Pebisnis Ritel Harapkan Lonjakan Omzet pada Akhir Tahun
Lonjakan permintaan masyarakat pada momentum liburan akhir tahun dan Lebaran dinanti pengusaha ritel untuk mendongkrak penjualan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia usaha bidang ritel berharap adanya lonjakan omzet penjualan dari momentum liburan akhir tahun. Adapun untuk tahun depan mereka juga berharap lonjakan omzet dari momentum Lebaran. Lonjakan ini diharapkan bisa mendongkrak kinerja usaha ritel yang belum pulih sepenuhnya setelah tekanan ekonomi pandemi.
Anggota Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Tutum Rahanta, mengatakan, setiap tahun ada momentum musiman yang dinanti dunia usaha, yakni liburan Tahun Baru dan Lebaran. Saat kedua momentum musiman itu, ada dorongan permintaan konsumsi masyarakat yang dipicu kesempatan akhir tahun ataupun adanya pencairan tunjangan hari raya.
”Lonjakan ini sifatnya musiman. Bisa sedikit banyak membantu meningkatkan omzet,” ujar Tutum saat dihubungi pada Minggu (12/11/2023).
Kendati demikian, pihaknya meminta semua pihak mencermati potensi rambatan yang mungkin terjadi. Inflasi bisa terjadi dari faktor dorong kenaikan harga (cost push inflation).
Ia menambahkan, sektor ritel saat ini masih menghadapi berbagai tantangan. Dari dalam negeri ada faktor ketidakpastian yang masih tinggi pada tahun pemilu. Selain itu, bayang-bayang peningkatan inflasi juga membuat daya beli terhambat sehingga mengurangi konsumsi masyarakat.
Sementara itu, faktor luar negeri, seperti masih adanya konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel mendorong ketidakpastian. Hal ini memicu harga komoditas berfluktuasi. Selain itu, tren suku bunga sejumlah bank sentral di seluruh dunia juga masih tinggi. Semua faktor pada akhirnya memengaruhi perekonomian dalam negeri.
”Berkaca pada berbagai faktor tersebut, kami berharap semua segera selesai dan semua kembali berjalan lancar serta aman,” ujar Tutum.
Perkiraan ke depan
Mengutip Survei Penjualan Eceran (SPE) Oktober 2023 yang dirilis Bank Indonesia (BI), responden memperkirakan penjualan akan meningkat pada Desember 2023 dan Maret 2024.
Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Oktober 2023 terhadap penjualan tiga bulan akan datang atau Desember 2023 yang mencapai 150,6 dan enam bulan akan datang atau Maret 2024 yang mencapai 134,5. Angka ini meningkat dibandingkan dengan IEP September 2023 terhadap penjualan tiga bulan yang akan datang atau November 2023 yang mencapai 136,6 dan enam bulan akan datang atau Februari 2024 yang mencapai 122,4.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, peningkatan IEP pada Desember 2023 diperkirakan sejalan dengan peningkatan permintaan masyarakat akibat hari besar keagamaan nasional Natal dan liburan akhir tahun. Adapun kenaikan IEP pada Maret 2024 diperkirakan sejalan dengan masuknya bulan Ramadhan, strategi program diskon yang dilakukan oleh para penjual, serta didukung oleh kelancaran distribusi barang.
Survei ini juga memperkirakan potensi kenaikan harga ke depan. Indeks Ekspektasi Harga (IEH) umum inflasi Desember 2023 dan Maret 2024 juga meningkat. IEH Desember 2023 mencapai 131,2, meningkat dibandingkan dengan IEH November 2023 yang sebesar 119,9. Adapun IEH Maret 2024 mencapai 133,0, meningkat dibandingkan dengan IEH Februari 2023 yang sebesar 129,7.
SPE merupakan survei bulanan terhadap lebih kurang 700 pengecer di 10 kota. Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan produk domestik bruto (PDB) dari sisi konsumsi.