Ladang Cuan di Balik Monetisasi Asmara
Kebutuhan seseorang mencari pasangan atau jodoh ternyata menjadi ceruk pasar yang besar. Romantisasi asmara pun dimonetisasi, yang disambut positif jutaan orang di dunia.
Ilustrasi pasangan
Pencarian pasangan hidup ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Beragam cara telah dilakukan guna menemukan sosok paling ”klik” untuk melewati hari-hari bersama. Namun, hasilnya belum tentu semulus yang diharapkan. Aplikasi kencan turun tangan membantu banyak orang mencari pasangan sesuai dengan kriteria masing-masing. Ternyata, di balik fenomena ini, ada perputaran ekonomi yang menghidupkan industri aplikasi-aplikasi percintaan itu.
Kini, aktivitas mencari pasangan hidup di antara 8 miliar jiwa tak lagi mengenal batas. Makin banyak pilihan ternyata bukan jaminan untuk memudahkan manusia saling menemukan jodohnya.
Baca juga: Tren Cari Teman Lewat Aplikasi Kencan
Teknologi yang semakin maju pun ikut andil untuk memudahkan banyak orang. Meski sebagian diawali keisengan belaka, banyak pula yang akhirnya berakhir bersama.
Yupita (27), misalnya, memanfaatkan beberapa aplikasi kencan untuk membantunya mencari pasangan di sela-sela kesibukannya. Aplikasi tersebut membantunya menjangkau kenalan-kenalan baru dari berbagai tempat.
”Idealnya bisa juga sambil lihat di circle kerja, cuma rata-rata sudah berpasangan,” ujarnya dari Erlangen, Jerman, Kamis (14/12/2023).
Ia pernah menjajal beragam aplikasi kencan, antara lain Tinder, Bumble, OkCupid, Christian Dating App, dan Coffee Meets Bagel. Namun, sederet platform ini tak digunakannya secara bersamaan.
Sedari awal, Yupita hanya fokus mencari hubungan jangka panjang. Fitur untuk memfilter tujuan penggunaan aplikasi ini juga tersedia pada aplikasi-aplikasi kencan sehingga memudahkannya bertemu pria-pria yang bermaksud sama dengannya.
Baca juga: Gen Z Ogah Pacaran Rumit
Setiap aplikasi menawarkan beragam paket berlangganan atau premium berbayar untuk menikmati lebih banyak fitur. Serupa dengan platform lainnya, langganan ini tak bersifat wajib.
”Aku enggak pernah ambil paket premium karena buatku cari pasangan itu belum prioritas. Fitur premium ini bisa baca pesan dan swipe unlimited, padahal yang free saja sudah bisa swipe 50 orang sehari,” kata Yupita.
Perjalanannya mencari kekasih berakhir manis. Sejak mengarungi beragam aplikasi kencan pada 2018, Yupita akhirnya menemukan pujaan hatinya pada 2022. Kini, ia menjalin hubungan dengan pria yang dipilihnya dari aplikasi kencan. Sosoknya sesuai dengan standar yang diaturnya sejak awal menggunakan aplikasi, antara lain soal keyakinan, latar belakang pendidikan, pekerjaan, hobi, dan berkomitmen menikah.
Berawal dari situ pula, hubungannya kini makin hangat setelah Yupita berhasil memulai studi magisternya di salah satu universitas di Erlangen, Jerman. Ia tak lagi menjalani hubungan jarak jauh ribuan kilometer (km) dari Indonesia untuk bertemu dengan kekasihnya karena mereka hanya terpisah jarak sekitar 60 km.
Sebelum bertemu pasangannya, Yupita saling berkirim pesan atau berstatus match lebih dari 100 orang. Kopi darat pun dilakoninya pada 25 pria. Dari pengalamannya itu, ia hampir menjalin relasi lebih serius pada tiga orang sebelum melabuhkan hati pada pria pilihannya sekarang.
Baca juga: Mari Hindari Pacaran Beracun
Kondisi serupa dialami teman-temannya. Salah satunya telah bertunangan, sedangkan lainnya sudah memasuki tahap pernikahan.
