Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membangun 12 tambak udang. Salah satunya di Waingapu, NTT senilai Rp 7,8 triliun.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menambah pembangunan tambak udang modern berbasis kawasan di sejumlah wilayah Indonesia. Pada 2024 sejumlah 12 kawasan tambak udang modern akan dibangun dengan tujuan meningkatkan produksi udang nasional.
Juru bicara Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Muryadi, saat dihubungi, Minggu (10/12/2023), mengatakan, anggaran proyek pembangunan tambak budidaya udang modern terpadu di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencapai 500 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 7,8 triliun.
Pada 2024 sejumlah 12 kawasan tambak udang modern akan dibangun dengan tujuan meningkatkan produksi udang nasional.
Adapun proyek pembangunan tambak udang modern di 11 lokasi lain merupakan bagian dari lima komponen program Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk meningkatkan produktivitas udang nasional melalui proyek pengembangan infrastruktur budidaya udang (IISAP). Anggarannya mencapai Rp 1,3 triliun.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di Labuan Bajo, NTT, Kamis (7/12/2023), mengatakan, pihaknya menggencarkan pembangunan tambak-tambak udang modern dan ramah lingkungan guna meningkatkan produksi nasional.
Target 2 juta ton
Pada 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton. Sejalan dengan itu, tambak udang modern terbesar, menurut rencana, dibangun di Waingapu pada lahan seluas 1.800 hektar.
Proyek yang katanya akan terintegrasi mulai dari hulu hingga hilir ini akan ditopang pembangunan faktor pendukung. Misalnya, infrastruktur pelabuhan, perumahan, air bersih, dan sistem penerangan.
Tambak udang modern terbesar, menurut rencana, dibangun di Waingapu pada lahan seluas 1.800 hektar.
Selain di Waingapu, pembangunan tambak udang modern juga akan dilakukan di 11 lokasi lain, yakni Aceh, Lampung, Jembrana, dan Sulawesi Selatan. Proses konstruksi direncanakan berjalan mulai triwulan I-2024. Dari data KKP, total pagu alokasi anggaran Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP pada 2024 untuk seluruh program pengelolaan kelautan dan perikanan tercatat Rp 826,6 miliar.
”Untuk itu, saya kira, saya minta dukungan dari kementerian/lembaga lainnya karena akan ada pertumbuhan ekonomi baru di situ. Ribuan tenaga kerja akan hadir di situ, tentu juga akan butuh perumahan, pelabuhan, air bersih, listrik, dan sebagainya,” ujar Trenggono dalam keterangan pers.
Perusahaan China
Sebelumnya, KKP telah menyepakati kerja sama dengan perusahaan asal China, Guangdong Evergreen Group, dalam hal transfer teknologi, keterampilan, dan pengetahuan berbasis budidaya udang terintegrasi. Materi lainnya adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia serta promosi dan investasi pengembangan budidaya udang terintegrasi.
Berdasarkan data KKP, udang menempati posisi teratas komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia dengan nilai ekspor mencapai 2,16 miliar dollar AS pada 2022. ”Produksi udang pada tahun 2023 sementara ini mencapai 1,097 juta ton,” ujarnya.
Pada 2023, KKP telah membangun percontohan budidaya udang berbasis kawasan di Kebumen, Jawa Tengah, seluas 60 hektar dengan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara senilai Rp 175 miliar. KKP juga melakukan revitalisasi kluster tambak udang di delapan lokasi.
Lokasinya meliputi Aceh Timur, Lampung Timur, Sumbawa, Mamuju, Muna, dan Morowali Utara. Guna mendukung revitalisasi tambak udang, KKP akan membangun multiplication center untuk penyediaan benih udang di Balai Penelitian Budidaya Air Payau Takalar dan Aceh.
Tidak tepat
Ketua Umum Shrimp Club Indonesia (SCI) Haris Muhtadi berpendapat, pasar udang dunia masih terbuka luas meskipun tantangan juga tidak mudah. Tantangan yang saat ini menghadang antara lain petisi antidumping ekspor udang ke pasar utama Amerika Serikat, bea masuk imbalan (CVD), kompetisi harga, kompetisi mutu, sertifikasi, dan keberlanjutan.
Indonesia, ia melanjutkan, bisa tetap bertahan dan mendapatkan posisi yang signifikan di pasar dunia jika bisa mendorong produksi dan memenuhi standar kebutuhan pasar. Indonesia juga mesti membuka pasar di negara-negara yang belum digarap secara optimal, seperti China.
Haris berpendapat, upaya pemerintah menggenjot produksi dengan membuka tambak-tambak modern baru kurang tepat. Persoalan utama industri udang nasional saat ini adalah mahalnya biaya logistik dari sentra budidaya ke sentra pengolahan udang untuk ekspor, problem penyakit, dan rendahnya produktivitas.
Tugas utama pemerintah, Haris menekankan, adalah memberikan kemudahan berusaha, memberikan model dan percontohan teknologi. Kemudahan iklim usaha antara lain menyederhanakan perizinan, membangun dan memperbaiki infrastruktur di sentra budidaya, serta memicu riset budidaya udang yang lebih mudah diaplikasikan sehingga pencegahan penyakit lebih optimal dan bisa meningkatkan kapasitas produksi udang.
Di sisi lain, ia menilai, manajemen tambak udang cenderung rumit serta perlu respons cepat dan birokrasi sederhana. Dengan demikian, usaha tambak lebih cocok diterapkan sektor swasta. ”Investasi dan penanganan produksi udang biarlah dilakukan oleh sektor swasta. Jika pemerintah membangun dan mengelola sendiri tambak udang, akan menjadi pesaing swasta dalam pemasaran ke industri pengolahan,” katanya.
Haris menambahkan, pengembangan tambak udang harus mampu memberikan efek berganda bagi penduduk sekitar dan ekonomi nasional serta memperhatikan aspek keberlanjutan. Tambak skala besar akan memberikan tekanan lingkungan laut yang besar karena laut adalah sumber pasokan air untuk budidaya.
Jika pemerintah membangun dan mengelola sendiri tambak udang, akan menjadi pesaing swasta dalam pemasaran ke industri pengolahan.
Haris menambahkan, pengembangan tambak udang harus mampu memberikan efek berganda bagi penduduk sekitar dan ekonomi nasional serta memperhatikan aspek keberlanjutan.
Dalam sejarahnya, aspek tersulit bagi tambak udang skala besar di Indonesia adalah mempertahankan keberlanjutan. Tambak skala besar akan memberikan tekanan lingkungan laut yang besar, karena laut adalah sebagai sumber pasokan air untuk budidaya.