BI menegaskan akan tetap independen dan terus menjalin sinergi dengan Kementerian Keuangan guna mendorong perekonomian.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia berkomitmen untuk tetap independen dengan tugas utama menjaga stabilitas sistem keuangan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sinergi yang kuat antara moneter dan fiskal menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) Gubernur BI bersama pemimpin media massa dengan tema ”Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasinal” di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (3/2/2024).
”Kami akan tetap independen karena itu adalah mandat. Tugas kami menjaga stabilitas dalam sinergi kebijakan stabilitas sistem keuangan. Itu kami lakukan sembari mendukung pertumbuhan ekonomi dengan berbagai kebijakan, seperti makro prudensial yang pro-growth, ekonomi digital pro-growth, pendalaman pasar pro-growth, semua kami genjot,” katanya.
Pada 2024, BI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi nasional berada dalam tren yang baik dan akan berlanjut. Taksiran BI, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berkisar 4,5 persen-5,3 persen. Pada 2024, proyeksinya berkisar 4,7 persen-5,5 persen.
Berdasarkan lapangan usaha, prospek industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, konstruksi, serta transportasi dan pergudangan diperkirakan akan tetap tumbuh. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terjadi terutama di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua. Hal ini sejalan dengan dampak positif hilirisasi mineral. Jawa masih menjadi penyumbang terbesar, didukung, antara lain, oleh masih kuatnya permintaan domestik.
Sinergi selama ini telah terjalin dengan baik. Jaringan yang erat antara moneter dan fiskal itu akan terus kami jaga betul dan kami akan terus berdiskusi. To a very strong policy for decision of center bank and minister finance, yang sesuai dengan, around the globe. Pilar-pilar itu sangat penting.
Lebih lanjut, BI akan terus memperkuat sinergi antara stimulus fiskal pemerintah dan stimulus makroprudensial moneter guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik. Ini penting mengingat beberapa risiko global masih perlu diwaspadai.
Di antaranya adalah berlanjutnya konflik geopolitik, pelemahan ekonomi global, serta kepastian penurunan suku bunga negara maju. Ini semua masih dapat memengaruhi ketidakpastian perekonomian global.
”Sinergi selama ini telah terjalin dengan baik. Jaringan yang erat antara moneter dan fiskal itu akan terus kami jaga betul dan kami akan terus berdiskusi. To a very strong policy for decision of center bank and minister finance, yang sesuai dengan, around the globe. Pilar-pilar itu sangat penting,” katanya.
BI, Perry melanjutkan, juga akan terus memperkuat kebijakan moneter yang mendukung stabilitas serta mempererat sinergi kebijakan dengan pemerintah untuk memastikan inflasi 2024 berada dalam sasaran 1,5-3,5 persen. Tingkat inflasi Januari 2024 sebesar 2,57 persen secara tahunan atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen, sehingga inflasi tetap berada dalam sasaran.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) triwulan IV-2023 tetap terjaga di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian pasar keuangan global. Perkembangan ini didukung oleh kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang berdaya tahan, serta koordinasi dan sinergi Komite SSK yang terus diperkuat.
”Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Rapat Berkala KSSK I-2024 berkomitmen untuk terus memperkuat koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi dan berlanjutnya ketidakpastian global di tahun 2024, termasuk rambatannya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik,” kata Sri Mulyani pada konferensi pers hasil rapat berkala KSSK I-2024 di Jakarta, Selasa (31/1/2024), secara hibrida.
Di tengah penurunan harga komoditas dan kinerja perekonomian global, masih menurut Sri Mulyani, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2023 masih tetap kuat. Realisasi pendapatan negara tercatat mencapai Rp 2.774,3 triliun atau 112,6 persen dari target APBN.
Penerimaan perpajakan mencapai Rp 2.155,4 triliun alias melampaui target. Dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya, penerimaan perpajakan tumbuh 5,9 persen.
Di sisi lain, realisasi penyerapan belanja negara tercatat mencapai Rp 3.121,9 triliun atau 102 persen dari pagu APBN. Alokasinya, antara lain, untuk program penurunan tengkes, penanggulangan kemiskinan ekstrem, mitigasi El Nino, persiapan pemilu, serta proyek strategis nasional.
Pada 2024, APBN akan terus dioptimalkan untuk meredam berbagai dampak risiko. APBN sekaligus ditujukan untuk menstimulasi perekonomian nasional serta mendorong akselerasi transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.