Tak Lagi Harapkan Pembangunan Resor, Konsep KEK Likupang Diganti
Menparekraf memerintahkan pengembang KEK Likupang untuk fokus pada konsep pariwisata hijau saja. Hal ini berarti target investasi tak lagi mencakup pembangunan resor-resor megah sebagaimana semula.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memerintahkan pengembang Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Likupang untuk fokus pada konsep pariwisata hijau saja. Hal ini berarti target investasi tak lagi mencakup pembangunan resor-resor megah sebagaimana direncanakan semula.
Hal ini dinyatakan Sandiaga, Rabu (9/8/2023), dalam kunjungan ke wilayah KEK Likupang yang terletak di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, untuk bertemu dengan pengelola KEK serta calon-calon investor. Perjalanan tersebut merupakan puncak dari kunjungan kerjanya ke Sulawesi Utara sejak Selasa (8/8).
”Hari ini kita memulai perjalanan menuju regenerative ecotourism (ekowisata pemulihan) di Likupang sebagai destinasi superprioritas (DSP) yang memiliki fokus khusus pada konsep pariwisata hijau. (Ini) Kita tindaklanjuti dari penandatanganan kerja sama antara Presiden Jokowi dan Presiden (Perancis Emmanuel) Macron pada pertemuan G7,” katanya.
Kemenparekraf pun meminta CIRAD, sebuah lembaga riset agrikultur Perancis, untuk menyusun konsep ekowisata tersebut. Di samping itu, pemerintah juga melibatkan Yayasan Indonesia Biru yang berfokus pada konservasi terumbu karang serta pemberdayaan masyarakat pesisir.
Menurut Sandiaga, akan dikembangkan beberapa zona wisata hijau di darat serta biru di laut yang mengharuskan adanya kesepakatan serta pakta integritas dari semua pihak, termasuk masyarakat, untuk menjaga lingkungan demi membuka peluang usaha dan lapangan kerja. Bahkan, Kemenparekraf telah bersepakat dengan Polda Sulut untuk mengadakan personel khusus untuk menindak perusakan lingkungan.
Kendati begitu, zona-zona tersebut tidak dijabarkan lebih terperinci. Sandiaga hanya menyatakan ada beberapa wilayah yang mendapat perhatian khusus, seperti zona penangkapan ikan serta agrowisata, di mana pisang, kopi, kakao, dan pala akan jadi unggulan. Namun, ia menegaskan, konsep ini baru di Indonesia dan akan diterapkan di Likupang.
”Kawasan ini diawasi oleh dunia. Perancis dan Indonesia sudah berkomitmen. Nanti kita akan undang juga investor-investor pariwisata hijau dari daerah lain,” kata Sandiaga, mengacu pada pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Macron pada 20 Mei 2023.
Ketika ditetapkan sebagai KEK pada 2019, Likupang memang telah direncanakan untuk menjadi destinasi ekowisata skala besar oleh PT Minahasa Permai Resort Development (MPRD) selaku pengembang. Kawasan seluas 197,4 hektar itu telah dibagi-bagi menjadi beberapa area untuk vila, hotel, pusat perbelanjaan, desa budaya, hingga kawasan konservasi satwa endemik serta bahari.
Menurut proyeksi, KEK Likupang menargetkan investasi sebesar Rp 5 triliun hingga 2040 yang dapat membuka lapangan kerja bagi sebanyak 33.000-65.000 orang. Akan tetapi, hingga Juni 2023, investasi yang terealisasi baru Rp 366,4 miliar dari dua perusahaan, termasuk PT MPRD sendiri. Serapan tenaga kerja juga hanya 313 orang.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey pun mengakui, baru satu investor yang dipastikan masuk. Hal ini juga tampak secara kasat mata di wilayah KEK. Tak ada pembangunan infrastruktur besar, seperti hotel atau vila. Patung penyambut wisatawan di bundaran KEK pun sampai sekarang masih belum ada wujudnya.
Pada prinsipnya, kami di Minahasa Utara mendukung apa pun yang menyangkut pembangunan pariwisata di Likupang.
”Kalau progress-nya, dari pemerintah, kan, sudah bangun infrastrukturnya. Jadi, tinggal bagaimana acaranya supaya perusahaan yang membangun KEK ini lebih kita dorong untuk mengajak investor-investor dari luar bekerja sama untuk berinvestasi di wilayah ini,” kata Olly.
Soal ini, Sandiaga menyatakan, Kemenparekraf tidak mengejar pembangunan infrastruktur besar di Likupang, tetapi aspek kelestarian lingkungan yang dapat memberikan penyegaran bagi para wisatawan. ”Misalnya, di Danau Toba dan Labuan Bajo sudah terbangun infrastrukturnya, sudah ada event-event besar. Di sini (Likupang) kita akan fokuskan pada ecotourism,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda menyambut baik penetapan konsep baru ini. Ia yakin, hal ini dapat meningkatkan daya tarik Likupang yang secara natural sudah memiliki keunikan satwa endemik di sisi dalam Garis Wallacea.
”Pada prinsipnya, kami di Minahasa Utara mendukung apa pun yang menyangkut pembangunan pariwisata di Likupang. Kami juga menunggu, kira-kira apa saja yang perlu disiapkan, kami akan siapkan. Apa saja yang perlu kami protect (lindungi) untuk bisa mendorong dan mengembangkan ecotourism ini, kami akan lakukan,” ujar Joune.
Dalam kunjungan itu, Kemenparekraf dan Minahasa Utara juga menandatangani nota kesepahaman dengan dua perusahaan. Yang pertama adalah PJLEnviro yang merupakan perusahaan pengolahan air limbah, sementara yang kedua adalah Bobobox, perusahaan hotel kapsul.