Layanan telekomunikasi 5G sudah ada di 366 titik di 46 kabupaten/kota. Kemenkominfo telah merencanakan lelang frekuensi 700 megahertz untuk kebutuhan penggelaran 5G pada 2024.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi 5G memengaruhi keputusan manajemen perusahaan di Indonesia untuk berinvestasi di kecerdasan buatan. Sebagian perusahaan besar bersedia mengalokasikan anggaran untuk implementasi dan operasionalisasi teknologi 5G dan kecerdasan buatan.
Demikian benang merah laporan survei Pemetaan Peluang dan Tantangan 5G dan AI pada Industri Vertikal di Indonesia yang dikerjakan oleh Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) bekerja sama dengan Asosiasi IoT Indonesia (Asioti). Survei menyasar 20 chief executive officer (CEO) dan chief technology officer (CTO) dari 11 industri vertikal. Industri vertikal yang dimaksud antara lain pertanian, manufaktur, dan kesehatan.
Para CEO dan CTO dalam survei itu merupakan perwakilan berbagai perusahaan dari 11 industri vertikal. Perusahaan mereka memiliki kisaran valuasi Rp 12 triliun hingga Rp 319,360 triliun.
Survei dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Selain 20 orang manajemen perusahaan, terdapat enam responden tambahan. Mereka berasal dari perwakilan asosiasi, akademisi, dan perwakilan pemerintah.
Dalam laporan survei dijelaskan, 15 dari 20 CEO ataupun CTO yang disurvei memberikan jawaban alokasi anggaran penerapan 5G dan kecerdasan buatan, sedangkan 5 lainnya tidak memberikan jawaban. Dari CEO ataupun CTO yang mau memberikan jawaban, diketahui tujuh perusahaan telah mengalokasikan anggaran 1-20 persen untuk implementasi sampai operasionalisasi 5G dan kecerdasan buatan. Sumber dana berasal dari dana teknologi informasi, investasi, dan kategori dana operasional.
Tiga perusahaan asal CEO ataupun CTO yang bersedia memberikan jawaban telah mengalokasikan anggaran ternyata sudah mengalokasikan anggaran 21-40 persen dari dana perusahaan untuk implementasi hingga operasionalisasi 5G dan kecerdasan buatan. Kemudian, lima perusahaan diketahui telah menjatah anggaran lebih dari 40 persen.
”Sebanyak 8 CEO ataupun CTO yang disurvei dan mau memberikan tanggapan soal anggaran menyatakan perusahaan mereka mengalokasikan anggaran dari dana divisi teknologi informasi dan tahunan untuk manajemen jaringan teknologi 5G dan kecerdasan buatan,” ujar Kepala Riset Bisnis Indonesia Intelligence Unit Dias Rima Sutiono, saat peluncuran laporan dan diskusi publik ”5G is Now — Opening the Gateway to Future Growth and Development”, Kamis (9/11/2023), di Jakarta.
Menurut Dias, permintaan tinggi terhadap 5G dan kecerdasan buatan datang dari perusahaan sektor kesehatan. Dari hasil survei kepada 20 CEO ataupun CTO, ditemukan teknologi 5G amat bisa mendukung implementasi sistem radiologi yang cepat dan presisi.
Permintaan kedua tertinggi datang dari sektor agrikultur. Teknologi 5G dan kecerdasan buatan dapat dipakai untuk penerapan pertanian cerdas. Selama ini, sejumlah perusahaan agrikultur di Indonesia sudah mengadopsi teknologi 4G. Jika 5G bisa masif berkembang di Indonesia, implementasi pertanian cerdas akan semakin mudah dilakukan.
Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan, kalangan pelaku industri telekomunikasi cenderung menduga industri vertikal akan merasa biasa saja dengan kehadiran 5G. Akibatnya, di antara pelaku industri telekomunikasi juga sedang dilema untuk menggelar 5G secara masif.
Dia menyebut situasi saat ini sama seperti ketika teknologi akses seluler 3G awal muncul. Karena saat itu juga muncul WiMAX, teknologi komunikasi jaringan nirkabel yang menyediakan akses internet berkecepatan tinggi. Namun, pada akhirnya masyarakat juga mau mengonsumsi paket data 3G.
”Jika pemerintah mau segera melelang spektrum frekuensi baru, penggelaran 5G dan adopsi teknologi kecerdasan buatan akan optimal. Bukan hanya operator telekomunikasi seluler yang akan mau berinvestasi 5G, melainkan perusahaan dari industri vertikal juga,” kata Teguh.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wayan Toni Supriyanto menyampaikan, di Indonesia, layanan telekomunikasi 5G sudah ada di 366 titik di 46 kabupaten/kota. Kemenkominfo telah merencanakan lelang frekuensi 700 megahertz untuk kebutuhan penggelaran 5G pada 2024.
”Selain spektrum frekuensi, kestabilan layanan 5G juga tergantung dari upaya (operator telekomunikasi seluler) untuk fiberisasi atau pembangunan kabel optik telekomunikasi,” kata Wayan.