”Rice Cooker” Hibah Mulai Dibagikan, Efektivitasnya Dipertanyakan
Pada Desember 2023, penanak nasi listrik disalurkan kepada 53.161 rumah tangga di 26 provinsi. Sebanyak 500.000 buah diharapkan tersalurkan pada Januari 2024. Efektivitas program itu dipertanyakan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mulai membagikan alat memasak berbasis listrik, yakni penanak nasi atau ricecooker, kepada sejumlah warga yang memenuhi kriteria. Namun, kalangan pengamat mempertanyakan efektivitas program yang ditujukan untuk mengurangi impor elpiji dan meningkatkan konsumsi listrik itu.
Program itu berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Memasak Berbasis Listrik bagi Rumah Tangga, yang diundangkan pada 2 Oktober 2023. Alat memasak berbasis listrik (AML) yang dimaksud berfungsi untuk menanak nasi, menghangatkan makanan, dan mengukus makanan.
Kategori penerimanya diatur pada Pasal 3 Permen. Penerima AML ialah rumah tangga pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PT PLN Batam dengan golongan tarif untuk keperluan rumah tangga dengan daya 450 volt-ampere (VA), 900 VA, dan 1.300 VA. Kriteria lainnya adalah penerima AML berdomisili di daerah dengan pasokan listrik 24 jam per hari.
Kriteria berikutnya adalah rumah tangga yang tidak memiliki AML. Adapun calon penerima AML diusulkan berdasarkan validasi kepala desa/lurah setempat atau pejabat setingkat.
Berdasarkan pantauan, Selasa (12/12/2023), distribusi rice cooker mulai dilakukan di RT 001 RW 016 Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Distribusi Dilakukan oleh petugas salur dari PT Pos Indonesia. Sebelum diserahkan, rice cooker dipastikan berfungsi. Petugas kemudian mengecek dokumen-dokumen pendukung penerima.
Pada rice cooker bermerek Sekai tipe CMW 518 tersebut tertempel stiker bertuliskan ”Hibah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Tidak untuk Diperjualbelikan”. Penerima lalu menandatangani surat pernyataan penerima hibah.
Satiman (63), salah satu penerima, mengatakan, dia tak mengajukan diri untuk mendapat penanak nasi listrik itu, tetapi didaftarkan oleh pengurus karang taruna dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selama ini, ia memang tak memiliki rice cooker dan jarang memasak nasi karena kerap membeli di warung nasi atau dapat kiriman dari keluarganya yang tinggal berdekatan.
”Kalaupun masak biasanya di panci langseng pakai kompor gas. Ya, nanti, (rice cooker) saya pelajari dulu, deh, cara-caranya. Namanya juga orang awam. Listrik di rumah 450 (VA) mudah-mudahan kuat, ya,” ujar Satiman.
Penerima lainnya adalah Haryanti (35), yang beberapa tahun ini memasak nasi dengan langseng atau pengukus. ”Sebelumnya memang punya rice cooker, tetapi rusak. Kalu soal praktis, ya, lebih praktis pakai rice cooker karena bisa ditinggal. Kalau pakai langseng, kan, harus ditunggu. Namun, masak yang lain (selain nasi), ya, tetap pakai kompor,” katanya. Adapun listrik di rumahnya juga 450 VA.
Listrik di rumah 450 (VA) mudah-mudahan kuat, ya.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P Hutajulu mengatakan, pada tahap awal, yakni Desember 2023, AML disalurkan kepada 53.161 rumah tangga di 26 provinsi. Ada lima merek AML yang memenuhi spesifikasi pada e-katalog yang mengikuti proses pengadaan AML, yakni Cosmos, Maspion, Miyako, Sanken, dan Sekai, dengan kapasitas 1,8 liter-2 liter.
Kendati sebelumnya ditargetkan 500.000 AML tersalurkan kepada penerima di 36 provinsi pada akhir 2023, penyelesaiannya baru pada pekan ketiga Januari 2024. Selain keterbatasan waktu dalam pemenuhan kelengkapan persyaratan calon penerima, juga ada faktor geografis dan cuaca dalam pelaksanaan verifikasi di lapangan, yang membuat penuntasan distribusi mundur.
