Setelah TikTok, Giliran Roposo dari India Muncul di Pasar Indonesia
Roposo, aplikasi asli India, langsung menuai manfaat usai Pemerintah India melarang 59 aplikasi buatan China, termasuk TikTok dan WeChat, beroperasi di India awal Juli 2020.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
Platform media sosial asal India, Roposo, resmi meluncur di pasar Indonesia, Senin (30/10/2023). Media sosial ini menawarkan format yang akan mengingatkan siapa pun pengguna ponsel pintar dengan cara kerja media sosial yang sudah ada. Apalagi, kalau bukan format konten video live streaming. Kreator, sebutan bagi pembuat video di media sosial, juga bisa berinteraksi aktif dengan penonton, mirip dengan fasilitas media sosial terdahulu yang populer di Indonesia, seperti Instagram dan TikTok.
Siapa pun bisa menjadi kreator di Roposo, baik pemula, pemengaruh, maupun artis yang sebelumnya sudah jadi kreator di platform media sosial lainnya. Para kreator tersebut dapat melakukan monetisasi konten di Roposo, sama halnya dengan platform media sosial yang memungkinkan kreator meraup penghasilan dari konten yang diproduksi dan tawaran kerja sama iklan dengan jenama.
Kendati terdapat kemiripan-kemiripan dengan pendahulunya yang sudah populer di Tanah Air, Roposo menyebut tetap ada perbedaan cara bekerja yang signifikan yang hanya dimiliki Roposo. Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, Direktur Pengembangan Pasar Glance—pengembang Raposo di Indonesia—Dalip Shahri mengatakan, sejak hari pertama memproduksi konten, kreator bisa segera memperoleh popularitas dan pendapatan.
”Kami menawarkan bimbingan kepada kreator, mulai dari bagaimana cara menampilkan diri hingga menghasilkan konten dengan performa terbaik berdasarkan data preferensi penonton,” ujarnya.
Perbedaan signifikan yang terlihat pada Roposo dengan media sosial lainnya adalah pilihan kategorisasi di awal buka aplikasi. Lalu, opsi menonton deretan top kreator. Jika mulanya Roposo hadir di dalam aplikasi pengunci ponsel pintar khusus Xiaomi dan Realme, yaitu Glance, kini Roposo bisa diunduh lewat toko aplikasi seperti Google PlayStore.
Warganet yang ingin jadi kreator di Roposo harus lulus kurasi dari Roposo. Setelah lulus kurasi, kreator dimungkinkan memperoleh 10 kali lebih banyak views dibanding platform media sosial lainnya.
Roposo juga menekankan bahwa platformnya menawarkan live streaming berbasis tren. Tema-tema budaya pop dan sosial yang sedang populer akan menjadi kekhasan Roposo.
”Kami juga menawarkan kebijakan moderasi konten yang ketat dan ini sampai menyasar ke kolom komentar. Kami berinvestasi tinggi di teknologi kecerdasan buatan untuk membantu memoderasi konten,” kata Dalip.
Strategi jangka panjang Roposo adalah menjadi media sosial yang memfasilitasi promosi ataupun live shopping. Strategi ini akan diterapkan tahun 2024. Belum ada detail tanggal rilis fitur itu. Hanya saja, Roposo berjanji akan mengikuti ketentuan Pemerintah Indonesia.
Senior Vice President dan General Manager Roposo Mansi Jain mengatakan, untuk sekarang, Roposo akan fokus membesarkan jumlah kreator di Indonesia. Pihaknya berencana mengajak lebih dari 1.000 kreator hingga 3–4 triwulan mendatang.
”Setelah India, kini Indonesia, kami juga berencana masuk ke pasar Amerika Serikat,” kata Mansi.
Asli India
Sebenarnya, siapa sebenarnya Roposo itu? Mengutip data Crunchbase, Roposo ditemukan pada Juni 2012 dan berasal dari India. Sementara Glance, perusahaan teknologi konsumen yang mengoperasikan Roposo, berdiri pada 2019. Selain Roposo, Glance juga mengelola aplikasi Glance (aplikasi lock screen) dan Nostra (aplikasi gim).
Glance sendiri berkantor pusat di Singapura. Glance merupakan anak perusahaan tidak terkonsolidasi dari InMobi Group (perusahaan teknologi periklanan dari India) dan didanai oleh Jio Platforms (perusahaan teknologi multinasional yang di dalamnya terdapat bisnis layanan seluler di India), Google, dan Mithril Capital.
