”Green Tourism” Diprediksi Jadi Tumpuan Pariwisata 2024
Pariwisata hijau menjadi tren dan digadang-gadang semakin diminati para pelancong pada 2024.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsep ekonomi hijau diprediksi bakal makin naik daun pada 2024. Isu-isu keberlanjutan lingkungan menyedot perhatian semua pihak sekaligus jadi tumpuan bagi sektor pariwisata di masa mendatang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, kekhawatiran investor pada situasi makroekonomi, termasuk inflasi, cenderung menurun. Namun, perubahan iklim justru makin menjadi kekhawatiran pada tahun mendatang.
Berdasarkan data PricewaterhouseCoopers (PwC), kecemasan investor terhadap perubahan iklim mencapai 22 persen pada 2022. Pada 2023, angka yang diperoleh dari survei pada 345 investor di 30 negara ini naik menjadi 32 persen. Tren diperkirakan masih serupa pada 2024.
”Ada kekhawatiran tentang perubahan iklim sehingga fasilitas pariwisata, seperti hotel, sudah seharusnya bisa mengacu pada ekonomi hijau,” ujar Sandiaga dalam Indonesia Tourism Outlook 2024 oleh Forum Wartawan Parekraf di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Indonesia dengan kekayaan alam serta keanekaragaman budaya berpotensi tinggi dalam pengembangan pariwisata hijau (green tourism). Hal ini diperkuat dengan kontribusi sektor energi terbarukan yang menyumbang besaran investasi tertinggi secara global selama empat tahun terakhir.
”(Green tourism) ini menjadi peluang dan daya tarik kita, dan memang harus ada komitmen pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga.
Memang harus ada komitmen pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. (Sandiaga Uno)
Guna membuktikan promosinya terhadap pariwisata berkelanjutan, desa wisata digadang-gadang jadi bentuk nyata ekonomi berkelanjutan ini. Selain itu, pihaknya juga berkolaborasi dengan Jejakin, platform untuk menghitung jejak karbon.
Hal serupa diutarakan Corporate Secretary PT Panorama Sentra Wisata Tbk AB Sadewa. Pariwisata hijau berkaitan erat dengan investasi hijau. Investasi itu mengacu pada penanaman modal dalam proyek-proyek atau aset yang mendukung pembangunan berkelanjutan, serta bertanggung jawab pada lingkungan dan sosial.
Salah satu praktiknya, resor yang dibangun memanfaatkan energi baru dan energi terbarukan. Wisatawan juga bisa mencari operator pariwisata yang telah memiliki perhatian khusus pada carbon offside.
Konsep keberlanjutan, lanjut Sadewa, acapkali digembar-gemborkan. Namun, praktiknya tak semudah yang dibayangkan.
Dalam cakupan yang lebih luas, para pelaku pariwisata perlu berkomitmen terjun dalam pariwisata hijau. Aspeknya tak hanya investasi hijau, tetapi menyentuh pekerjaan hijau (green job), pemasaran hijau (green marketing), serta tujuan wisata hijau (green destination) perlu dibangun.
Tren 2024
Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu menyebut mayoritas pakar meyakini bahwa pasar Asia Tenggara dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia, diikuti Asia Timur.
Tren pariwisata bagi wisatawan mancanegara pun tak jauh dari konsep pariwisata hijau. Permintaan akan didominasi opsi wisata ramah lingkungan, minat pada pengalaman budaya yang otentik (cultural immersion), serta wisata perawatan diri (wellness tourism).
Prediksi itu tak terlepas dari pengalaman sebelumnya. Pada 2023, aktivitas menekankan pada aspek pengalaman. Wisata alam dan kuliner naik hingga 10 persen lebih dibandingkan dengan 2019. Wisatawan juga mencari pengalaman-pengalaman unik. Pengeluaran mereka terhadap aspek ini meningkat hingga 65 persen pada 2023 dibandingkan dengan 2019.