logo Kompas.id
EkonomiIHSG Menghijau, Pasar Modal...
Iklan

IHSG Menghijau, Pasar Modal Tak Harapkan Ada Gejolak Pascapemilu

Pesta demokrasi diharapkan investor tidak diikuti huru-hara masyarakat seperti terjadi pada pemilu sebelumnya, di 2019.

Oleh
ERIKA KURNIA
· 3 menit baca
Layar LED menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada pembukaan perdagangan Senin (5/2/2024).
KOMPAS/ERIKA KURNIA

Layar LED menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada pembukaan perdagangan Senin (5/2/2024).

JAKARTA, KOMPAS — Dua hari menjelang Pemilu 14 Februari 2024, kinerja pasar modal positif dengan transaksi investor yang masih terjaga. Pesta demokrasi kali ini diharapkan oleh investor tidak diikuti huru-hara masyarakat seperti yang terjadi pada pemilu sebelumnya, yaitu di 2019.

Senin (12/2/2024), pasar modal dibuka dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 7.233 dan terus menghijau hingga penutupan perdagangan sesi satu di level 7.271. Mengutip RTI Business, sepekan terakhir IHSG tumbuh 0,97 persen dengan volume transaksi mencapai total Rp 42,1 triliun.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Dalam sepekan terakhir, yang sempat dipotong libur panjang beberapa hari, terjadi aksi jual investor domestik sebesar Rp 27,9 triliun dibandingkan dengan pembelian sebesar 23,4 persen. Sementara itu, aksi beli asing sebesar Rp 18,7 triliun melebihi penjualan saham oleh investor asing sebesar Rp 14,2 triliun.

Praktisi pasar modal sekaligus Co-Founder PasaRDana, Hans Kwee, memprediksi bahwa pekan ini IHSG berpeluang melemah di support level 7.180 sampai 7.099 dan resisten di antara 7.285 dan 7.393.

”Mengacu pada fenomena pemilu sebelumnya, volume transaksi akan turun. Itu hal biasa, sehingga akan ada indikasi investor wait and see. Tapi, kali ini, tidak menemukan sentimen yang terlalu kuat,” tutur Hans saat dihubungi.

Baca juga: Elektabilitas Paslon Pengaruhi Keputusan Bisnis dan Investasi

Para mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Surakarta mengadakan aksi unjuk rasa di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (8/2/2024).
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Para mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Perlawanan Rakyat Surakarta mengadakan aksi unjuk rasa di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (8/2/2024).

Penurunan kinerja IHSG pekan ini, menurut dia, akan dilanjutkan peningkatan. Berdasarkan data historis dalam lima kali pemilu sejak 1999, IHSG cenderung menguat dengan rata-rata 2,96 persen, 10,42 persen, dan 10,87 persen untuk periode sebulan, tiga bulan, dan enam bulan setelah tanggal pemilu.

Iklan

Potensi putaran kedua untuk pemilihan presiden pada pemilu kali ini, kata Hans, juga tidak akan membuat investor memperpanjang wait and see. Di sisi lain, putaran kedua yang memperpanjang masa kampanye akan memberi sentimen positif bagi IHSG. Sentimen itu, di antaranya, disumbang peningkatan uang beredar dari aktivitas kampanye yang akan ikut menggairahkan perekonomian masyarakat.

Pengalaman 2019 menunjukkan penolakan hasil pemilu diikuti demonstrasi anarkis yang menyebabkan koreksi pada IHSG.

Namun, prediksi ini tetap bergantung pada kondusivitas suasana pascapemilu. Untuk itu, pemilu yang berlangsung secara jujur dan adil sehingga menghindari potensi penolakan hasil pemilu menjadi penting. Sebab, hal itu tidak hanya memengaruhi keputusan investor dalam negeri, tetapi juga investor asing.

”Pengalaman 2019 menunjukkan penolakan hasil pemilu diikuti demonstrasi anarkis yang menyebabkan koreksi pada IHSG. Pemilu damai dan hasil yang dapat diterima semua pihak adalah yang diharapkan oleh pelaku pasar saat ini,” ujarnya.

Pelajar menghindari gas air mata saat terlibat bentrok dengan polisi dalam aksi unjuk rasa di kawasan Jalan Layang Slipi, Petamburan, Jakarta, 25 September 2019.
KOMPAS/MUHAMMAD YUNIADHI AGUNG

Pelajar menghindari gas air mata saat terlibat bentrok dengan polisi dalam aksi unjuk rasa di kawasan Jalan Layang Slipi, Petamburan, Jakarta, 25 September 2019.

Jangka pendek

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto, dalam analisisnya hari ini, menilai, hasil pemilu nantinya akan menjadi sentimen yang bisa mengakibatkan gejolak pasar dalam jangka pendek. Kecenderungan ini akan sama dengan kinerja IHSG di pekan sebelumnya yang pendek karena terpotong libur panjang.

Pada pekan lalu, pergerakan IHSG terbukti tidak disertai pasar yang sepi. Ini diindikasikan dengan nilai rata-rata transaksi harian yang bertahan dalam rentang Rp 9 triliun sampai dengan Rp 10 triliun. Kemudian, tetap ada indikasi investor mengambil keuntungan mendekati masa pemilu. Namun, gejala profit taking itu masih dinilai wajar.

”Jadi, bisa dikatakan pelaku pasar menanti sentimen pemilu tidak dengan wait and see, melainkan dengan melakukan transaksi yang seperti biasanya,” kata William.

Secara teknikal, IHSG berhasil kembali menguat di atas harga 7.200. Kondisi ini bagus dan mengindikasikan bahwa IHSG berhasil mempertahankan support-nya. Kemudian, masih adanya pola bullish flag (tren kenaikan harga) yang belum terkonfirmasi pun memberikan optimisme bahwa pembentukan pola ini hanya sedang menunggu waktu sambil menguji resistensinya saja.

Baca juga: Lebih Konservatif Berinvestasi di Puncak Masa Pemilu

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000