Ekonomi Global Menantang, Investor Perlu Cermati Paparan Publik Emiten
Bursa Efek Indonesia dan penyelenggara pasar modal lainnya mengadakan acara daring Public Expose Live dengan mengundang 46 perusahaan tercatat dari berbagai sektor.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi ekonomi global masih menjadi tantangan kinerja pasar modal dalam negeri hingga akhir tahun 2023. Kewajiban perusahaan tercatat melaporkan kondisi keuangan dalam kegiatan paparan publik menjadi krusial agar investor dapat mempelajari sentimen dan fundamental.
Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Luthfy Zain Fuadi dalam pembukaan acara Public Expo Live 2023 menyampaikan, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh melebihi prediksi pertumbuhan ekonomi global yang melemah menjadi hanya 3,0 persen. Pada triwulan III-2023, produk domestik bruto (PDB) tumbuh sebesar 4,94 persen secara tahunan.
”Ekonomi global masih penuh tantangan. Pelambatan pertumbuhan ekonomi China, sebagai mitra dekat Indonesia, akan berpengaruh pada perekonomian kita, kemudian dari tekanan utang negara-negara berkembang, pasar keuangan yang mengalami penyesuaian harga. Ada juga fragmentasi geoekonomi yang menghambat kerja sama multilateral,” tuturnya dalam acara yang disiarkan secara daring di Youtube Indonesia Stock Exchange, Senin (27/11/2023).
Dampak dari situasi itu, menurut dia, tecermin pada aktivitas penghimpunan dana di pasar modal selama 2023. Sampai November, perusahaan baru yang tercatat mencapai 70 emiten dibandingkan tahun 2022 yang bertambah 65 emiten. Namun, total dana yang terhimpun baru mencapai Rp 226 triliun, lebih kecil dibandingkan total emisi pada Desember 2022 sebesar Rp 267 triliun.
Menghadapi hal ini, emiten diharapkan lebih transparan dalam menjelaskan kondisi keuangan mereka lewat fasilitas paparan publik yang diwajibkan sekurangnya sekali setahun. Sesuai pepatah, ”Sinar matahari adalah disinfektan terbaik,” kata Luthfy, paparan publik dapat menghilangkan keraguan atau perspektif negatif investor.
”Kalau semua terang benderang, dipastikan manajemen akan menerapkan strandar lebih tinggi dalam perusahaan. ’Sinar matahari’ harus benar, jujur, obyektif, dan disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami oleh berbagai jenis investor,” pesannya.
Untuk memfasilitasi perusahaan tercatat melaksanakan salah satu kewajiban mereka, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengadakan acara Public Expose Live secara daring. Acara itu berlangsung mulai Senin sampai dengan Kamis (27-30/11/2023).
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, acara ini merupakan peringatan 46 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia. Sesuai waktu tersebut, mereka pun mengundang 46 perusahaan tercatat dari berbagai sektor.
”Kegiatan Public Expose Live merupakan kesempatan bagi investor untuk mendapatkan update dari para emiten tentang kinerja dan rencana ke depan sehingga investor bisa mengambil keputusan investasi secara rasional,” katanya saat dihubungi Kompas.
Untuk ikut serta, investor dapat mendaftar secara daring dan kemudian memilih jadwal paparan emiten yang berlangsung di jam perdagangan bursa, sejak pukul 09.00 hingga pukul 16.45 WIB.
Jumlah emiten yang ikut serta tahun ini tidak sebanyak tahun 2022 dengan 54 perusahaan. Namun, jumlah peserta investor diharapkan meningkat dibandingkan tahun lalu yang dihadiri 52.711 peserta daring dan 49.395 peserta daring pada 2021.
Pengamat pasar modal dan founder WH-Project, William Hartanto, menilai, paparan publik ini penting untuk diikuti bagi investor untuk membaca arah perusahaan. ”Apa saja rencana emiten ke depan itu perlu diperhatikan karena akan menjadi sentimen di waktu yang akan datang,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Tidak hanya secara individual, investor juga perlu membaca tren secara sektoral. Hal ini agar dapat menjadi perbandingan dalam rangka menakar kinerja perusahaan dibandingkan fundamental industri terkait.
Sebagai contoh, ketika menanggapi kinerja industri tekstil yang saat ini tengah suram sehingga beberapa emiten masuk dalam papan pemantauan khusus, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), dan PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT). Emiten lain, seperti PT Pan Brothers Tbk, bahkan sepi perdagangan karena belum ada sentimen penggerak.
Di luar itu, ada emiten industri tekstil masih positif, seperti PT Trisula International Tbk (TRIS) yang masih sanggup membagikan dividen untuk tahun buku 2023.
”Jadi, cuma karena satu saham di sebuah sektor bermasalah, bukan berarti semua saham di sektor tersebut perlu dihindari. Waspada boleh, tetapi tidak perlu sampai dihindari sepenuhnya mengingat yang terjadi pada SRIL adalah masalah dari emitennya sendiri. Jika dari emitennya bermasalah, sebaiknya sahamnya dihindari dulu agar terhindar dari suspensi,” jelasnya.