Tunda Salurkan Dana ke Usaha Rintisan, Investor Tunggu Hasil Pemilu
Pemilu menimbulkan ketidakpastian. Namun, saat pemilu berakhir, akan muncul kepastian kebijakan ekonomi presiden terpilih. Ini yang diperhitungan investor sebelum berinvestasi di perusahaan rintisan.
JAKARTA, KOMPAS — Investor dan perusahaan modal ventura menunggu hasil Pemilu 2024 sebelum memutuskan menyuntikkan dananya kepada perusahaan rintisan. Mereka menanti kepastian arah kebijakan ekonomi dari presiden terpilih agar bisa berinvestasi dengan lebih pasti.
Head of Investment Asosiasi Startup for Industry Indonesia (Starfindo) Maulana Wiga memperkirakan, investor dan perusahaan modal ventura akan menanti hasil Pemilu 2024 sebelum mengambil keputusan berinvestasi pada perusahaan rintisan. Sebab, investor perlu kepastian kebijakan ekonomi dari presiden terpilih.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Pemilu ini menimbulkan ketidakpastian usaha. Namun, ketika hasil pemilu sudah diumumkan, akan muncul kepastian kebijakan ekonomi presiden terpilih. Ini yang diperhitungan investor sebelum berinvestasi di perusahaan rintisan,” ujar Maulana pada acara bincang-bincang ”Startup Investment Trend 2024” di Gedung Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI), Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Lebih selektif
Namun, Maulana yakin pasca-Pemilu 2024 investor akan mulai memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan yang berpotensi. Sebab, Indonesia memiliki potensi besar dalam hal inovasi bisnis di berbagai sektor.
Namun, kucuran dana investor saat ini tidak semudah periode 2019-2021. Saat itu, investor sangat gencar mendanai perusahaan rintisan yang juga bermunculan sangat cepat, sementara kini investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan.
Saat ini, investor ataupun perusahaan modal ventura lebih selektif dalam memberikan pendanaan.
Pada kesempatan yang sama, Vice President Investment BRI Venture Erik Hormein mengatakan, investor pada dasarnya mencari kestabilan dari perusahaan rintisan. Kondisi yang penuh ketidakpastian memunculkan risiko kerugian dan kegagalan usaha. Hal ini yang dihindari investor.
Erik mengakui, saat ini investor ataupun perusahaan modal ventura lebih selektif dalam memberikan pendanaan. Sebab, investor menggunakan perspektif yang berbeda dalam menilai suatu perusahaan rintisan.
Paradigma berubah
Sebelum 2022, investor lebih fokus pada kategori kecepatan pertumbuhan bisnis. Adapun saat ini investor lebih melihat potensi profitabilitas dan keberlangsungan bisnis ini untuk jangka panjang.
Tak hanya itu, investor dan perusahaan modal ventura kini akan mencari perusahaan rintisan dengan model bisnis yang unik dan spesifik. Pada awal ledakan munculnya perusahaan rintisan di pertengahan dekade lalu, ada Gojek yang punya model bisnis mirip Uber dan Tokopedia yang mirip Amazon. Hal ini yang membuat investor yakin bahwa mereka punya potensi besar karena memiliki model bisnis serupa.
Saat ini, investor lebih melihat potensi profitabilitas dan keberlangsungan bisnis ini untuk jangka panjang.
”Kini, investor akan lebih mencari perusahaan rintisan dengan model bisnis yang inovatif dan berbeda,” katanya.
Selain itu, Erik menambahkan, tingkat suku bunga acuan kredit saat ini sudah mendaki lebih tinggi ketimbang 2021. Hal ini membuat kucuran pendanaan modal ventura yang bersumber dari dana perbankan menjadi lebih mahal. Ini yang membuat perusahaan modal ventura dan investor menjadi lebih berhati-hati dan selektif.
Potensi besar
Terlepas dari pendanaan investor yang kini lebih selektif, baik Erik maupun Maulana meyakini Indonesia masih memiliki potensi besar dalam pengembangan industri perusahaan rintisan. Sebab, Indonesia memiliki pasar yang besar dan ekosistem ekonomi digital yang terus bertumbuh.
Salah satu tecermin dari posisi Indonesia di peringkat ke-6 negara dengan jumlah perusahaan rintisan terbanyak di dunia. Mengutip situs Startup Ranking pada 12 Desember 2023, jumlah perusahaan rintisan Indonesia mencapai 2.547 unit. Posisi Indonesia hanya kalah dari Amerika Serikat di peringkat pertama serta India, Inggris, Kanada, dan Australia di posisi kedua hingga kelima.
Baca Juga: ”Start Up” Hadapi Ketidakpastian Strategi Mencapai Profit
Dengan pemikiran itulah, Kementerian Perindustrian juga memberikan perhatian kepada pengembangan perusahaan rintisan melalui program Startup4industry. Program Startup4industry yang sudah berjalan sejak tahun 2018 telah menjangkau 2.036 perusahaan rintisan.
”Ini adalah salah satu strategi pemerintah untuk membangun ekosistem solusi teknologi. Namun, kami menyadari bahwa penyokong utama dari keberlangsungan startup adalah pendanaan dan salah satu tugas pemerintah adalah menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia”, tutur Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita.