Sektor Energi dan Komoditas Diprediksi Menguat Terbatas dalam Jangka Menengah
Ketegangan politik luar negeri bisa menghasilkan pergerakan yang ”volatile” dan biasanya yang paling terdampak adalah emas dan minyak mentah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah sektor emiten pasar modal diprediksi masih bisa mengalami penguatan sebagai imbas kenaikan harga komoditas dan energi. Momentum ini telah dimanfaatkan untuk mengambil untung dari kenaikan harga emiten di sektor energi dan material dasar.
Mengutip situs Trading Economics, harga beberapa produk energi dan material dasar diprediksi naik sampai triwulan akhir 2023. Harga batubara, misalnya, diperkirakan naik dari posisi saat ini 138 dollar AS per ton menjadi 142 dollar AS per ton. Lalu, emas naik dari level 1.981 dollar per ons ke 2.004 dollar per ons. Kemudian, harga minyak mentah tumbuh dari 88,12 dollar AS per barel menjadi 90,93 dollar AS per barel.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, William Hartanto, mengatakan, potensi kenaikan harga komoditas bisa memberikan dorongan terhadap sektor energi dan komoditas di pasar modal. ”Namun, jika diukur dari pergerakan pasarnya sendiri, sebenarnya potensi penguatannya akan terbatas,” ujarnya saat dihubungi Kompas, Senin (23/10/2023).
Saham-saham komoditas, menurut dia, sudah menguat sejak tahun lalu. Kenaikan yang berlangsung lama ini membuat investor telah mengambil untung. Namun, ketika ada sentimen yang positif pun, Hartanto menimbang, penguatan ini masih terbatas karena aksi jual yang berlanjut terutama ketika harga saham naik.
”Ketegangan politik luar negeri bisa menghasilkan pergerakan yang volatile dan biasanya yang paling terdampak adalah emas dan minyak mentah. Jadi, dengan adanya faktor-faktor ini, kedua komoditas ini memiliki peluang untuk menguat,” ujarnya, menambahkan.
Analisis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia dalam keterangannya hari ini menyebut, kembali melemahnya indeks di Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS), seiring kekhawatiran investor akan prospek ekonomi AS, diprediksi menjadi sentimen negatif di pasar.
”Adapun naiknya harga komoditas, emas, nikel, dan batubara berpeluang menjadi sentimen positif,” kata sekuritas tersebut.
IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Senin (23/10/2023) tergerus dalam hingga 107,20 poin (-1,57 persen) menjadi 6.741. Ini melanjutkan pelemahan pada akhir perdagangan Senin (16/10/2023) sebanyak 30,48 poin atau 0,44 persen ke level 6.896.
Untuk sementara, IHSG yang masih masuk zona merah sepekan terakhir membuat kinerja emiten komoditas dan energi juga turun. Hari ini, sektor energi minus 2,6 persen dan material dasar turun 1,76 persen.
Emiten sektor energi yang bergerak ada di bidang minyak dan gas, batubara, energi, dan bahan bakar alternatif. Sementara emiten sektor material dasar yang bergerak adalah metal dan mineral, kertas dan kehutanan, material konstruksi, kontainer dan pengemasan, serta kimia.