Bursa Kripto Bersiap Integrasikan Transaksi Perdagangan
Bursa kripto mempersiapkan transaksi perdagangan terintegrasi. Sentimen global memberikan angin segar terhadap aset kripto.
JAKARTA, KOMPAS — Bursa kripto tengah mempersiapkan sistem transaksi perdagangan aset kripto yang terintegrasi secara real time. Saat ini transaksi perdagangan masih dilakukan para pedagang melalui platform masing-masing lewat mekanisme pengawasan bursa.
”Transaksi perdagangan belum dilakukan secara real rime dan terintegrasi. Namun, kami, para pedagang, melaporkan setiap transaksi kepada bursa kripto,” kata CEO Triv Gabriel Rey saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Berdasarkan informasi yang diterima, saat ini bursa masih mempersiapkan sistem agar transaksi perdagangan aset kripto dapat terintegrasi dan berlangsung. Gabriel menambahkan, pihaknya terus melaporkan setiap transaksi aset kripto dalam platform perdagangannya secara rutin sejak terdaftar sebagai anggota bursa.
Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia-Asosiasi Blockchain Indonesia (Aspakrindo-ABI) Robby menambahkan, pelaporan tersebut rutin dilakukan lima kali dalam sehari. Transaksi perdagangan secara real time dan terintegrasi tersebut rencananya akan berlangsung pada pertengahan November 2023.
”Kemungkinan pada 17 November nanti transaksi aset kripto sudah bisa live di bursa,” ujarnya.
Secara tertulis, Presiden Direktur PT Bursa Komoditi Nusantara (CFX) Subani menyampaikan, saat ini terdapat 27 calon pedagang fisik aset kripto (CPFAK) yang terdaftar sebagai anggota bursa dan seluruh transaksi yang dilakukan telah terlapor dengan baik. Sebagaimana diketahui, sebelum ditetapkan sebagai pedagang fisik aset kripto (PFAK) dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), para CFAK tersebut wajib menjadi anggota bursa.
”Perlu diketahui, saat ini perdagangan yang dilakukan hanya spot/fisik aset kripto, yang seluruh transaksinya terjadi pada masing-masing CPFAK dan diawasi oleh bursa,” katanya.
Baca juga: Bappebti Siap Bentuk Komite Aset Kripto
Investor bertumbuh
Meski perkembangan pasar kripto di Indonesia tidak lepas dari kondisi pasar global, kehadiran bursa kripto menjadi keunggulan tersendiri. Sebab, bursa kripto yang bertugas mengatur dan mengawasi ekosistem dapat memberikan jaminan terhadap perlindungan konsumen.
Subani menambahkan, kondisi pasar global yang sedang melemah atau disebut dengan crypto winter turut diikuti oleh pasar di Indonesia. Namun, jumlah investor tercatat mengalami pertumbuhan.
”Ada banyak faktor yang memengaruhi volume transaksi kripto, seperti industri kripto global serta makroekonomi Indonesia dan dunia. Namun, kami akan terus memastikan bahwa bursa akan mengawal kebijakan-kebijakan regulator dari pasar kripto ini. Untuk akhir tahun ini, kemungkinan akan terjadi penurunan, berkaca dari pasar global,” ujarnya.
Bappebti mencatat, total investor kripto di Indonesia hingga Agustus 2023 tercatat mencapai 17,79 juta investor. Jumlah ini bertambah 12.000 investor atau meningkat 0,68 persen dibandingkan dengan Juli 2023 yang sebanyak 17,67 juta orang.
Secara tahunan, jumlah investor kripto tumbuh 10,5 persen. Pada Agustus 2022, jumlah investor kripto tercatat sebanyak 16,1 juta investor.
Baca juga: Pemerintah Pertimbangkan Insentif Seusai Bursa Kripto Beroperasi
Hal ini berbanding terbalik dengan nilai transaksi aset kripto di Indonesia yang terus mengalami pertumbuhan negatif. Nilai transaksi aset kripto dalam dua tahun terakhir tercatat menurun 64,34 persen dari Rp 859,4 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 306,4 triliun. Hingga Agustus 2023, total nilai transaksi aset kripto tercatat Rp 86,45 triliun.
”Tantangan lainnya terhadap pasar di Indonesia adalah bagaimana menumbuhkan rasa kepercayaan dari masyarakat untuk berinvestasi di aset kripto. Oleh sebab itu, perlu dilakukan literasi dan edukasi terhadap masyarakat, terutama generasi muda yang merupakan pasar paling potensial di industri kripto ini,” ujar Subani.
Angin segar
Kendati demikian, industri aset kripto secara global tengah menantikan keputusan otoritas AS terkait transaksi derivatif melalui aset kripto. Belakangan, perusahaan manajemen investasi raksasa yang berbasis di AS, BlackRock Inc, menunjukkan bukti telah mendapatkan Committee on Uniform Securities Identification Procedures (CUSIP) yang dikeluarkan oleh Depositary Trust and Clearing Corporation (DTCC).
Persetujuan itu mengenai rencana dari Blackrock untuk menerbitkan Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin Spot atau perdagangan derivatif Bitcoin. Di sisi lain, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga telah menerima perintah untuk meninjau aplikasi ETF Bitcoin dari Grayscale.
Gabriel menjelaskan, kedua peristiwa itu membawa sentimen positif terhadap pertumbuhan nilai transaksi aset kripto bitcoin. Ini karena ETF Bitcoin akan membuka peluang lebar bagi manajer investasi, baik dari perusahaan asuransi maupun dana pensiun, untuk menginvestasikan aset yang dikelolanya ke instrumen investasi bitcoin.
”Semuanya akan menjadi jelas pada awal Januari 2024, dan kemungkinannya 90 persen akan disetujui. Sentimen tersebut membawa harga bitcoin saat ini ke level tertingginya menembus 30.000 dollar AS selama kalender berjalan,” kata Gabriel.
Menurut Gabriel, keputusan untuk menerima perdagangan derivatif aset kripto oleh Pemerintah AS tersebut akan berdampak terhadap Indonesia. Artinya, pasar domestik akan menyesuaikan dengan kondisi atau ketentuan yang berlaku di pasar global.
Robby menambahkan, saat ini bursa kripto tengah mengkaji berbagai aspek perdagangan aset kripto, termasuk perdagangan derivatifnya. Hasil kajian tersebut akan dipublikasikan dalam waktu dekat.
”Ini tentu menjadi angin segar karena semakin membuka inovasi transaksi dari aset kripto. Bahkan, Pemerintah AS yang sebelumnya menolak kini menunjukkan keterbukaannya terhadap aset kripto sehingga peluang investasi terhadap aset kripto semakin terbuka,” tutur Robby.
Baca juga: Selangkah Lagi Aset Kripto Bakal Jadi Alat Pembayaran