IHSG diprediksi naik seiring pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga yang positif, insentif perumahan pemerintah, dan sentimen positif global.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kembali menghijau pekan lalu diprediksi berlanjut sepanjang pekan ini. Pasar menanti rilis perkembangan perekonomian Indonesia pada triwulan ketiga yang diprediksi bertumbuh positif.
IHSG pada pembukaan perdagangan, Senin (6/11/2023), menguat ke angka 6.816 atau naik dari posisi pada penutupan perdagangan Jumat (3/11/2023), yaitu 6.788. Tren kenaikan ini melawan pola penurunan pada akhir Oktober yang dipengaruhi sejumlah sentimen, seperti harga minyak mentah dunia dan sederet isu dari Amerika Serikat.
”IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ke 6.850 di pekan ini,” kata Peneliti Phintraco Sekuritas, Valdy K, dalam keterangannya pada Senin ini.
Penguatan ini diprediksi karena sentimen-sentimen positif minggu lalu, seperti indeks-indeks Wall Street yang mencatatkan penguatan mingguan terbaik sepanjang 2023. Kemudian, pelemahan data sektor ketenagakerjaan AS pada Oktober 2023 yang meningkatkan keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan menahan suku bunga acuan. Sentimen tersebut pun membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik 0,79 persen ke angka Rp 15.725 di Jumat (3/11/2023) sore.
Adapun sentimen positif dalam negeri didukung antisipasi pasar terhadap data-data perekonomian penting. Data-data perekonomian diprediksi mengalami kenaikan. ”Salah satunya, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2023 diperkirakan tumbuh 5,05 persen secara tahunan hari ini,” katanya.
Data perkembangan ekonomi Indonesia yang dinanti pasar adalah data cadangan devisa di Oktober 2023 yang dirilis pada Selasa (7/11/2023), dan Indeks Keyakinan Konsumen Oktober 2023 pada Rabu (8/11/2023).
Analisis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam keterangan analisisnya, juga menyebut, ada kebijakan pemerintah yang menyumbang sentimen positif terhadap kinerja pasar modal, insentif itu adalah kebijakan Menteri Keuangan memperluas batasan harga rumah untuk pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi Rp 5 miliar. Sebelumnya, insentif itu hanya disyaratkan bagi rumah seharga maksimal Rp 2 miliar. Adapun insentif pajak sebesar 11 persen itu tetap hanya berlaku sampai Rp 2 miliar pertama.
Menteri Keuangan memperluas batasan harga rumah untuk pembebasan Pajak Pertambahan Nilai menjadi Rp 5 miliar.
”Insentif diberikan per November 2023 hingga Juni 2024 dengan potongan 100 persen dan berlanjut hingga Desember 2024 dengan potongan PPN 50 persen,” kata keterangan tersebut.
Perubahan kebijakan itu memicu lonjakan harga pada saham-saham terkait properti pada akhir pekan lalu. Perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa TBK atau INTP bahkan memproyeksi penjualan semen domestik bakal tumbuh 1 persen hingga Desember nanti karena insentif tersebut. Pada awal perdagangan hari ini, INTP melesat 4,3 persen ke level Rp 9.775 per saham.
Menangkap peluang ini, perseroan bakal fokus merampungkan akuisisi PT Semen Grobogan dengan untuk memperkuat posisi INTP di wilayah Jawa Tengan dan Jawa Timur. PT Semen Grobogan berkapasitas 1,8 juta ton klinker dan lebih dari 2,5 juta ton semen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2023 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global. Kendati demikian, para pemangku kepentingan akan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global, termasuk rambatan pada perekonomian dan sektor keuangan.
”Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan mendukung upaya pengendalian imported inflation (inflasi barang impor),” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan triwulan III-2023 di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta (Kompas.id, 3/11/2023).
Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, BI terus memperkuat kebijakan moneter dengan memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan, suku bunga deposit facility, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin (bps) sehingga masing-masing menjadi 6 persen, 5,25 persen, dan 6,75 persen.
Kebijakan suku bunga tersebut turut didukung penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah, antara lain intervensi di pasar valuta asing (valas) pada transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. BI juga akan mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan menerbitkan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) serta Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter untuk memperdalam pasar keuangan dan menarik masuknya aliran portofolio asing.
Di sisi lain, BI turut memperkuat stimulus pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan mengeluarkan kebijakan insentif makroprudensial, melanjutkan pelonggaran rasio loan to value/financing to value (LTV/FTV), dan melonggarkan penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial sebesar 100 bps. Ini karena Indonesia diproyeksikan mampu mencapai pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 sebesar 5,1 persen.