Pasar Modal Bertumbuh, BEI Kuatkan Investor Domestik di 2024
BEI dan OJK akan terus melanjutkan program untuk meningkatkan perlindungan investor.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar modal Indonesia masih mampu tumbuh positif di tengah guncangan perekonomian sepanjang 2023. Investor domestik, baik ritel maupun institusi, akan terus diperkuat untuk mendukung kinerja pasar modal di 2024.
Pada penutupan hari perdagangan di 2023, Jumat (29/12/2023), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pasar modal berada di posisi 7.727. Indeks itu tumbuh 6,16 persen dibandingkan posisi IHSG di penutupan perdagangan tahun lalu, 30 Desember 2022, sebesar 6.850. Perkembangan ini mengobati kinerja IHSG yang di mayoritas banyak bergerak di zona merah hingga sempat menyentuh posisi terendah di 6.566 poin.
”Meski IHSG bergerak secara fluktuatif, akhir 2023 IHSG mulai bergerak kembali zona positif dengan diikuti nilai ekuitas saham yang meningkat 24 persen atau setara 760 miliar dollar AS. Bahkan rekor kapitalisasi pasar tertinggi diraih tahun ini, tanggal 28 Desember 2023, dengan nilai mencapai Rp 11.762 triliun,” kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman, dalam peresmian penutupan perdagangan BEI tahun 2023, di Jakarta.
Atas capaian tersebut, pasar modal Indonesia pun menempati peringkat ke-9 dari segi total penghimpunan dana di antara bursa saham global. Hal ini tidak lepas dari partisipasi 12 juta investor, yang sebanyak 79 persen di antaranya adalah investor ritel di bawah 40 tahun.
Sejauh ini, investor domestik juga cukup berkontribusi di pasar modal. ”Keyakinan investor institusi domestik untuk menanamkan investasi kembali terlihat dalam kontribusi harian pada kisaran 30 persen,” kata Iman.
Investor domestik, baik ritel maupun institusi, terbukti menopang kinerja pasar modal selama pandemi Covid-19. Komposisi mereka pun terus di atas 50 persen, melebihi komposisi investor asing. Tingginya investor domestik diharapkan berlanjut di 2024 dengan target penambahan 2 juta investor baru atau di atas realisasi di 2023 yang hanya mencapai 1,8 juta investor.
Tahun depan, BEI juga menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) senilai Rp 12,25 triliun. Angka tersebut naik 14 persen dari realisasi tahun ini yang berada di angka Rp 10,75 triliun.
Adapun, BEI akan terus meningkatkan kualitas investasi penanam modal domestik, terutama investor ritel muda. ”Kita akan edukasi terus, update emitennnya, lakukan public expose lewat berbagai acara di pasar modal,” imbuhnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi, pada kesempatan sama, optimistis kinerja pasar modal akan terus membaik di 2024 di tengah dinamika global dan nasional.
”Kita akan menghadapi berbagai tantangan baru yang diperkirakan bergerak dinamis. Tahun 2024 ditandai pesta demokrasi lewat pemilihan umum. Saya optimistis kita akan mampu dan mengantisipasi berbagai tantangan tersebut dengan baik serta terus menorehkan berbagai catatan positif ke depan,” ujarnya.
OJK pun telah menyiapkan berbagai program prioritas, yang tidak hanya diarahkan untuk pengembangan pasar, tetapi juga peningkatan perlindungan investor.
Program pertama adalah tindak lanjut Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) yang disahkan di 2023 melalui penyusunan regulasi turunan, termasuk implementasi perdagangan karbon dan penguatan landasan hukum terkait produk derivatif.
Kedua, peningkatan cakupan perlindungan Dana Perlindungan Pemodal (DPP) Reksa Dana dan Layanan Urun Dana (SCF), serta Revisi POJK SCF. Ketiga, penyusunan peraturan terkait pemberian insentif pada Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) Berlandaskan Keberlanjutan.
Keempat, peningkatan kualitas pengelolaan investasi melalui pengaturan ranking atau rating reksa dana, serta kelima merevisi POJK Transaksi Marjin & Liquidity Provider untuk meningkatkan likuiditas transaksi.
Tingkatkan pengawasan
OJK juga memastikan mereka akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan yang akan mencatatkan namanya di pasar modal. Tahun 2024, menargetkan sekitar 62 perusahaan tercatat menjadi perusahaan publik lewat penawaran umum perdana (IPO).
Tahun 2023 ini, BEI meluncurkan papan pemantauan khusus yang tujuannya memberi tahu investor emiten-emiten yang antara lain memiliki kinerja buruk atau dicurigai memiliki pembentukan harga tidak wajar. Sepanjang tahun ini, ada 190 perusahaan yang masuk dalam papan pemantauan khusus tersebut.
”Kita memang selalu meningkatkan evaluasi terhadap IPO. Tentunya ini kita review berkala. Artinya kita ada SOP-nya, kita selalu mengikuti prosedur yang ada dan kita akan meneliti seteliti mungkin,” kata Inarno kepada wartawan seusai acara.
Salah satu emiten baru yang masuk dalam papan pemantauan dan menjadi perhatian adalah saham PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), yang bergerak di sektor pertambangan mineral dan energi. CUAN mendapat pemantauan kriteria ke-10, dengan penghentian sementara perdagangan efek selama lebih dari satu hari bursa karena faktor aktivitas perdagangan.
Emiten yang tercatat sejak 8 Maret 2023 itu diketahui mengalami lonjakan harga saham 1.068 persen atau lebih dari 11 kali lipat dalam lima bulan. Harga saham mereka naik dari Rp 220 per lembar di awal IPO menjadi hampir Rp 3.000 per lembar sebelum dibekukan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, BEI pun berhak menolak perusahaan yang berniat masuk bursa. Pasalnya, BEI dan OJK sudah memperketat persyaratan perusahaan untuk dapat masuk ke bursa dari berbagai sisi, seperti legal dan bisnis model, termasuk kelangsungan usaha.
”BEI juga menekankan perusahaan yang sudah masuk bursa harus dapat menjaga kinerjanya,” katanya (Kompas.id, 28/6/2023).