Jumlah penawaran saham dalam IPO hanya sebesar 3 persen dari modal usaha yang ditempatkan. Dengan demikian, kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 130,4 triliun dengan mayoritas saham dipegang Barito Pacific.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Barito Renewables Energy Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten BREN, Senin (9/10/2023). Perusahaan yang memproduksi listrik dari tenaga panas bumi ini mengalami kelebihan penawaran setelah mencetak kapitalisasi terbesar di bursa untuk sektor energi terbarukan saat penawaran saham perdana.
Barito Renewables merupakan perusahaan induk energi dari Grup Barito Pacific yang didirikan Prajogo Pangestu, orang terkaya ketujuh di RI versi Forbes. Pada perdagangan perdana saham BREN pagi ini, harga satuan saham melonjak 25 persen ke level Rp 975 per saham dari harga penawaran awal sebesar Rp 780 per saham.
Direktur Utama Barito Renewables Hendra Soetjipto Tan, dalam acara peluncuran saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, menyampaikan, penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) ini merupakan komitmen mereka untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan.
”IPO ini tidak hanya terbatas pada industri geotermal, tetapi juga menuju ke teknologi terbarukan lainnya, dengan didukung oleh keunggulan operasional yang kuat. Kami berharap BREN mampu menarik mitra, investor, dan bakat baru untuk mencapai target energi terbarukan dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan bersih,” kata Hendra.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dana IPO ini akan mereka gunakan untuk mengonsolidasikan Star Energy Geothermal Group, yang sahamnya dipegang BREN, dengan teknologi canggih dan tenaga ahli yang berpengalaman. Perusahaan juga berencana melakukan ekspansi dengan memperluas wilayah operasi energi terbarukan secara domestik ataupun global. Kapasitas terpasang daya listrik dari tenaga panas bumi yang ditargetkan perseroan pada 2028 adalah 1.200 megawatt (MW).
”Star Energy Geothermal Salak adalah satu-satunya pembangkit listrik yang beroperasi dalam hutan konservasi. Dengan kolaborasi bersama pemerintah dan pemangku kepentingan di daerah, perusahaan ini menjadi contoh nyata bahwa operasi geotermal dapat hidup berdampingan dengan alam sembari melestarikan spesies yang terancam punah di Indonesia,” ungkapnya.
Kelebihan permintaan
PT BNI Sekuritas melaporkan, sejak BREN melakukan IPO pada 3-5 Oktober 2023, perolehan dana telah mencapai Rp 3,13 triliun dari total 4 miliar lembar saham yang ditawarkan. Saham itu bahkan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 135 kali dari total porsi minimum awal yang disyaratkan.
Direktur Investment Banking BNI Sekuritas Nieko Kusuma, dalam keterangan tertulisnya, mengaku senang atas tingginya antusiasme para investor terhadap BREN. ”Lebih dari 50.000 investor telah berpartisipasi dalam mendorong terciptanya ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan berlandaskan pada prinsip environmental, social, and governance (ESG),” ujarnya.
Nieko menambahkan, jumlah penawaran saham dalam IPO ini hanya 3 persen dari modal usaha yang ditempatkan. Dengan demikian, kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 130,4 triliun, dengan mayoritas saham (64 persen) dipegang Barito Pacific. ”Ini membuat BREN menjadi perusahaan sektor energi terbarukan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di BEI,” ungkapnya.
Kapitalisasi pasar ini mengalahkan pemain lain di sektor sama, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO). Perusahaan itu mencatatkan sahamnya di bursa pada Jumat (24/2/2023). Pertamina Geothermal Energy menawarkan sahamnya kepada publik sebanyak 10,35 miliar lembar saham yang mewakili 25 persen dari modal yang ditempatkan.
Saat penawaran umum saham dilakukan pada periode 20-22 Februari 2023, perseroan berhasil meraih dana Rp 9,056 triliun dengan harga penawaran Rp 875 per lembar.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menyampaikan, pelepasan saham perdana anak usaha milik PT Pertamina Persero ini ditujukan untuk mengembangkan kapasitas terpasang tenaga panas bumi perseroan sebesar 600 megawatt hingga 2027 mendatang.
”Diharapkan, kapasitas terpasang tenaga panas bumi yang dikelola Pertamina Geothermal Energy bisa menjadi 1.272 MW pada 2027. Adapun saat ini kapasitas terpasang tenaga panas bumi yang dikelola sendiri sebesar 672 MW,” katanya (Kompas.id, 25/2/2023).
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa berpendapat, penawaran saham produsen listrik dari tenaga panas bumi diharapkan dapat mengoptimalkan produktivitas industri dan pemanfaatan hasilnya oleh para pengguna teknologi. Dengan demikian, panas bumi dapat menjadi tulang punggung utama energi terbarukan di Indonesia.