Per 31 Januari, Operasional Bisnis Tiktok Shop Sah di Bawah PT Tokopedia
Total pendapatan bersih naik 32 persen menjadi Rp 10,51 triliun per September 2023.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Per Rabu (31/1/2024), operasional bisnis Tokopedia dan Tiktok Shop Indonesia resmi bergabung di bawah PT Tokopedia. Tiktok pun telah sah menjadi pemegang saham pengendali di PT Tokopedia.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo dalam siaran pers, Rabu sore. GoTo telah menyelesaikan transaksi kerja sama dengan Tiktok. Ini merupakan langkah besar bagi grup.
”Pada triwulan IV-2023, kami berhasil mencapai pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan secara positif. Setelah keberhasilan ini, kami akan mengakselerasi pertumbuhan yang salah satunya melalui dukungan dan kerja sama dengan ekosistem mitra bisnis perseroan,” ujarnya.
Laporan keuangan GoTo menunjukkan rugi bersih yang diatribusikan ke entitas induk GoTo per September 2023 turun 53 persen secara tahunan menjadi Rp 9,55 triliun. Kenaikan pendapatan bersih dan efisiensi beban perseroan sejak awal tahun 2023 memengaruhi penurunan rugi bersih. Total pendapatan bersih naik 32 persen menjadi Rp 10,51 triliun per September 2023.
Lebih jauh, Patrick menyampaikan, seiring dengan arah profitabilitas dan perbaikan arus kas, grup GoTo akan mengoptimalkan penggunaan modal. Grup juga tengah menyusun rencana alokasi modal, seperti rencana pembelian kembali saham, tetapi tetap akan meminta persetujuan regulator dan para pemegang saham.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Ecommerce Tiktok Indonesia Stephanie Susilo menyampaikan, resminya operasional bisnis Tokopedia dan Tiktok Shop Indonesia di bawah PT Tokopedia merupakan capaian penting. Tiktok berkomitmen ambil bagian dalam perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Dalam kampanye Beli Lokal yang berlangsung di aplikasi Tokopedia dan Tiktok Shop Indonesia, penjualan produk lokal diklaim keduanya tumbuh 125 persen. Kampanye ini dirilis bersamaan dengan momen perayaan Hari Belanja Online Nasional yang jatuh 12 Desember 2023.
Seperti diketahui, Tiktok, aplikasi milik perusahaan raksasa teknologi China, ByteDance, telah menyatakan akan menyuntikkan investasi lebih dari 1,5 miliar dollar AS atau Rp 23,38 triliun dalam jangka panjang ke Tokopedia sekaligus mengambil alih saham mayoritas aplikasi lokapasar itu.
Tiktok telah berkomitmen untuk memberikan investasi awal dalam bentuk dana tunai dan surat sanggup bayar (promissory notes) serta tambahan pendanaan untuk mendukung modal kerja yang dibutuhkan oleh Tokopedia.
Sehubungan dengan hal itu, Goto dan Tokopedia telah menandatangani beberapa perjanjian secara terpisah dengan Tiktok. Pertama, perjanjian pembelian aset tertanggal 10 Desember 2023. Aset yang diambil alih oleh Tokopedia berupa kontrak bisnis dan hak eksklusif untuk memiliki serta mengoperasikan Tiktok Shop di Indonesia dari Tiktok dengan nilai pembelian 340 juta dollar AS atau setara dengan Rp 5,338 triliun. Rencana pembelian aset ini diharapkan dapat diselesaikan pada triwulan I-2024.
Rencana pembelian aset ini diharapkan dapat diselesaikan pada triwulan I-2024.
Kedua, perjanjian ambil bagian saham tertanggal 10 Desember 202. Hal ini sehubungan dengan rencana investasi Tiktok ke Tokopedia senilai 840 juta dollar AS atau setara Rp 13,188 triliun. Dana itu digunakan untuk mengambil alih saham lama dan membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh Tokopedia. Pada saat penyelesaian rencana investasi ini, Tokopedia juga akan menerima promissory note dari Tiktok sebesar 1 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 15,7 triliun (Harian Kompas, 12/12/2023).
Laporan Mandiri Sekuritas bertajuk ”A Value-Accretive Deal in the Long-Run”, Jumat (5/1/2024), menyebutkan, divestasi Tokopedia ke Tiktok pada akhirnya akan menciptakan nilai bagi GoTo karena kepemilikan saham GoTo yang non-dilutive. Laporan itu juga memperkirakan, investasi 1,5 miliar dollar AS yang digelontorkan Tiktok dapat dibelanjakan dalam waktu kurang dari tahun.
Alasannya, pasar perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia masih terfragmentasi. Indonesia juga memiliki penetrasi toko ritel luring yang rendah di luar kota besar.