Cuti Natal Dekat Akhir Pekan, Antusiasme Bepergian Meningkat
Cuti bersama diperkirakan meningkatkan pergerakan orang selama Natal dan Tahun Baru 2024 dibanding liburan sebelumnya.
Oleh
VINA OKTAVIA, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menetapkan cuti bersama hari raya Natal pada 26 Desember 2023. Momentum libur dan cuti bersama Natal yang berdekatan dengan akhir pekan meningkatkan antusiasme warga untuk bepergian.
Ketetapan tentang cuti bersama itu tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 855 Tahun 2023, Nomor 3 Tahun 2023, dan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024. Dalam SKB tersebut, pemerintah menetapkan libur dan cuti bersama hari raya Natal pada 25-26 Desember 2023.
Libur Natal dan cuti bersama itu berdekatan dengan libur akhir pekan pada 23-24 Desember 2023. Artinya, ada libur selama empat hari yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk bepergian.
Momentum libur panjang ini salah satunya dimanfaatkan oleh Evelen Besthari (30), karyawan swasta yang bekerja di Jakarta. Ia memilih untuk cuti sejak Jumat (22/12/2023) demi bisa pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Evelen ingin menghabiskan waktu Natal dan Tahun Baru bersama keluarga, terutama ayah dan ibu, seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Lantaran hanya pulang setahun sekali, ia pun memutuskan untuk cuti panjang hingga 2 Januari 2024.
”Tahun ini lebih antusias karena bisa mudik tanpa ada pembatasan sosial atau syarat perjalanan yang rumit karena Covid-19. Saya selalu kangen dengan suasana Natal dan Tahun Baru bersama keluarga, terutama ayah dan ibu. Apalagi, mungkin tahun ini hanya saya yang pulang ke rumah, sedangkan kakak dan adik saya tetap di tempat mereka merantau,” kata Evelen kepada Kompas, Minggu (10/12/2023).
Demi liburan akhir tahun di kampung, Evelen bakal menempuh perjalanan panjang. Setelah naik pesawat dari Jakarta menuju Makassar, ia masih harus melanjutkan perjalanan dengan bus menuju Toraja. Perjalanan itu menghabiskan waktu paling tidak 12 jam.
Yuli Nugrahani (49), warga Bandar Lampung, juga berencana pulang ke kampung halamannya di Kediri, Jawa Timur, untuk merayakan Natal bersama keluarganya. Yuli memilih berangkat lebih awal pada Kamis (21/12/2023) menggunakan bus untuk menghindari macet saat puncak arus mudik.
Sementara Debora Sihombing (35) berencana pulang ke kampung halamannya di Kota Medan, Sumatera Utara, menggunakan mobil pribadi. Ia berencana berangkat bersama suami dan kedua anaknya pada Rabu (20/12/2023).
Selain merayakan Natal bersama keluarga, ia juga berencana jalan-jalan ke tempat wisata yang ada di Sumatera Utara. Ia sengaja memanfaatkan momentum libur Natal untuk berlibur.
Sebelumnya, Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan membuat survei bertajuk ”Survei Online Pergerakan Masyarakat pada Masa Natal 2023 dan Tahun Baru 2024”. Hasilnya, potensi pergerakan selama Natal dan Tahun Baru diprediksi mencapai 107,63 juta orang.
Jumlah ini meningkat 143,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada libur Natal dan Tahun Baru 2023, jumlah pergerakan orang sekitar 44,17 juta orang.
Dilihat dari segi tujuan liburannya, tahun ini mayoritas responden merencanakan bepergian ke lokasi wisata. Kemudian disusul dengan tujuan pulang kampung dan merayakan Natal dan atau Tahun Baru di kampung halaman hanya dua dari 10 responden saja.
Dari data tersebut terlihat bahwa tujuan berwisata menjadi motivasi utama masyarakat Indonesia dalam menghabiskan libur akhir tahun.
Meski begitu, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan, reservasi hotel belum meningkat signifikan. Pemesanan pada hotel-hotel untuk tanggal 25 Desember 2023 sampai 2 Januari 2024 baru 10 persen. Menurut Hariyadi, masyarakat Indonesia kerap memesan hotel mendekati hari libur. Alhasil, pemesanan biasanya mulai melonjak pada pertengahan Desember 2023.
”Okupansi hotel ditaksir mencapai 90 sampai 100 persen. Lonjakannya tentu akan lebih besar ketimbang tahun lalu. Apalagi jika hotel-hotel mengadakan acara atau aktivitas tertentu menyambut Tahun Baru,” ucap Hariyadi.
Hasil survei Kementerian Perhubungan juga menunjukkan kendaraan pribadi masih menjadi moda transportasi favorit. Jumlahnya mencapai 35,6 persen, diikuti sepeda motor 17,9 persen. Transportasi umum menyusul dengan kereta api (13,2 persen), pesawat (11,9 persen), bus (10,9 persen), kapal penyeberangan (6 persen), serta kapal laut (3,4 persen).
Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, masyarakat yang ingin bepergian dengan kendaraan pribadi perlu memperhatikan sejumlah hal agar selamat sampai tujuan dan tidak terjebak macet di perjalanan. Informasi dari pemerintah, kepolisian, dan operator jalan tol dapat dijadikan pedoman di perjalanan.
”Pengemudi juga harus benar-benar memahami kondisi jalur yang akan ditempuh. Lalu, sebaiknya ada dua pengemudi,” ucap Djoko.
Kondisi jalan yang padat dan macet juga dapat membuat fisik dan mental pengendara lelah. Oleh karena itu, penting bagi pengendara untuk bergantian mengemudi.
Djoko mengingatkan pengemudi agar berhati-hati saat melewati pelintasan sebidang kereta api di perdesaan, khususnya pada malam hari. ”Kalau malam sering kali tidak dijaga sehingga pelintas kurang awas,” ucapnya.
Masyarakat, tambah Djoko, disarankan menggunakan transportasi publik saat berlibur. Angkutan umum saat ini sudah jauh lebih baik dan nyaman saat digunakan untuk bepergian ke luar kota, seperti kereta api, kereta cepat, bus, dan pesawat.