Tak jauh berbeda dengan Yupita, pasangan lainnya, Jonathan (28) dan Sari (27), juga mulai menjalin hubungan atas jasa aplikasi kencan. Keduanya bertemu dalam platform Bumble, bahkan pernah memanfaatkan fitur berlangganan.
Jonathan mengatakan, ia pernah menggunakan paket Bumble Premium selama sepekan demi mendapatkan jatah geser (swipe) pengguna lain tanpa batas, termasuk memulai percakapan pada calon pasangan. ”Jadi seru toh, memang tujuannya mencari pacar, kenapa enggak sekalian menyebar ’umpan’ sebanyak-banyaknya?” ujarnya sembari tertawa.
Fitur premium aplikasi kencan ini didapatkannya dengan harga sekitar Rp 15.000. Imbal baliknya, akun Jonathan lebih diprioritaskan ketimbang pengguna lain yang tak berbayar serta fitur-fitur filter yang dapat difokuskan sesuai keinginan. Ia menilai apa yang dikeluarkan dengan yang didapatnya sepadan karena memang lebih menguntungkan pengguna.
Pasangannya, Sari, juga memanfaatkan fitur yang sama. Ia dapat melihat akun mana saja yang memberi tanda suka pada profilnya sehingga pengguna premium bisa memilih akun yang bisa diajak berkenalan.
Memonetisasi asmara
Di balik perjuangan mereka menemukan pasangan melalui aplikasi kencan, ada perputaran ekonomi yang besar. Dari sederet varian aplikasi kencan, Tinder masih berada di peringkat pertama dunia.
Mengutip dari Business of Apps, Tinder memimpin dengan tipe pengalaman berkencan yang baru. Platform itu didesain fleksibel, menyenangkan, dan informal.
Tinder berhasil mengumpulkan pendapatan paling banyak di antara para pesaingnya. Aplikasi berlogo api itu mencetak dua kali pendapatan dibandingkan dengan kompetitor terkuatnya, Bumble. Pada tahun lalu, Tinder membukukan pendapatan 1,79 miliar dollar AS atau Rp 27,73 triliun dengan kurs Rp 15.493 per dollar AS. Nominal itu naik 8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut data 2022, platform yang merajai aplikasi kencan dunia ini memiliki 75 juta pengguna bulanan aktif serta 10,9 juta pelanggan (subscriber). Lebih dari setengahnya adalah laki-laki. Secara statistik, 60 persen penggunanya berusia kurang dari 35 tahun.
Tinder memiliki varian paket, yakni Tinder+, Tinder Gold, dan Tinder Platinum. Pengguna bisa mendapatkan tanda suka (likes) tak terbatas, menyembunyikan iklan, hingga mengirim pesan sebelum berstatus ”cocok” (matching) dengan orang lain.
Harganya tentu bervariasi, bergantung fitur yang diberikan. Setidaknya, pengguna perlu merogoh sekitar 13,5 dollar AS hingga 27 dollar AS yang setara dengan Rp 209.000 sampai Rp 418.300 untuk satu bulan. Harga bulanan bisa ditekan ketika pengguna memilih berlangganan selama setahun.
Baca juga: Pekerjaan Paruh Waktu Semakin Berkembang
Dalam cakupan mikro, Indonesia merupakan salah satu pasar menjanjikan bagi tumbuhnya aplikasi kencan. Pengeluaran bulanan konsumen pada platform-platform ini mencapai 1,98 juta dollar AS atau Rp 30,7 miliar pada 2022.
Menurut peneliti Statista, Hanadian Nurhayati-Wolff, naiknya ketertarikan masyarakat pada jenis aplikasi ini dalam beberapa tahun terakhir membuka peluang bagi pemain global untuk berinvestasi ke pasar Indonesia.
Meski demikian, Tinder bukanlah aplikasi terpopuler di Tanah Air. Aplikasi asal China, Tantan, berada di urutan teratas sebagai aplikasi kencan dengan pendapatan terbesar pada tahun lalu. Namun, jumlah unduhannya masih di bawah Litmatch, sesama aplikasi ”Negeri Tirai Bambu” yang mencapai 14,14 juta dalam periode yang sama, seperti dikutip dari laman Statista.
