Dealer Belum Merata, Penyebaran Motor Listrik Tersendat
Sisa kuota subsidi sepeda motor listrik masih 185.533 unit dari target 200.000 unit.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah toko penjual motor listrik yang belum merata di kabupaten dan kota di Indonesia menjadi penghambat penyebaran populasi motor listrik. Saat ini penjual masih terbatas di kota-kota besar, belum merambah ke daerah.
Berdasarkan situs Sistem Informasi Bantuan Pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Roda Dua atau Sisapira.id, sisa kuota untuk subsidi sepeda motor listrik masih 185.533 unit dari targetnya 200.000 unit.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Budi Setiyadi mengatakan, salah satu hambatan lambatnya penyebaran populasi motor listrik adalah jumlah toko atau dealer merek belum merata hingga ke daerah.
”Saya baru dikontak konsumen di Jember, mau beli motor listrik, tapi belum ada dealer di sana. Ini jadi catatan untuk pelaku industri agar mengembangkan dealer lebih merata hingga ke berbagai daerah,” ujar Budi dalam acara Inabuyer Electric Vehicles (EV) Expo 2023, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Ia menjelaskan, saat ini ada 513 dealer dari 17 merek motor listrik dalam negeri yang telah memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40 persen. Berdasarkan informasi dari para pelaku usaha, lanjut Budi, direncanakan akan ada sekitar 200 dealer lagi yang akan dibuka di berbagai daerah dalam waktu beberapa bulan ke depan.
Aismoli mencatat, hingga akhir Oktober 2023 baru terdapat 70.000 sepeda motor listrik yang beredar di jalanan Indonesia, jauh di bawah target penyaluran subsidi untuk 200.000 sepeda motor khusus tahun ini. Padahal, angka tersebut merupakan akumulasi sejak pertama kali motor listrik dipasarkan di Indonesia pada 2018.
Saat ini terdapat 38 merek motor listrik yang terdaftar menjadi anggota Aismoli. Adapun yang sedang mengurus berbagai perizinan di Kementerian Perindustrian sebanyak 42 merek dan Kementerian Perhubungan mencapai 52 merek.
Saya baru dikontak konsumen di Jember, mau beli motor listrik tapi belum ada dealer di sana. (Budi Setiyadi)
Dari jumlah tersebut, lanjut Budi, ada 16 pabrikan yang sudah merakit produknya di dalam negeri dengan kapasitas produksi terpasang penuh mencapai 100 ribu unit per bulan. Adapun besar tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai sekitar 40 persen.
Nilai kandungan lokal itu, antara lain, berasal dari perakitan dan lain-lain. Namun, motor inti penggerak kebanyakan masih impor.
Budi menambahkan, pemerintah sudah banyak memberikan insentif dan kemudahan untuk mendorong pertumbuhan industri ini. Salah satunya adalah subsidi Rp 7 juta per unit untuk pembelian motor listrik.
Adapun harga motor listrik dibanderol Rp 17 juta hingga Rp 40 juta belum termasuk subsidi.
Sekretaris Jenderal Aismoli Hanggoro Ananta Khrisna menambahkan, pihaknya telah mengidentifikasi berbagai masukan dari konsumen soal hambatan beralih menggunakan motor listrik.
”Macam-macam pertanyaan dari konsumen, misalnya, tentang kemampuan, kapasitas, apakah bisa diandalkan? Itu kami dengarkan dan kami terus coba benahi,” ujar Hanggoro.
Pertumbuhan industri
Menurut Leonard, dunia industri manufaktur membutuhkan inovasi atau jenis sektor ekonomi baru yang bisa menggairahkan dan bisa memacu lagi pertumbuhan industri. Peran ini bisa diisi oleh industri motor listrik dalam negeri.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, industri otomotif Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Ini tak lain karena tingginya kebutuhan transportasi dan konektivitas masyarakat.
Di sisi lain muncul kebutuhan untuk mengurangi emisi dan gas rumah kaca. Potensi dan peran ini bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri motor listrik dalam negeri.