Jisman menekankan, AML itu hibah dari pemerintah, yang juga disertai pedoman bagi pelanggan PLN dengan daya 450 VA. ”(Program ini) secara bertahap diharapkan dapat mengurangi impor elpiji untuk memasak, meningkatkan konsumsi listrik per kapita, serta mendukung kegiatan memasak yang lebih hemat dengan teknologi yang lebih bersih,” kata Jisman.
Efektivitas
Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga mempertanyakan efektivitas program itu dalam upaya pengurangan impor elpiji. Pasalnya, rice cooker hanya untuk menanak nasi atau menghangatkan, sedangkan memasak lauk-pauk tetap menggunakan kompor elpiji. Selain itu, mengutip survei oleh CLASP pada 2020, 70 persen dari 5.000 rumah tangga sudah menggunakan rice cooker.
”Tujuan ataupun efektivitas dari program ini masih menjadi pertanyaan. Apakah benar ini menjadi solusi yang urgen dalam mengatasi ketergantungan impor elpiji ataupun peningkatan konsumsi listrik?” kata Daymas.
Ia menambahkan, solusi dari ketergantungan pada elpiji (lebih dari 75 persen dipenuhi dengan impor) seharusnya menyentuh akar permasalahan, yakni distribusi yang tidak tepat sasaran karena sistem yang terbuka pada distribusi elpiji 3 kilogram atau subsidi. Upaya-upaya lain mestinya didorong lebih kuat, seperti perluasan jaringan gas perkotaan (jargas) yang menggunakan gas alam.
Ketua Program Studi Magister Energi Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Jaka Windarta menuturkan, peningkatan konsumsi listrik mungkin saja terjadi karena ada penambahan penggunaan rice cooker. Namun, ia belum melihat sosialisasi yang masif tentang apa manfaat yang didapat masyarakat dengan menggunakan penanak nasi listrik ketimbang elpiji.
”Apabila tidak disosialisasikan dengan baik, dikhawatirkan(rice cooker) hanya menjadi cadangan karena untuk memasak lainnya pun masih harus menggunakan kompor. Sebenarnya asas manfaat yang seharusnya disampaikan ke penerima, bukan sekadar dibagi-bagikan. Tujuan dan implementasinya mesti lebih jelas,” papar Jaka.
Rawan diintervensi
Peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Akmaluddin Rachim mengatakan, masa penyaluran penanak nasi hibah, dua bulan menjelang Pemilihan Umum 2024, rawan diintervensi pihak-pihak tertentu. Ia mengingatkan, kendati sudah ada mekanisme penyaluran, melalui petugas salur dari PT Pos Indonesia, potensi penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu tetap ada.
”Sisi pengawasan (dalam penyaluran) menjadi penting dan harus dipastikan guna meminimalisasi adanya penyalahgunaan. Semua bisa berpartisipasi mengawasi jika program ini diketahui masif dan tersosialisasi dengan baik, tetapi ini kan kurang. Ini harus menjadi perhatian,” kata Akmaluddin.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif membantah program pembagian AML atau rice cooker bernuansa politis. ”Enggaklah (unsur politis). Bagus itu. Kita kan mau elektrifikasi. Apa mau bakar elpiji terus? Sudah betul itu, masak mau bakar elpiji terus, impor terus?” katanya di Jakarta, Jumat (20/10/2023). Adapun anggaran untuk program tersebut, yakni sekitar Rp 340 miliar.
Catatan Kompas, program pembagian AML atau penanak nasi listrik itu juga dibahas dalam rapat di Komisi VII DPR RIpada Juni 2023. Pelaksanaan program sempat tertunda karena Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menginginkan surat tertulis dari DPR yang ditujukan kepada Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas bahwa Kementerian ESDM memiliki program itu. Akhirnya program baru dapat dimulai pada Oktober 2023.