”Di antara mereka yang menggunakan aplikasi (kencan), bertemu dengan orang-orang baru dan menemukan pasangan romantis jangka panjang merupakan tujuan utama penggunaan aplikasi seluler ini,” kata Nurhayati-Wolff.
Prospek industri aplikasi kencan di Indonesia diperkirakan masih menjanjikan hingga menyentuh puncaknya pada 2028. Walau popularitasnya terus menanjak, banyak masyarakat masih resisten menggunakan platform ini karena bertentangan dengan budaya serta preferensi personal yang dianutnya.
”Jembatan” keintiman
Pencarian jodoh melalui aplikasi kencan sebenarnya sudah terjadi sejak lama, tetapi trennya makin marak ditemui dari waktu ke waktu. Sebab, batas bukan lagi jadi penghalang untuk membangun relasi baru, konsep serupa yang juga terjadi pada beragam media sosial lainnya.
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, sekarang pangsa pasarnya makin luas, tak ada lagi batasan. Hanya saja, aplikasi kencan perlu diperhatikan khusus agar jangan sampai membuka celah sarana prostitusi daring.
”Untuk mencegah prostitusi online harusnya ada policy yang harus diawasi, misalnya unggahan berunsur pornografi di aplikasi kencan, kan, harus dihapus. Hal ini berlaku juga jika ada kekerasan seksual, baik verbal maupun nonverbal,” ujarnya.
Pekerjaan rumah terbesar pemerintah masih pada perlindungan data pribadi yang hingga kini belum juga menunjukkan ”taring”-nya. Jangan sampai data pengguna bocor, kemudian dimanfaatkan untuk pemanfaatan kartu kredit hingga pinjaman daring karena dijebak rekannya.
Dari perspektif lain, peneliti budaya, media, dan komunikasi, Idi Subandy Ibrahim, menilai, kemajuan teknologi menjadi jembatan bagi keterhalangan individu untuk mengekspresikan perasaannya. Hal ini demi menyalurkan hasrat atau nalurinya untuk menyukai orang lain, mencari pasangan, kemudian menjalin hubungan.
”Aplikasi ini sebenarnya alat perantara membangun keintiman, ada digitalisasi keintiman. Hal itu dalam masyarakat sekarang, semua serba digital, sehingga orang-orang yang merasa kesepian, sulit mencari pacar di dunia nyata, menemukan saluran,” tutur Idi yang juga pengajar komunikasi pascasarjana di Universitas Pasundan, Bandung, dan Universitas Brawijaya, Malang.
Baca juga: Jebakan Aplikasi Kencan
Platform aplikasi kencan juga menjadi ”surga” baru untuk mengekspresikan keberanian menyampaikan perasaan. Alat ini menjadi jembatan psikologis bagi orang-orang inferior, takut, dan cemas. Kemajuan teknologi ini memberikan kebebasan bagi mereka.
Selain itu, individu yang supel menjadikan aplikasi kencan untuk menjalin relasi dengan orang-orang yang jaraknya sulit dijangkau. Tak heran jika saat ini seseorang mudah menemukan pasangan dari negara, bahkan benua lain, untuk membangun keintiman.
Serupa dengan Esther, Idi menekankan, platform dan pemerintah perlu bekerja sama untuk mengkritisi konten-konten di dalam aplikasi kencan. Sebab, medium ini berisiko jadi sarana prostitusi daring dan diselewengkan pedofil. Alhasil, batasan umur yang ketat harus diterapkan bagi pengguna platform kencan.
Di balik kebutuhan manusia memenuhi kehangatan dari sesamanya, terdapat ”lahan basah” yang menjanjikan bagi para pebisnis aplikasi kencan. Perputaran uang yang besar menunjukkan pangsa pasar yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu, seiring kebutuhan individu mencari kenalan, syukur-syukur menemu pujaan hatinya.
Baca juga: Mencari Jodoh dalam Aplikasi