Pembenahan Fasilitas Produksi Migas yang Menua Dipercepat
Produksi ”lifting” minyak bumi per 31 Oktober 2023 menurun, antara lain karena tuanya fasilitas produksi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Capaian produksi siap jual atau liftingminyak bumi jeblok, yakni hanya 604.300 barel per hari per 31 Oktober 2023, dan diperkirakan hanya mampu memenuhi 91,9 persen dari target APBN 2023. Kebocoran pipa-pipa akibat fasilitas produksi yang menua di sejumlah wilayah kerja menjadi kendala utama. Pembenahan masalah itu coba dipercepat.
Hal itu mengemuka dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR dengan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (30/11/2023). Capaian per 31 Oktober 2023 menurun dari semester I-2023 yang menyentuh 620.000 barel per hari.
”Di triwulan III-2023, kami mengalami musibah, yakni bocornya pipa-pipa. Aging facility (fasilitas yang menua) menjadi salah satu masalah yang kami hadapi, khususnya di (Wilayah Kerja) OSES (Offshore Southeast Sumatra) dan ONWJ (Offshore North West Java). Selain itu, juga terbakarnya kabel,” kata Dwi.
Atas kondisi itu, kata Dwi, pihaknya telah rapat dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pembenahan penuaan fasilitas produksi migas yang ditargetkan pada 2026 akan dipercepat menjadi 2025. ”Namun, dari rapat terakhir, Pertamina berkomitmen untuk bisa menyelesaikannya pada 2024,” ujarnya.
Sementara itu, realisasi salur gas bumi per 31 Oktober 2023 yakni 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Hingga akhir 2023, realisasi salur gas bumi diperkirakan hanya 87,7 persen dari target APBN 2023 yang 6.160 MMSCFD. Dwi menuturkan, produksi gas bumi sebenarnya baik, tetapi masih terkendala infrastruktur.
”Ada kelebihan gas di Jawa Timur yang belum bisa tersalurkan ke Jawa Barat yang sebenarnya kekurangan. Sebab, pipa Semarang-Cirebon belum sampai Jabar. Ada sekitar 100 MMSCFD (gas) yang terpaksa kami tahan produksi di Jatim. (Lapangan unitisasi gas) Jambaran Tiung Biru (Jatim) juga belum operasi optimal karena keterbatasan penyerapan,” katanya.
Mundurnya operasi Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat, karena ada gangguan dalam commissioning (pengujian) juga menjadi salah satu hambatan. Pada November 2023, ditargetkan ada peningkatan produksi dan 2024 akan beroperasi secara penuh sehingga diharapkan semakin meningkatkan produksi gas alam cair (LNG) di Indonesia.
Namun, Dwi mengemukakan bahwa potensi pengembangan gas bumi Indonesia sangat besar. Selain Blok Masela di Maluku, beberapa waktu lalu ditemukan cadangan gas dengan perkiraan awal sebesar 5 triliun kaki kubik di Wilayah Kerja North Ganal, Kalimantan Timur. Cadangan gas raksasa itu ditemukan perusahaan migas Italia, Eni.
Adapun capaian investasi hulu migas per 31 Oktober 2023 yakni 10,2 miliar dollar AS. Secara tahunan, angka tersebut mencapai 110,9 persen (dibandingkan realisasi Oktober 2022). Namun, masih 78,4 persen dari target Oktober 2023. Pada akhir 2023, investasi diperkirakan akan meningkat lagi sehingga akan mencapai 106,1 persen dari target 2023.
Sementara itu, rating keseluruhan daya tarik hulu migas Indonesia terhadap investor per 31 Oktober 2023 yakni 5,30. Temuan cadangan gas raksasa di WK North Ganal pun diyakini bakal meningkatkan nilai tersebut.
Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Hendrik Halomoan Sitompul, menuturkan, jebloknya capaian lifting minyak tersebut perlu menjadi perhatian. ”Yang terpenting, bagaimana strategi pengawasan kepada KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) sekaligus mendorong mereka untuk meningkatkan lifting migasnya,” ujar Hendrik.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Ramson Siagian, mengatakan, lifting minyak bumi menjauh dari target. Namun, ditemukannya blok-blok raksasa penghasil gas bumi, seperti di North Ganal, diharapkan mendukung ketersediaan gas bumi Indonesia ke depan, termasuk juga dari Blok Masela di Maluku.
Hal itu juga diyakini akan mendukung target emisi nol bersih (NZE) pada 2060. ”Sebab, tidak mungkin semua akan menggunakan energi terbarukan nanti. Targetnya kan meminimalisasi CO2 (karbon dioksida), dan gas bumi ialah energi fosil, tetapi yang cenderung bersih (emisinya lebih rendah),” ujar Ramson.