Kawasan sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, mulai diramaikan pelaku usaha wisata yang berani memasang biaya tinggi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Irvin (32) dan lima rekan kerjanya untuk pertama kali menginjakkan kaki di kawasan Danau Toba setelah turun dari pesawat yang mendarat di Bandara Internasional Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara, dari Jakarta, Kamis (16/11/2023) pagi. Mereka berencana menghabiskan satu hari satu malam di kawasan itu sebelum menikmati kuliner di Kota Medan sampai akhir pekan.
"Kata orang kalau belum ke Danau Toba berarti belum ke Sumatera Utara," ucap Irvin, ditemui di daerah Kecamatan Balige, Kabupaten Toba. Untuk liburan singkat itu, mereka menyewa jasa agen perjalanan yang memudahkan mereka ke tempat-tempat yang mereka harapkan menawarkan pengalaman wisata baru. Selain menikmati suasana Danau Toba, mereka juga berencana menyeberang ke Pulau Samosir. "Kalau di sini kita enggak tahu mau ke mana saja, makanya kami sewa tur," katanya. Meski anggaran untuk tiket pesawat dan akomodasi menjadi perhatian, tetapi mereka tidak terlalu peduli dengan biaya untuk menikmati pengalaman menarik yang akan menyambut mereka. Pemandu wisata merekomendasikan mereka transit sejenak di Damar Hotel, yang berjarak hanya 30 menit berkendara dari bandara. Tempat itu menawarkan fasilitas penginapan dan kuliner mewah di tengah perkampungan Desa Lumban Silintong. Tempat yang baru berdiri April 2022 lalu itu menjadikan danau vulkanik terbesar di dunia sebagai salah satu nilai jual hotel itu. Mereka memanfaatkannya dengan menyediakan ruang pertemuan multiguna, co-working space, dan restoran yang buka dari pagi hingga malam. Hotel itu juga menyediakan enam unit kamar dengan harga sewa mulai Rp 1 juta per malam. Kamar hotel itu dari pengamatan Kompas, setara dengan hotel bintang empat, dengan fasilitas cukup mewah, seperti televisi pintar dan sarapan ala carte yang lengkap. Operation Support Supervisor Damar Hotel, Yanri, mengatakan, pengunjung hotel mereka kebanyakan turis yang melakukan kegiatan pertemuan (MICE) dari pemerintahan dan lembaga swadaya masyarakat, selain yang hanya berpelesir. Tidak sedikit juga pengunjung keluarga yang sekadar transit atau tinggal saat pulang kampung. Kehadiran mereka terbilang belum ramai, tetapi cukup untuk mengisi okupansi hotel di akhir pekan dan periode hari libur nasional. "Banyak yang pulang kampung karena mau mengenalkan budaya Toba, budaya Batak pada anak-anaknya. Mereka mengenalkan budaya, keliling-keliling, menunjukkan area-area wisata, seperti itu. Mereka ke hotel karena mungkin agar anaknya tidak mengalami culture shock dengan kehidupan di kampung halaman orangtuanya," tuturnya. Untuk menangkap potensi itu, mereka membuat paket-paket wisata untuk keluarga pada awal tahun ini. Sebagai contoh, paket "Lunch Picnic" untuk menginap dua malam dengan piknik makan siang di daerah pinggir danau di luar hotel. Paket itu dibuat karena terinspirasi film "Ngeri-Ngeri Sedap" dari tahun 2022 yang mengangkat cerita keluarga Batak di kawasan Danau Toba. "Ini bisa untuk keluarga yang pulang kampung untuk memperkenalkan budaya-budaya. Jadi, mereka enggak cuma merasakan experience-nya melalui movie, tapi mereka terjun langsung seperti itu, melihat, oh, begini tempat-lokasi syutingnya, beginilah kehidupan masyarakat di sini, seperti itu," pungkas Yanri. Baca juga: Hotel Mewah Terus Bertumbuh
Pelaku usaha wisata di Kabupaten Toba, seperti Sebastian Hutabarat, juga melihat fenomena seperti itu empat tahun terakhir. Menurutnya, banyak turis yang datang ke kawasan wisata prioritas Danau Toba mengharapkan sesuatu yang baru dan berbeda. Permintaan ini banyak ia temui turis kalangan ekonomi menengah. Penginapan yang dibangun keluarganya, Pondok Berata Dapdap misalnya, menyewakan pondok hingga tenda penginapan pinggir danau dengan harga mulai Rp 1 juta sampai Rp 3,5 juta per malam. Penginapan itu juga menawarkan paket wisata air, seperti kano dan padel. "Pariwisata atau hotel yang konsepnya itu menjual experience. Ada kali penasaran orang-orang berduit ini, enggak peduli harga