Panen Kurang, Presiden Minta Stok Beras Ditambah 1,5 Juta Ton
Panen raya di musim tanam kedua diharap menambah pasokan cadangan beras nasional. Di sisi lain, akan ditambahkan beras impor untuk cadangan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati mulai ada panen raya padi di sejumlah daerah, tambahan cadangan beras dinilai tetap diperlukan. Presiden Joko Widodo menyebut setidaknya masih diperlukan tambahan cadangan beras 1,5 juta ton.
Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut seusai meninjau panen raya di Desa Ciasem Girang, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (8/10/2023) pagi.
Presiden berangkat menuju Subang menggunakan helikopter dari helipad Monumen Nasional, Jakarta. Saat mendarat di helipad lapangan PT Sang Hyang Seri, Kabupaten Subang, Presiden disambut Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, Pangdam III/Siliwangi Mayor Jenderal Erwin Djatniko, dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Akhmad Wiyagus. Kepala Badan Pangan Nasional sekaligus Pelaksana Tugas Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi dan Bupati Subang Ruhimat juga mendampingi Presiden dalam peninjauan ini.
Presiden Jokowi menjelaskan, panen raya pertama memang biasanya menghasilkan gabah lebih banyak. Adapun panen kedua biasanya menurun. Meski demikian, di Subang, petani masih mendapatkan 9 ton untuk satu hektar lahan di panen kedua ini.
”Bisa 9 ton, memang padat sekali saya lihat dan kita harapkan dari panen-panen inilah pasokan beras bisa menambah cadangan kita,” ujarnya.
Presiden Jokowi pun mengatakan akan memantau panen raya di lokasi-lokasi lain. Diperkirakan, pekan depan, panen raya di Indramayu yang akan dipantau.
Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin menambahkan, panen raya akan berlangsung di hampir seluruh sentra produksi padi di Jawa Barat, terutama di Indramayu, Karawang, Bekasi, dan Subang, sepanjang Oktober ini. Diakui, El Nino membuat jumlah produksi beras di Jawa Barat akan sedikit menurun.
”Kami berharap, penurunan produktivitas tidak terlalu besar, apalagi di daerah-daerah sentra produksi padi, irigasi tetap dijaga. Karenanya, produktivitas, seperti di Subang, relatif terjaga,” tutur Bey.
Kendati hasil panen raya musim tanam kedua ini menambah pasokan beras, Presiden menilai jumlahnya masih kurang. Stok beras di Perum Bulog saat ini 1,7 ton. Namun, Presiden Jokowi menilai masih diperlukan penambahan cadangan beras sampai 1,5 juta ton. Penambahan, menurut rencana, melalui impor. Hal ini, kata Presiden, karena El Nino akan berpengaruh pada produksi beras di Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian memperkirakan El Nino akan berdampak pada kehilangan produksi beras sampai 1,2 juta ton. Dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR, di Jakarta, 30 Agustus lalu, Menteri Pertanian saat itu, Syahrul Yasin Limpo, menyebutkan, apabila El Nino sedang, Indonesia akan kehilangan 380.000 ton beras. Jika El Nino sangat kuat, kehilangan produksi beras bisa mencapai 1,2 juta ton.
Sejauh ini sejumlah lembaga meteorologi dunia memprediksi peluang El Nino berkembang menjadi tipe kuat. Bahkan, dampak El Nino diperkirakan lebih kuat dirasakan tahun depan (Kompas.id, 2 Oktober 2023).
Namun, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari memprediksi kondisi El Nino kuat berlangsung singkat, yakni sekitar Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia, kondisi itu terjadi saat memasuki musim hujan. ”Karena itu, dampak El Nino kuat ini di Indonesia akan menurun,” kata Supari, awal Oktober.
Menghadapi El Nino, Presiden Jokowi pun beberapa kali mengadakan rapat tertutup. Rapat terakhir diselenggarakan Selasa (3/10/2023), di Istana Merdeka. Saat itu, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi mengatakan, produksi beras masih cukup baik kendati ada potensi kehilangan sampai 1,2 juta ton. Karenanya, tetap ada persetujuan impor untuk tahun 2024.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya seusai rapat menambahkan, Presiden meminta supaya ada strategi untuk penyediaan air dan ketercukupan air di sentra produksi pangan harus dicek secara menerus. Selain itu, kata Harvick, perbaikan pompa dan sumur juga dilakukan.
Harga konsumen
Harga gabah di tingkat petani saat ini juga dinilai baik. ”Petani senang, harga gabah mahal. Harga gabahnya Rp 7.300, ada yang Rp 7.400, Rp 7.500, sampai Rp 7.600. Kalau petaninya senang. Ini yang enggak senang, pembeli berasnya. Harus kita atasi dengan menggerojok (beras) sebanyak-banyaknya, memasok sebanyak-banyaknya ke pasar, agar harga bisa turun,” tutur Presiden.
Menurut Presiden, harga beras di Pasar Induk Cipinang sudah mulai turun. Namun, diharapkan harga beras di pasar dan di tingkat konsumen lebih terkendali.