Biasanya, setelah ada pemerintah baru, perekonomian akan meningkat dan ada pelonggaran moneter.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Arus modal masuk ke pasar saham Indonesia belakangan ini ditopang oleh faktor dari dalam dan luar negeri. Hingga paruh pertama tahun 2024, pasar saham diperkirakan akan berlanjut menguat.
Di Amerika Serikat terjadi perbaikan ekonomi yang cukup menggembirakan, seperti laju inflasi yang melandai dan resesi yang dikhawatirkan tidak terjadi. Diperkirakan bank sentral AS akan menurunkan tingkat suku bunga pada tahun 2024 walaupun dengan penuh kehati-hatian.
”Memang masih ada ketidakpastian karena Federal Reserve akan berhati-hati dalam mengendalikan tingkat suku bunga. Jika suku bunga direm terlalu dalam, mungkin akan terjadi resesi; jika tidak cukup dalam, inflasi akan tinggi. Namun, pada pertemuan terakhir Federal Open Market Committee pada Desember mendatang probabilitas Fed menaikkan suku bunga mendekati nol,” kata ekonom senior Mirae Aset Sekuritas Indonesia Rully Arya dalam Investor Summit & Market Outlook: Building Sustainable Investment Strategy for Uncertain Times di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Rully juga memperkirakan bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga sebanyak 100 basis poin dari 5,5 persen menjadi 4,5 persen. Pergerakan tingkat suku bunga ini membuat selisih imbal hasil obligasi Pemerintah AS semakin meningkat. Salah satu akibatnya adalah arus dana investor asing ke pasar modal negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sementara itu, Kepala Riset Mirae Aset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan bergejolak pada semester pertama tahun 2024.
”Pergerakan IHSG cenderung turun dan akan naik setelah ada kejelasan pemilu,” katanya.
Biasanya, setelah ada pemerintah baru, perekonomian baru akan meningkat dan ada pelonggaran moneter. Diperkirakan pada semester kedua tahun depan IHSG akan berada pada 8.100.
Pergerakan IHSG cenderung turun dan akan naik setelah ada kejelasan pemilu. (Robertus Hardy)
Dalam semester pertama, Robertus menyarankan agar para investor berlaku konservatif, semisal mengalokasikan dana investasi sebagian besar pada pasar uang dan obligasi. Pada semester kedua, ketika situasi lebih tenang, alokasi portofolio investasi dapat dialihkan menjadi saham dan obligasi.
Jangka pendek
Pada akhir pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,45 persen menjadi 7.009. Posisi ini merupakan penutupan IHSG di atas level 7.000 dalam dua bulan terakhir.
Analis saham PT Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhan menjelaskan pada pekan lalu gerakan indeks tertopang oleh saham-saham di sektor teknologi. Indeks saham teknologi di Bursa Efek Indonesia IDX Techno naik 14 persen dalam satu pekan terakhir. Selain itu, sektor IDX Finance dalam sepekan terakhir juga naik sebesar 2,59 persen karena mulai masuk dana investor asing ke dalam saham perbankan.
Pada pekan ini, Dimas mengatakan, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh para investor, yaitu data laju inflasi Indonesia, rebalancing index, dan pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada Jumat mendatang.