dia. Dia mau hanya sesuatu yang baru gitu, sesuatu yang berbeda gitu," ujarnya saat ditemui terpisah. Potensi itu pun menurutnya sudah mulai dilihat masyarakat keturunan Batak, seperti ia dan keluarganya. Sebastian mengatakan, kini banyak pelaku usaha wisata yang berani membangun penginapan atau restoran berkelas premium, tanpa mendahulukan kepentingan keuntungan ekonomi. Laporan ”Jakarta Property Market Update Triwulan III-2023” yang dirilis konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, volume investasi hotel di Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta dollar AS atau setara Rp 3,46 triliun (kurs Rp 15.731). Investasi itu mayoritas untuk pembangunan hotel kelas mewah, yakni bintang 4 dan bintang 5. Investasi tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2022, yakni sekitar 174 juta dollar AS atau Rp 2,73 triliun. Pada tahun 2024, nilai investasi hotel diprediksi lebih tinggi lagi, yakni 265 juta dollar AS. Peningkatan investasi itu menyasar hotel kelas mewah. Investasi itu terutama menyasar Jakarta, Bali, dan destinasi wisata kunci lainnya (Kompas.id, 19/10/2023). Senior Vice President Investment Sales Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pacific Julien Naouri, dalam keterangannya mengatakan, investasi itu didominasi oleh investor asal Indonesia, yakni individu dengan kekayaan bersih tinggi (high-net-worth individual).
Tren pelesirKepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dewi Hendriyani, mengidentifikasi bahwa bentuk wisata yang paling dominan saat ini adalah aktivitas pelesir atau leisure activities, disusul wisata personal (keluarga, pernikahan, dan bulan madu), serta bisnis. "Tren ke depan diprediksi bahwa wisatawan cenderung memilih bleisure, business and leisure, sebagai pilihan untuk berwisata serta lebih mendambakan eksplorasi lokal, baik kuliner, budaya, tradisi yang unik," terangnya dalam keterangan tertulis, Senin (13/11/2023). Data Think with Google dan Consumer Insight Asia Pacific 2023, lanjutnya, juga menunjukkan bahwa tren pasar secara umum akan terbagi menjadi beberapa segmen, yaitu luxury loyalist dari mereka yang berpendapatan tinggi dan senang mencari hal baru. Lalu, urban traditionalist yang suka aktivitas wisata berbasis lokal, eco friendly families yang termotivasi menciptakan memori, dan remote value seeker atau backpacker yang menyukai kebebasan. Memanfaatkan tren ini, pemerintah pusat dalam waktu dekat segera menyelenggarakan acara olahraga Aquabike Jetski World Championship 2023 di Danau Toba pada 22-26 November. Acara itu digelar di empat kabupaten sekaligus yaitu Toba, Karo, Dairi, dan Samosir. Sebanyak 128 pembalap dari 22 negara akan berpartisipasi. Acara ini merupakan kejuaraan olahraga air internasional kedua di Danau Toba pada tahun ini, setelah F1H20 Powerboat 2023 pada Februari lalu. Pemerintah menargetkan, acara itu menghasilkan keuntungan 60-70 persen lebih besar dibanding F1Powerboat, yang menghasilkan perputaran ekonomi mencapai Rp 1,7 triliun.
Untuk perhelatan itu, pemerintah menargetkan kehadiran 100.000 penonton, baik lokal maupun mancanegara. Mereka juga mengharapkan, wisatawan asing yang berkunjung bisa mengeluarkan sekitar 1.000-1.500 dollar AS atau Rp 15,7 juta hingga Rp 23,5 juta per kepala, dengan kurs Rp 15.693 per dollar AS. Sementara wisatawan Nusantara ditargetkan membelanjakan uangnya sekitar Rp 2 juta-Rp 2,5 juta per kepala (Kompas.id, 13/11/2023). Dampak ekonomi itu diukur dari tersedianya 8.562 kapasitas kamar di Kabupaten Toba, 1.659 kamar di Simalungun, 2.109 di Samosir, 1.017 di Tapanuli Utara, dan lainnya. Direktur Pemasaran dan Pariwisata Badan usaha milik negara Industri Aviasi dan Pariwisata Indonesia (InJourney), Maya Watono, mengatakan, selain acara bertaraf internasional itu, mereka akan membuat strategi untuk menciptakan iklim wisata yang berkelanjutan di kawasan wisata Danau Toba. Caranya dengan menghadirkan pesta rakyat untuk mengumpulkan masyarakat diaspora Batak. "Kita ingin mengemas ini sebagai pesta rakyat Danau Toba. Harapan kami ke depan, semua masyarakat Batak bisa pulang kampung kalau ada event ini," kata Maya.