti.
Jarum jam menunjukkan pukul 19.00 waktu Indonesia bagian tengah (Wita). Dari jauh, seberkas cahaya dari dua kapal pengangkut (tugboat) atau biasa disebut kapal tunda menghampiri Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr Soeharso yang tengah bersandar di Dermaga Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) XIII Tarakan.
Salah satu kapal tunda yang merapat itu mendorong sisi buritan KRI dengan panjang 122 tersebut perlahan menjauh dari kapal. Di dermaga, drum band memainkan lagu kebangsaan, mengiringi bertolaknya KRI menuju hamparan luas lautan.
KRI dr Soeharso pun bertolak menuju Pulau Sebatik untuk memulai Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2024, kegiatan distribusi uang kartal ke pulau terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Syahdan, para perajurit yang bertugas di anjungan KRI pun berseru, ”Sigap, andal, semangat” seraya meneriakkan, ”Jalesvevajayamahe” yang dalam bahasa Indonesia lebih kurang berarti di perairanlah kita berjaya. Ungkapan tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, yakni jalesu dan eva, serta jayamahe.
KRI yang berfungsi sebagai kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) bernomor lambung 990 tersebut telah menempuh perjalanan selama empat hari dari Surabaya, Jawa Timur. Setelah seharian bersandar, KRI dr Soeharso (SHS) pun bertolak menuju Pulau Sebatik untuk memulai Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2024, kegiatan distribusi uang kartal ke pulau terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Pengalaman pertama
Bagi salah seorang prajurit TNI AL yang bertugas di bagian anjungan kapal, ekspedisi itu adalah pengalaman pertamanya terlibat dalam kerja sama antara Bank Indonesia (BI) dan TNI AL. Ini juga pertama kalinya bagi dia menjejakkan kaki di sisi utara Borneo.
Pria yang mengenakan seragam loreng biru dengan tanda pangkat berbentuk centang alias pangkat kopral itu sebelumnya telah menjalankan tugas selama 12 tahun di wilayah perbatasan Papua.
”Saya baru pertama kali ke Tarakan. Sebelumnya saya bertugas di Jayapura dan belum lama dipindahkan ke Surabaya. Sama-sama ke perbatasan, tetapi kali ini tanpa senjata,” katanya sembari mengepulkan asap rokok ke langit-langit.
Rasanya tidak jauh berbeda dengan misi kemanusiaan lainnya. Sebelumnya, saya ikut dalam misi membagikan bantuan saat terjadi bencana.
Prajurit lain yang bertugas di bagian dapur kapal punya cerita sendiri. Baru Januari lalu ia dipindahtugaskan setelah 12 tahun mengemban tugas sebagai kru KRI Hiu TNI AL. Kini ia berlayar bersama KRI SHS 990.
Kendati bukan yang pertama kali, perjalanan ke Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan negeri jiran itu menjadi pengalaman baru bagi prajurit asal Blora, Jawa Tengah, itu.
”Rasanya tidak jauh berbeda dengan misi kemanusiaan lainnya. Sebelumnya, saya ikut dalam misi membagikan bantuan saat terjadi bencana,” katanya saat ditemui di sisi kanan kapal.
Simbol kedaulatan
Prajurit TNI AL yang bertugas di atas KRI SHS 990 dalam misi ERB 2024 ke Tarakan berjumlah 130-an orang. Tugas mereka kali ini ialah mengawal perjalanan rupiah tiba di ujung perbatasan dengan selamat sampai ke masyarakat.
Sepenggal kisah dari dua prajurit yang bertugas di KRI SHS 990 tersebut mengingatkan kembali sambutan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali yang diwakili Koordinator Staf Ahli KSAL Laksamana Muda TNI Budi Setiawan. Budi mengingatkan, letak geografis dan karakter negara kepulauan menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dalam menjaga kedaulatan.
Baca juga: BI Distribusikan Uang Kartal di Empat Pulau Terluar di Kalimantan
Menurut dia, kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak hanya soal menjaga batas-batas dan keamanan negara. Dalam hal bertransaksi di berbagai kegiatan ekonomi, rupiah turut menjadi simbol atas kedaulatan bangsa Indonesia, terutama di wilayah 3T.
”Rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa yang harus senantiasa kita jaga sebagai wujud nyata semangat bela negara,” katanya saat memberikan sambutan dalam Peluncuran ERB 2024.
Kolaborasi BI-TNI AL
TNI AL memiliki sejumlah fasilitas untuk menjangkau wilayah perairan dan wilayah 3T. Di sinilah titik pertemuan kepentingan antara TNI AL dan BI yang sama-sama berupaya menjaga kedaulatan NKRI.
Meski sama-sama berada di garda terdepan dalam hal bela negara, senjata yang digunakan BI ialah mata uang rupiah. Ibarat kata, menjaga rupiah sama halnya dengan menjaga kedaulatan dan menghormati kemerdekaan.
”Pulau Sipadan dan Ligitan itu direbut Malaysia karena di sana tidak ada transaksi menggunakan rupiah. Oleh sebab itu, kami ingin memulai (ERB) dari Pulau Sebatik mengingat di sana merupakan wilayah perbatasan,” kata Deputi Gubernur BI Doni P Joewono.
Sebagai daerah yang berbatasan dengan Malaysia, Pulau Sebatik mempunyai peran penting sebagai garda depan negara karena berbatasan dengan sangat rapat dan rentan bersinggungan.
Menjaga kedaulatan di wilayah perbatasan bukanlah perkara mudah. Untuk menuju ke sana, butuh akses. Untuk itu, BI telah menjalin nota kesepahaman dengan TNI AL. Ini tertuang dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama antara BI dan TNI AL mengenai Pendistribusian, Pengamanan, dan Pengawalan Uang Rupiah dari dan ke BI atau Perwakilan BI serta Wilayah Perbatasan, Terdepan, dan Terluar serta Terpencil di NKRI sejak 2012.
Dari 2012 hingga 2023, kolaborasi tersebut telah membuahkan 110 kali kegiatan layanan kas keliling di wilayah 3T yang menjangkau 565 pulau. Tahun lalu telah terealisasikan pendistribusian uang rupiah ke 17 provinsi dan 85 pulau 3T dengan jumlah penukaran uang rupiah senilai Rp 131,5 miliar dan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) senilai Rp 6,7 miliar.
ERB 2024 ditargetkan berlangsung 18 kali di 18 provinsi dengan target jangkauan 90 pulau 3T. Rangkaian kegiatan akan dimulai dengan perjalanan di pulau-pulau 3T yang tersebar di Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan, 23-29 Februari 2024. Total nilai penukaran adalah Rp 8 miliar.
Garda depan
Melalui kegiatan itu, Pemerintah Daerah Kalimantan Utara berharap seluruh masyarakat dapat menikmati kedaulatan rupiah, terutama mereka yang tinggal di wilayah 3T. Terlebih, rupiah bukan hanya sekadar uang sebagai alat tukar, melainkan juga sarana untuk membangun ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
”Sebagai daerah yang berbatasan dengan Malaysia, Pulau Sebatik mempunyai peran penting sebagai garda depan negara karena berbatasan dengan sangat rapat dan rentan bersinggungan,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Utara Suriansyah, yang hadir mewakili Gubernur Kalimantan Utara.
Baca juga: Menjaga Daulat Rupiah hingga ke Ujung Negeri Rempah
Kegiatan ekonomi masyarakat di Pulau Sebatik juga berhubungan dengan negeri jiran, misalnya dalam urusan menjual hasil bumi dan laut serta bahan pokok lainnya. Hal ini mengakibatkan adanya peredaran ringgit.
Pada akhirnya, bela negara bisa dilakukan tanpa senjata dan justru dimulai dengan hal-hal kecil yang acap kali kurang disadari. Uang yang setiap hari hampir tak luput dari dompet dan tangan kita, misalnya, jadi salah satunya. Tanpa sadar, dengan menjaga dan merawat uang rupiah atau tidak merusaknya, kita turut bangga dengan NKRI.