Industri pengolahan pada Agustus 2023 menyerap 19,35 juta orang atau 13,83 persen dari total jumlah penduduk bekerja.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
Pabrik industri manufaktur pasti memiliki mesin untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang memberikan nilai tambah. Tapi mesin itu baru bisa bekerja optimal bila ada para pekerja terampil yang mengoperasikannya. Pekerja terampil vital perannya sebagai ‘mesin utama’ industri manufaktur
Andrianto (25), pekerja di perusahaan perakitan barang elektronik di Tangerang mengatakan, perlu keterampilan khusus untuk bisa bekerja di sana. Tugasnya adalah merangkai bagian-bagian komponen barang elektronik yang diimpor perusahaan lalu disusun menjadi sebuah barang elektronik. Barangnya beragam mulai dari laptop, kamera CCTV, hingga televisi.
“Keterampilan yang diperlukan adalah mengetahui jenis komponen dan bisa merangkainya dengan cepat dan tepat,” ujarnya, dihubungi Selasa (19/12/2023).
Lulusan SMK Yuppentek, Tangerang itu mengatakan, keberadaan mesin ban berjalan yang membawa komponen barang elektronik memang mempercepat kerja perakitan. Namun, tetap saja komponen itu perlu sentuhan pekerjaan manusia agar bisa dirangkai menjadi barang elektronik. Setelah dirakit, ada peran manusia atau pekerja juga untuk mengecek atau mengontrol kualitasnya.
Head of Center of Industry, Trade, Investment Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho, mengatakan, industri manufaktur merupakan salah satu tulang punggung penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Sebab, sektor ini memerlukan tenaga kerja yang bisa ikut mengubah bahan baku menjadi barang bernilai tambah.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan pada Agustus 2023 menyerap 19,35 juta orang atau 13,83 persen dari total jumlah penduduk bekerja. Sektor ini jadi menyumbang tenaga kerja nomor tiga setelah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor perdagangan.
Kebutuhan tenaga kerja industri manufaktur akan tetap tinggi seiring dengan investasi yang masuk dan ekspansi pabrik di sektor ini. Investasi ini membutuhkan tenaga kerja terampil yang tidak sedikit.
Industri pengolahan pada Agustus 2023 menyerap 19,35 juta orang atau 13,83 persen dari total jumlah penduduk Indonesia bekerja.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin (18/12/2023), mengatakan pihaknya terus mencetak tenaga kerja industri yang kompeten melalui berbagai pelatihan. “Wujud nyata yang sudah kami hasilkan adalah mencetak tenaga kerja industri kompeten melalui program pelatihan SDM industri dan penyelenggaraan pendidikan vokasi industri pada tahun 2023,” kata Agus.
Sepanjang 2023, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) telah menyelenggarakan hingga 666 pelatihan untuk 32.714 orang di berbagai provinsi di Indonesia. Jumlah ini meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya.
Kepala BPSDMI, Masrokhan mengatakan diklat yang diadakan meliputi diklat di berbagai sektor seperti sektor makanan dan minuman (mamin), pengelasan, furnitur, animasi, digital marketing, elektronika, permesinan, otomotif, fiber optik, plastik, juga tekstil.
BPSDMI juga memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi uji kompetensi tenaga kerja sektor industri di Lembaga Sertifikasi Profesi, yakni lembaga pelaksana kegiatan sertifikasi profesi yang mendapat lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
BPSDMI juga memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi uji kompetensi tenaga kerja sektor industri di Lembaga Sertifikasi Profesi.
BPSDMI melalui Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0) juga telah menyelenggarakan pelatihan dengan topik-topik terkait industri 4.0. Di antaranya adalah Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) dengan total peserta pelatihan 608 orang sepanjang 2023.
Kemenperin juga menyelenggarakan pendidikan vokasi melalui 9 SMK, 11 politeknik, dan dua akademi komunitas di bawah binaan BPSDMI yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. “Politeknik dan akademi komunitas di lingkungan Kemenperin telah mampu mencetak sebanyak 5.673 lulusan pada tahun 2023, dengan 87,34 persen lulusan SMK serta 74,04 persen lulusan Politeknik dan Akom sudah terserap dunia kerja ketika mereka lulus,” ungkap Masrokhan.
Selain itu BPSDMI Kemenperin juga menyelenggarakan pembinaan, pendidikan, dan pelatihan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemenperin guna mencetak SDM aparatur berkualitas yang dapat memberikan pelayanan prima bagi masyarakat.
Untuk mendukung kualitas pendidikan dan vokasi Kemenperin, BPSDMI juga aktif menggandeng berbagai mitra dari dalam maupun luar negeri, dengan total 18 kerja sama melalui MoU atau perjanjian kerja sama yang ditandatangani tahun ini. Beberapa mitra internasional di antaranya ASTM International (Amerika Serikat), Jeonbuk Digital Convergence Center (Korsel), Foshan Polytechnic (RRT), dan The State Secretariat for Economic Affairs of the Swiss Confederation (Swiss).