Pakan Mandiri Jangan Berbenturan dengan Konsumsi Ikan
Peningkatan produksi perikanan budidaya berkolerasi dengan bertambahnya kebutuhan pakan ikan. Peningkatan kebutuhan pakan ikan akan memicu meningkatnya persaingan bahan baku dengan negara-negara produsen pakan.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan perikanan budidaya yang efisien memerlukan dukungan pakan yang berkualitas dan terjangkau. Produksi pakan mandiri yang sedang dikembangkan pemerintah perlu mengoptimalkan bahan baku yang mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan konsumsi masyarakat.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu mengemukakan, pakan ikan merupakan salah satu komponen terpenting usaha budidaya ikan dalam rangka mendukung pencapaian target produksi perikanan budidaya. Komposisi biaya pakan ikan mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi.
Pihaknya sedang memperkuat program produksi pakan ikan mandiri untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya yang efisien. Produksi pakan ikan mandiri akan fokus pada penggunaan bahan baku lokal dan pengelolaan pakan sesuai standar dan tersertifikasi.
”Pakan ikan menjadi faktor dominan keberhasilan perikanan budidaya,” kata Tb Haeru dalam keterangan pers, Selasa (24/10/2023).
Pemerintah telah menetapkan target produksi perikanan budidaya nasional pada tahun 2024 sebanyak 22,65 juta ton. Dari jumlah itu, 45,56 persen di antaranya merupakan komoditas ikan dan udang yang memerlukan pakan sekitar 13,37 juta ton.
Hingga Oktober 2023, jumlah pakan ikan yang terdaftar di KKP yakni sebanyak 1.631 merek pakan. Pakan itu meliputi pakan udang sebesar 33 persen dan pakan ikan 67 persen. Pakan ikan yang telah terdaftar itu dihasilkan oleh produsen pakan ikan impor sebanyak 605 merek, sedangkan produsen pakan ikan lokal atau mandiri sebanyak 1.026 merek.
Tb Haeru menambahkan, terdapat dua strategi yang diusung KKP dalam pengembangan produksi pakan ikan. Strategi jangka menengah periode tahun 2021-2024, yakni fokus mendapatkan bahan baku lokal dan manajemen pakan yang efisien. Adapun strategi jangka panjang (2025-2045) fokus pada penggunaan bahan baku nabati dan lokal sesuai dengan nutrisi spesifik komoditas.
”Tujuan dari strategi jangka panjang sampai dengan 2045 fokus pada produksi pakan yang ramah lingkungan, tidak merusak ekologi. Pada tahun 2045, Indonesia ditargetkan swasembada pakan ikan nabati,” lanjut Tb Haeru.
Persaingan
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University Dedi Jusadi mengatakan, peningkatan produksi perikanan budidaya berkolerasi dengan bertambahnya kebutuhan pakan ikan. Peningkatan kebutuhan pakan ikan akan memicu meningkatnya persaingan bahan baku dengan negara-negara produsen pakan.
Ia merespons positif strategi jangka panjang pengembangan pakan dalam negeri yang fokus pada penggunaan bahan baku nabati dan lokal. Namun, persaingan bahan baku pakan perlu diantisipasi dengan pemilihan kriteria bahan baku yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
”Meningkatnya persaingan bahan baku pakan menuntut kita untuk mengembangkan bahan baku berbasis perairan. Kriteria bahan baku tersebut di antaranya tidak berkompetisi dengan kepentingan manusia, dapat menyerap nutrien, serta dapat diproduksi secara massal,” ucap Dedi.
Dedi menambahkan, salah satu bahan baku pakan yang dapat dikembangkan adalah selada laut atau ulva yang merupakan jenis rumput laut hijau (Chlorophyta) dan tersebar di berbagai perairan Indonesia. Pemanfaatan ulva dinilai dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor. Pengembangan budidaya ulva perlu diinisiasi oleh pemerintah bersama-sama perguruan tinggi, lembaga riset, dan pemangku kepentingan.
”Ulva potensial untuk dibudidayakan pada skala komersial di perairan pesisir Indonesia, terutama untuk memanfaatkan tambak-tambak idle atau terintegrasi sebagai fitoremediator (penyerap zat pencemar),” ujar Dedi.
Sementara itu, Government Relations Manager PT Japfa Comfeed Indonesia Andhi Trapsilo mengemukakan, produsen pakan yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) berkomitmen mendukung keberlanjutan pakan ikan dan udang guna memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan di Indonesia. Salah satu upayanya adalah mengurangi penggunaan tepung ikan impor dengan memanfaatkan bahan baku lokal.
”Kualitas dan kuantitas bahan baku pakan harus kita jaga sehingga produk terjaga ketertelusuran guna memenuhi kebutuhan pasar global,” ucap Andhi.
Menurut Tb Haeru, KKP berupaya memastikan ketertelusuran pakan untuk sertifikasi pakan (CPPIB) dan pendaftaran pakan. Pelaku usaha pembuatan pakan ikan buatan wajib memiliki sertifikat CPPIB. Sementara itu, pelaku usaha yang melakukan impor pakan ikan dan/atau bahan baku pakan ikan wajib memiliki rekomendasi impor pakan ikan dan/atau bahan baku pakan ikan.