Mengutip Reuters, Roposo termasuk aplikasi asli India yang langsung menuai manfaat usai Pemerintah India melarang 59 aplikasi buatan China, termasuk TikTok dan WeChat, beroperasi di India pada awal Juli 2020. Langkah ini menyusul konfrontasi antara India dan China di lokasi perbatasan Himalaya yang menyebabkan 20 tentara India tewas.
Dengan 200 juta pengguna di India, TikTok, yang menampilkan antarmuka pengguna yang sederhana, opsi musik latar, dan berbagai efek khusus, merupakan kekuatan yang sedang berkembang di kancah media sosial India. Pelarangan TikTok dan sederetan aplikasi asal China oleh Pemerintah India membuat masyarakat India berebut pilihan lain.
Roposo, aplikasi media sosial berbagi video India yang mirip dengan TikTok dan telah ada sejak tahun 2014, pun mengalami lonjakan basis pengguna sebesar 22 juta dalam dua hari setelah Pemerintah India melarang aplikasi China itu.
Roposo mengalami lonjakan basis pengguna sebesar 22 juta dalam dua hari setelah pemerintah India melarang aplikasi China itu.
Pendiri Roposo, Mayank Bhangadia, kepada Reuters, mengatakan, sebelum pelarangan, Roposo memiliki sekitar 50 juta instalasi pada perangkat Android yang mencakup hampir 500 juta ponsel pintar di India. Pascapelarangan aplikasi buatan China, Roposo diunduh lebih dari 80 juta kali di ponsel Android.
Berbasis di pusat teknologi Bengaluru di India selatan, perusahaan saat pelarangan itu terjadi hanya memiliki 200 staf, tetapi berencana untuk mempekerjakan 10.000 orang selama dua tahun ke depan dan mungkin menjadikan aplikasi ini ke pasar global.
Mengutip laman The Economic Times, pada 2022 Roposo dikabarkan turut meluncurkan sejumlah merek produk yang diciptakan bersama melalui Glance Collective (perusahahaan patungan antara Glance dan firma manajemen bakat bernama Collective Artists Network).
Sementara mengutip moneycontrol.com, Roposo dikabarkan baru saja bekerja sama dengan platform e-dagang Shopify. Melalui kemitraan ini, toko daring dapat dibuat di platform Shopify, yang kemudian dapat diintegrasikan dengan plugin Roposo Clout di profil Shopify untuk langsung mulai berjualan.
Di Indonesia, Roposo mulanya diuji coba sebanyak 40 streams lebih setiap hari di dalam aplikasi Glance. Uji coba yang berlangsung lima bulan pada tahun 2023 ini mampu menarik rata-rata penonton harian lebih dari 1 juta. Per bulan, konten di Roposo ditonton warganet Indonesia hampir 2 juta jam.
Indonesia dipilih sebagai target pasar Roposo karena memiliki jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang. Orang muda Indonesia dinilai aktif menggunakan teknologi digital atau digital first.
Iwan Manga, kartunis dan pemerhati dunia anak, ikut menjadi kreator di Roposo. Iwan yang sudah lama dikenal sebagai pembawa acara ”Mari Menggambar” di TVRI mengaku bergabung di Roposo sejak April 2023 alias di masa uji coba.
Berdasarkan pengalamannya, Roposo menjadi media sosial baru yang cukup segar bagi masyarakat Indonesia. Konten-konten live streaming di Roposo dapat dipertanggungjawabkan dan lebih ramah terhadap anak-anak.
Iwan sampai sekarang masih menggunakan media sosial lain. Salah satunya Instagram.
Sementara itu, model dan selebgram Angela Lee mengaku baru menjadi kreator. Pilihan pertamanya jatuh pada Roposo. Selama dua bulan dia mencoba memproduksi konten live streaming, dia merasa aman. Dalam artian, dia belum menemukan komentar-komentar yang negatif.
Pemerhati budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, Selasa (31/10/2023), di Jakarta, berpendapat, masyarakat Indonesia cenderung tidak mau ketinggalan mengadopsi teknologi. Inilah yang menurut Firman telah dibaca oleh produsen teknologi dari luar negeri. Sebelum media sosial, produsen elektronik dan gawai dari luar negeri sudah lebih dulu menjadikan Indonesia sasaran awal untuk peluncuran produk terbaru mereka.
Hanya saja, ada potensi antarsesama perusahaan teknologi, termasuk media sosial, saling mencoba mematikan satu sama lain. Perusahaan jejaring sosial asal Indonesia, Koprol, misalnya, telah diakuisisi Yahoo! tahun 2010, tetapi kini sudah tidak terdengar kabar perkembangannya.
”Saya melihat ada sindrom post colonial. Selain itu, alangkah menarik membaca aksi peluncuran produk teknologi asing dari sudut pandang persaingan geopolitik global,” ucap dia.