Sederhana dan nyaman menjadi nyawa dari jenis pakaian bergaya kasual. Pelaku usaha "fashion" mengikuti tren tersebut.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Puluhan modal laki-laki dan perempuan memeragakan beragam mode pakaian motif kotak-kotak warna-warni yang dikenal sebagai flannel di kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (13/10/2023). Perusahaan ritel Jepang, Uniqlo, mempromosikan koleksi flannel musim gugur dan dingin dengan beragam motif terbaru di tengah kemarau panjang.
Di Indonesia, pakaian yang identik dengan musim dingin itu nyatanya telah beradaptasi dengan iklim dua musim. Tidak sampai di situ, pakaian ini juga dipromosikan sebagai pakaian kasual, yang bisa dicitrakan gaya jalanan, berkelas, sporty, hingga formal untuk bekerja.
”Kita tahu bagaimana sibuknya orang Indonesia, yang ingin di setiap aktivitas all out, tapi nyaman dengan apa yang dipakai,” kata Marketing Manager Uniqlo Indonesia Lisqia Lalantika.
Tren tersebut juga membuat jenama pakaian Muslim wanita, Restu Anggraini, asal Jakarta, membuat kreasi pakaian smart casual daripada pakaian formal untuk aktivitas kerja kantoran yang difokuskan pada awalnya. Usaha yang berdiri sejak 2012 itu menyasar pasar perempuan usia 25-35 tahun.
”Kita dulu fokus baju-baju kerja saja. Makin ke sini berkembang ke smart casual karena kebutuhan pasar kita dari usia muda yang lagi aktif bekerja dan selalu butuh dress-up,” kata sang pemilik, Restu Anggraini (36), saat ditemui di pameran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), di Senayan, Jakarta, Kamis (26/10/2023).
Semakin ke sini memang pakaian berhijab lebih dicari yang praktis.
Kebutuhan akan pakaian bergaya kasual yang ”serbaguna” juga memengaruhi produk hijab multiwarna yang menjadi penjualan terbaiknya. Untuk pakaian penutup kepala itu, Restu juga kerap berinovasi dengan bahan yang nyaman karena hijab kerap dicari untuk keperluan sehari-hari.
”Semakin ke sini memang pakaian berhijab lebih dicari yang praktis. Dulu, kita ada produk luaran, dan lapisan lain, tapi sekarang pelanggan minta yang satu item saja dan yang ringkas. Sejak pandemi, orang cari pakaian yang adem, nyaman, enggak mau ribet atau simpel dan material enak,” ucapnya.
Kebutuhan akan pakaian kasual juga tergambar dalam survei daring Jakpat, yang dirilis 2023 ini. Survei diikuti 702 orang berusia 15-44 tahun dari kalangan ekonomi menengah yang mayoritas (78 persen) tinggal di Pulau Jawa. Survei terhadap 616 responden, yang sudah dan berniat membeli produk fashion menunjukkan minat pada pakaian kasual.
Sebanyak 90 persen dari 616 responden mengaku telah membeli pakaian kasual. Lalu, ada 82 persen dari 552 responden mengaku hendak membeli pakaian kasual dibandingkan dengan sembilan produk fashion lainnya, antara lain alas kaki, aksesori, pakaian formal, pakaian olahraga, dan kostum khusus. Baca juga: Pemerintah Ingatkan Instagram untuk Tertibkan Akun Dagang Barang Ilegal
Sebagian besar responden yang disurvei mengaku membeli barang fashion untuk kenyamanan dan efisiensi (38 persen). Berikutnya, yang lain mengaku perlu mengikuti tren terkini (26 persen) menjadi diri sendiri (25 persen), dan tampil lebih menarik (18 persen).
Desainer sekaligus Ketua Nasional Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma berpendapat, permintaan akan pakaian kasual bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup. Menurut pengamatannya, meski pakaian kasual sejak awal memiliki pasar yang jauh lebih besar dari produk fashion lainnya, kini gaya pakaian tersebut diminati karena, antara lain, memberi kesan muda pada pemakainya.
”Orang yang ingin bergaya muda makin banyak. Kalau dulu, misalnya, pakaian kasual enggak dipilih ibu-ibu karena dianggap ringan, sporty, atau kurang feminim. Makin ke sini makin diminati, dan memang mayoritas psikologi perempuan enggak ada yang mau bergaya lebih tua dari umurnya,” ujarnya.
Hal lain yang dinilai berpengaruh pada pembelian pakaian kasual adalah tren pakaian muslimah yang membutuhkan memadupadankan beragam jenis pakaian.
”Di Indonesia, aku lihat ada pengaruh dari banyaknya anak muda yang berpakaian Muslim. Pemakai hijab kebanyakan butuh pakaian ber-layer, tidak sedikit yang menggunakan lebih dari single piece, karena ada dalaman celana, rok basic, dan sebagainya,” ujarnya.
Pakaian kasual, menurut dia, juga selalu bisa digunakan dengan gaya beda, tergantung dari pasangan pakaian lain yang dikenakan bersamaan. Pakaian kasual juga memiliki nilai fleksibilitas tinggi, menyesuaikan kebutuhan masyarakat yang aktif dan adaptif. Apakah Anda setuju?