Euforia Hitung Cepat Pemilu Hanya Berefek Sesaat pada IHSG
Faktor fundamental perekonomian masih menjadi penentu jangka panjang daripada hasil sementara Pemilu 2024.
JAKARTA, KOMPAS — Hasil hitung cepat pemilihan calon presiden dan wakil presiden menjadi sentimen positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada Kamis (15/2/2024). Sentimen ini diperkirakan hanya berdampak sesaat. Fundamen perekonomian masih jadi penentu.
IHSG hari ini ditutup pada level 7.303,28 poin, tumbuh 1,3 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan Selasa (13/2/2024), sebelum libur pemilu. Namun, posisi itu melorot daripada indeks di pembukaan perdagangan yang sempat melonjak hingga 7.365,68 poin.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Analis pasar Head of Research Mirae Asset, Robertus Hardy, mengatakan, pemilu yang berlangsung pada Rabu (14/2/2024), hanya menjadi sentimen jangka pendek bagi IHSG, yang jadi indikator kinerja pasar saham. ”Kalau dilihat, kenaikan indeks saham hari ini tidak setinggi yang diharapkan,” katanya.
Ia membaca, kenaikan IHSG hanya terjadi sesaat karena reli tidak berlanjut di hari yang sama. Ini terlihat dari nilai IHSG pada saat penutupan yang lebih rendah daripada di awal pembukaan perdagangan. Penurunan ini, kata Robertus, mengindikasikan investor segera melakukan aksi ambil untung, daripada membeli atau menahan sahamnya.
”Kalau kenaikan harganya cukup kuat biasanya ditandai dengan kenaikan level penutupan yang lebih tinggi dari saat pembukaan,” ujarnya.
Sentimen positif pemilu ini ditopang oleh hasil hitung cepat berbagai survei yang menunjukkan indikasi keunggulan salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pasangan itu unggul di hampir seluruh penghitungan cepat lebih dari 50 persen dibandingkan dengan dua pasangan calon lainnya.
Meskipun, hasil hitung cepat memberi kepastian, Robertus mengingatkan, investor perlu mempertimbangkan potensi perlawanan dari pihak lawan. Ditambah lagi, adanya keprihatinan banyak kalangan akan pelanggaran etika yang menyebabkan kemenangan paslon tertentu. Jika hal ini berkembang pascapemilu sampai menimbulkan kekacauan publik, IHSG bisa anjlok secara tiba-tiba.
”Ke depan, ada kemungkinan bahwa legitimasi paslon yang berhasil unggul di balik pelanggaran etika akan cenderung dipertanyakan,” kata Robertus.
Baca juga: IHSG Menguat, Saham Pendukung Pasangan Prabowo-Gibran Meroket di Awal
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project, William Hartanto, juga melihat investor memanfaatkan kenaikan saham untuk mengambil keuntungan. Namun, aksi itu tidak dilakukan karena antisipasi atau kepanikan pasar, setidaknya sampai hari ini.
”Tentu tidak ada, antisipasi dan panic selling tidak terjadi. Tapi kemungkinan penguatan ini hanya euforia sesaat itu ada. Ini karena sentimen pemilu yang berlangsung damai dan kemungkinan berakhir dalam satu putaran,” tutur William saat dihubungi terpisah.
Di sisi lain, sebagian investor, masih menanti kepastian penghitungan suara resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang akan diumumkan antara 20-24 Maret 2024. Sesuai aturan, untuk menang, pasangan kandidat presiden-wakil presiden harus memperoleh suara lebih dari 50 persen dan lebih dari 20 persen setidaknya di setengah dari 38 provinsi. Jika tidak ada yang mencapai ambang batas tersebut, putaran kedua antara dua pemenang teratas akan diadakan pada tanggal 26 Juni.
Faktor fundamental
Ia juga menangkap, pasar tidak khawatir dengan hasil pesta demokrasi. Ini diindikasikan dengan nilai transaksi harian pada Kamis ini yang mencapai Rp 14,7 triliun, dengan transaksi harian yang selama beberapa waktu terakhir masih terjaga di rata-rata Rp 9 triliun.
IHSG belakangan justru lebih dipengaruhi kinerja perusahaan dan perekonomian Indonesia. Sebagai contoh, penurunan IHSG sampai 1 persen ke level 7.209 pada Selasa (13/2/2024), disebabkan turunnya harga saham dengan volume besar.
Baca juga: Menko Perekonomian: Pemilu Kondusif Jaga Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa di antaranya adalah saham di dua perusahaan tercatat di bursa atau emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Selain itu juga pelemahan saham berkapitalisasi besar seperti saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Ditambahkan Robertus, dalam jangka panjang, sentimen fundamental akan lebih berpengaruh. Sentimen itu seperti kinerja operasional dan keuangan dari setiap emiten, serta kondisi makroekonomi dan makroindustri di setiap sektor.
”Sebesar apa pun hasil kemenangan pemilu dan sehebat apa pun presidennya, apabila kedua faktor tersebut di atas tidak dapat bertumbuh lebih positif, maka akan sulit bagi indeks untuk melanjutkan kenaikan yang lebih tinggi, relatif terhadap indeks saham negara lainnya,” katanya.
Kemungkinan penguatan ini hanya euforia sesaat itu ada. Ini karena sentimen pemilu yang berlangsung damai dan kemungkinan berakhir dalam satu putaran.
Peristiwa fundamental yang, menurut dia, dapat memengaruhi pergerakan pasar dengan cukup signifikan adalah potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Baca juga: IHSG Menghijau, Pasar Modal Tak Harapkan Ada Gejolak Pascapemilu
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyebutkan, dengan masih kuatnya perkembangan ekonomi di Amerika Serikat dan laju inflasi yang belum turun menuju target 2 persen, para pelaku pasar masih akan menghadapi era suku bunga tinggi untuk beberapa waktu ke depan sesuai kebijakan Bank Sentral AS, The Fed.
BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan 6 persen selama semester I-2024 dan baru mulai turun pada semester II-2024. Hal ini sejalan dengan bauran kebijakan moneter yang diterapkan BI untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dan menarik aliran modal.
Untuk kebijakan fiskal, fokus utama tetap pada bagaimana pemerintah dapat menjaga defisit fiskal di bawah 2,3 persen terhadap PDB, memastikan penerbitan utang tetap terkendali, dan menurunkan risiko pasokan di pasar obligasi.
”Secara keseluruhan, dengan asumsi tingkat suku bunga The Fed telah mencapai tingkat akhir pada tahun ini, potensi aliran modal akan kembali ke pasar domestik. Kami juga memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dapat kembali ke kisaran Rp 15.400–Rp 15.500 per dollar AS dan imbal hasil obligasi acuan dalam negeri pada kisaran 6,3–6,5 persen pada akhir tahun 2024,” kata Andry.
Baca juga: Iklim Usaha dan Investasi Rentan Tertekan Kegaduhan Pascapemilu