Ekonomi Tahun Politik Dibayangi Pelemahan Konsumsi
Perekonomian Indonesia di tahun politik 2024 dibayang berbagai tantangan mulai dari perlambatan ekonomi global, pelemahan konsumsi, suku bunga tinggi, hingga akrobat politik yang berdampak pada selera investasi.
JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 diproyeksi akan terkoreksi imbas pelemahan ekonomi global dan tergerusnya daya beli masyarakat akibat inflasi harga pangan. Beruntung perlambatan investasi yang secara historis selalu terjadi di tahun politik dapat diredam oleh meningkatnya selera investor berinvestasi di sektor-sektor hilirisasi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan pada tahun 2024, krisis sektor properti di China masih akan berlanjut. Kondisi ini dapat dipastikan akan melemahkan ekonomi negeri ”Tirai Bambu”, karena 25–30 persen produk domestik bruto (PDB) negara ini ditopang oleh sektor properti.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Sedangkan perekonomian China, menyumbang 40 persen dari PDB global. Ekonomi dunia pasti akan turut terdampak, terlebih lagi Indonesia selaku mitra dagang utama China baik dari sisi ekspor maupun impor,” ujarnya dalam CORE Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2022).
Sejalan dengan proyeksi Bank Dunia, CORE Indonesa memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan tumbuh di kisaran 4,9 persen hingga 5 persen, sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diproyeksi ada di kisaran 5 persen.
Faisal mengatakan selain dipengaruhi perlambatan ekonomi global, hambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 juga disebabkan kecenderungan pelemahan konsumsi rumah tangga. Ini disebabkan adanya penurunan daya beli masyarakat ekonomi kelas bawah akibat berlanjutnya inflasi harga pangan, utamanya beras.
Berdasarkan data historis, puncak inflasi harga beras baru akan terjadi enam hingga sembilan bulan setelah fenomena El Nino berakhir di antara Desember 2023 hingga Januari 2024.
Faisal mengatakan perlambatan konsumsi pada 2024 juga berpotensi dialami oleh kelompok masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah karena menurunnya upah riil akibat pelemahan aktivitas ekonomi di sektor industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja.
”Pelemahan sektor-sektor tersebut turut dipengaruhi penurunan nilai dan volume ekspor yang disebabkan pelemahan harga komoditas global dan penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia, yakni China,” ujarnya.
Proyeksi perlambatan konsumsi masyarakat di tahun 2024.
Pelemahan investasi
Di sisi lain, sejarah mencatat investasi mengalami ketidakpastian setiap Indonesia memasuki tahun politik pemilihan Presiden. Ketidakpastian terjadi pada segala jenis investasi, baik investasi langsung (direct investment) di sektor riil maupun investasi portofolio di pasar modal.
Faisal mencontohkan, pada Pemilu 2019, pasar saham sempat anjlok signifikan karena Prabowo Subianto yang saat itu menjadi kandidat calon presiden tidak bisa menerima kekalahannya dari Joko Widodo.
Tahun ini, narasi publik internasional terhadap perhelatan pemilu Indonesia yang cenderung negatif dengan akrobat politik yang tinggi. Ini mulai dari majunya putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dipasangkan dengan Prabowo Subianto sampai dinamika terbaru yang membuat saudara ipar Jokowi, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, diturunkan dari jabatan.
”Di tahun politik investasi selalu minus. Narasi yang negatif bisa memengaruhi minat investor asing untuk menanamkan modalnya di pasar portofolio dalam negeri,” ujarnya.
Baca Juga: Ketidakpastian Bayangi Perekonomian Indonesia di 2024
Beruntung dalam beberapa waktu terakhir, menurut Faisal, selera investor untuk berinvestasi di sektor hilirisasi meningkat dan ia yakini akan terus berlanjut pada 2024. Realisasi investasi di sektor manufaktur mencapai Rp 270,3 triliun atau 39,8 persen dari realisasi investasi nasional sepanjang semester I-2023.
”Jadi, perlambatan investasi portofolio akibat tahun politik akan diredam oleh direct investment di sektor hilirisasi yang masih akan cukup besar tahun depan,” ujar Faisal.
Bunga tinggi
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Kebijakan Moneter dan Jasa Keuangan Kamar Dagang dan Industri Tigor M Siahaan mengatakan pada tahun 2024 ekonomi Indonesia diproyeksi akan menghadapi risiko dari kebijakan ekonomi global yang lebih ketat serta kondisi geopolitik yang memburuk.
”Untuk menahan capital outflow (keluarnya modal asing), Bank Indonesia akan sulit menurunkan suku bunga kalau bank sentral AS The Fed tidak menurunkan suku bunga,” ujarnya.
Tahun ini, narasi publik internasional terhadap perhelatan pemilu Indonesia yang cenderung negatif dengan akrobat politik yang tinggi.
Tren suku bunga tinggi pada akhirnya masih harus dihadapi oleh para pelaku industri Tanah Air di tahun politik. Di sisi konsumen, masyarakat juga akan dihadapkan pada tingginya bunga kredit konsumsi yang berimbas pada pelemahan konsumsi.
Kendati dihadapkan pada suku bunga yang tinggi, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Wahyu Agung Nugroho mengatakan stabilitas sistem keuangan di Indonesia masih tetap terjaga didukung oleh likuiditas perbankan yang memadai.
”Alat likuidnya juga sangat kuat karena Bank Indonesia punya intensi untuk menjaga likuiditas di perbankan itu ample (memadai) sehingga mereka bisa melakukan ekspansi yang kreditnya, kata dia.
Pada Oktober 2023, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yakni sebesar 26,36 persen. Kemudian, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat pada level yang tinggi sebesar 27,33 persen pada September 2023.
Baca Juga: Politik Sulit Ditebak, Investasi Tahun Depan Serba Tidak Pasti
Likuiditas perbankan yang tetap memadai juga didukung oleh implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang efektif berlaku sejak 1 Oktober 2023, dengan besaran total insentif likuiditas mencapai Rp 138 triliun per November 2023.
”Hasil stress-test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi tekanan global,” ujar Wahyu.