Pemerintah merotasi jabatan direktur utama Perum Bulog. Pergantian pimpinan di tahun politik ini diharapkan meningkatkan kinerja Perum Bulog.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Bayu Krisnamurthi resmi menjabat Direktur Utama Perum Bulog menggantikan Budi Waseso yang kini menjadi Komisaris Utama Semen Indonesia Group. Sejumlah petani berharap penyerapan beras oleh Bulog bisa optimal di tengah berbagai keterbatasan lembaga tersebut. Pengalaman panjang Bayu di bidang ekonomipertanian diharapkan mendukung itu.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Hardiono, dihubungi pada Sabtu (2/12/2023), mengatakan, selama ini serapan gabah petani oleh Bulog masih amat terbatas. Permasalahan jatuhnya harga gabah saat panen bersamaan kerap menghantui. Harga pembelian gabah oleh tengkulak lokal sering kali jauh dari harapan.
Selama ini serapan gabah petani oleh Bulog masih amat terbatas.
”Terkadang saya sampai datangkan tengkulak-tengkulak dari Jawa Timur karena kalau enggak seperti itu, harga gabah di Grobogan jatuh. Harga dikendalikan oleh tengkulak lokal. Padahal, kami berharap ada peran Bulog di situ. Memang ada, tetapi kan kapasitasnya sangat terbatas," tutur Hardiono.
Selama ini, Hardiono selalu memantau perbandingan harga dengan wilayah lain. Apabila harga gabah kering panen (GKP) di tengkulak lokal Rp 5.000 per kilogram (kg), misalnya, harga tengkulak dari luar provinsi bisa Rp 5.200-Rp 5.300 per kg. Menurut dia, mendatangkan tengkulak luar semata agar petani di Grobogan terangkat, dengan mendapat harga lebih baik.
Atas belum berubahnya situasi-situasi seperti itu, Hardiono berharap kepemimpinan Bulog baru bisa membuat sejumlah gebrakan yang membuat serapan gabah petani optimal. ”Kami pun selalu siap untuk berkoordinasi dengan lembaga mana pun, termasuk Bulog. Bagaimanapun, Grobogan salah satu penyumbang terbesar produksi padi nasional,” ujarnya.
Ketua Umum KTNA M Yadi Sofyan Noor mengatakan antusias dengan diangkatnya Bayu sebagai Dirut Bulog. ”Saya pikir, (penunjukan Bayu) tidak salah karena beliau sangat mengerti bidang ini. Menurut saya, langkah penting awal ialah penguatan kolaborasi dengan Kementerian Pertanian. Soal impor, pola serap, dan lainnya,” ucapnya.
Sementara itu, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, selama ini Bulog memang dihadapkan pada situasi serba sulit. Bulog diminta melakukan pelayanan umum, yakni menjaga stabilitas harga, terutama beras. Namun, di sisi lain, juga harus tetap hidup dengan penjualan komersial.
”Dalam menjalankan public obligation-nya itu juga Bulog punya kesulitan besar, terutama dalam hal penyerapan gabah. Saya pikir, perlu ada perubahan lebih kuat khususnya dalam hal penyerapan gabah atau beras di musim-musim panen,” ujarnya.
Harapan
Said menilai Bayu memiliki pengetahuan, perspektif, serta pengalaman panjang dalam pengembangan ekonomi pertanian. Hal tersebut diharapkan dapat menjawab sederet tantangan yang dihadapi Bulog selama ini.
Namun, lanjut Said, perlu dipahami bahwa Bulog pada akhirnya bukan superbody yang bisa menentukan semua sendiri. ”Tapi dipengaruhi variabel lain karena ada di bawah Badan Pangan Nasional, dan seterusnya. Lalu, HPP (harga pembelian pemerintah) sudah enggak mempan. Walau Bulog diberi fleksibilitas harga, tapi kan banyak prasyarat. Dan, yang menentukan budget segala macam bukan Dirut Bulog,” tuturnya.
Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki Bayu diharapkan bisa membuka ruang-ruang komunikasi yang lebih baik serta terobosan yang didukung suprastrukturnya. Sebab, jika tidak mendapat dukungan utuk dilaksanakan, segalanya akan berakhir sebagai wacana. Di sisi lain, kata Said, publik juga perlu mengawasi serta terus memberikan masukan kepada Bulog.
Ia menambahkan, Bayu diangkat menjadi Dirut Bulog di situasi yang cukup pelik karena produksi padi yang diproyeksikan merosot akibat El Nino. ”Tantangan lainnya, kompetisi untuk mendapatkan gabah atau beras juga luar biasa berat. Lima tahun terakhir, industri perberasan makin mengerucut dan dikuasai sedikit perusahaan atau penggilingan-penggilingan besar,” ucap Said.
Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Bayu sebagai Direktur Utama Perum Bulog menggantikan Budi Waseso melalui Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-341/MBU/12/2023. Dalam surat keputusan itu, Erick juga menambah satu orang direksi di Bulog, yakni Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan, sehingga total ada enam orang direksi.
Budi, yang lebih dari lima tahun memimpin Bulog, kini menjabat Komisaris Utama Semen Indonesia Group (SIG) melalui rapat umum pemegang saham luar biasa yang dilakukan SIG pada Jumat (1/12/2023). Ia pun yakin penggantinya bisa menjalankan Bulog lebih baik. ”Dan meneruskan transformasi yang sudah berjalan,” kata Budi melalui siaran pers, Jumat malam.
Sementara itu, Bayu, yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Pengawas Bulog, menuturkan, amanah dan kepercayaan sebagai Dirut Bulog harus dijaga dengan baik. Apalagi, Bulog memiliki peran dalam menjaga kedaulatan pangan nasional. ”Sekaligus melanjutkan kepemimpinan Budi Waseso yang sudah baik dalam mengawal berjalannya transformasi,” ujarnya.
Bayu adalah pakar ekonomi pertanian yang menyelesaikan pendidikan S-1, S-2, dan S-3 di Institut Pertanian Bogor (IPB) serta menjadi dosen di kampus itu. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bayu menjabat Wakil Menteri Pertanian serta Wakil Menteri Perdagangan. Ia juga pernah menjadi Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.