Hilirisasi rumput laut bakal dimasukkan menjadi proyek strategis nasional. Namun, peta jalan dan industrialisasi rumput laut dinilai belum berjalan optimal.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
POS TNI ANGKATAN LAUT LIRANG
Warga membersihkan rumput laut yang baru saja dipanen di Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, pada Juli 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah terus menggenjot industri hilir atau hilirisasi rumput laut dengan tujuan meningkatkan nilai tambah. Hilirisasi rumput laut akan dimasukkan ke dalam proyek strategis nasional.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, program hilirisasi industri semakin digaungkan karena memberikan peluang bagi komoditas yang awalnya diekspor dalam bentuk mentah atau bahan baku untuk dikapalkan dalam bentuk barang setengah jadi atau produk jadi sehingga mempunyai nilai jual lebih tinggi.
Program hilirisasi terus dikembangkan, baik untuk skala industri besar maupun sektor industri kecil dan menengah (IKM). Upaya strategis itu juga dinilai memiliki dampak positif terhadap perekonomian nasional serta meningkatkan nilai tambah dan nilai ekspor.
”Pengembangan industri penghiliran juga sudah terlihat hasilnya, yaitu produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian rantai pasok global. Hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, antara lain membuka kesempatan kerja secara signifikan,” kata Agus, dalam keterangan pers, di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Salah satu sektor yang kini sedang dipacu hilirisasinya adalah rumput laut. Industri rumput laut dinilai mampu menghasilkan banyak produk turunan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah. Saat ini, Indonesia menjadi penghasil rumput laut terbesar nomor dua di dunia, negara eksportir karagenan keenam di dunia, dan negara eksportir agar ketujuh di kancah global.
Negara tujuan ekspor produk olahan rumput dari Indonesia, antara lain ke China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Untuk mendukung kebijakan hilirisasi industri rumput laut, Kemenperin berupaya meningkatkan diversifikasi produk yang diminati pasar global, serta menyiapkan sumber daya manusia (SDM).
Dari data Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai pasar rumput laut dunia pada tahun 2022 mencapai 3,7 miliar dollar AS atau meningkat 32 persen dibandingkan tahun 2021. Sementara nilai ekspor rumput laut Indonesia sebesar 600 juta dollar AS atau 16 persen terhadap nilai pasar rumput laut dunia. Perdagangan rumput laut ke luar negeri didominasi dalam bentuk bahan mentah.
Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis, saat dihubungi terpisah, mengemukakan, diperlukan kejelasan arah hilirisasi yang memenuhi kriteria sesuai dengan standar internasional. Pemerintah, akademisi, beserta seluruh pemangku kepentingan terkait hendaknya memahami ekosistem usaha rumput laut secara global agar ada misi dan visi yang sama.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Rumput laut yang dijemur hasil panen raya yang dilakukan bersamaan dengan Festival Budaya Ohoi Letvuan di Desa Letvuan, Kecamatan Hoat Sorbay, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, Sabtu (16/9/2023).
Ia menambahkan, Pemerintah Indonesia pernah menyusun Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021. Namun, hasilnya dinilai tidak jelas. Harmonisasi industri hulu dan hilir, beserta penunjangnya, sangat diperlukan dalam memajukan industri rumput laut nasional yang berdaya saing. Selain itu, akurasi data produksi bahan baku dan serapannya. ”Diperlukan evaluasi terhadap pengolahan rumput Laut Indonesia, baik investasi swasta maupun proyek pemerintah,” ujarnya.
Ia menambahkan, komoditas rumput laut hanya memiliki beberapa turunan, antara lain makanan, biofuel, biomaterial, biostimulan dan hidrokoloid. Rumput laut tropis di Indonesia umumnya diolah menjadi tepung karagenan dan agar-agar. Karagenan dan agar-agar merupakan salah satu bahan pencampur pada produk-produk makanan, minuman, farmasi dan kosmetik.
Hilirisasi untuk pengolahan rumput laut menjadi hidrokoloid sudah lama berjalan di Indonesia yang dilakukan oleh swasta, serta proyek-proyek pengolahan rumput laut di beberapa daerah dengan dana APBN.
Menurut Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, hilirisasi rumput laut akan masuk menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Industri pengolahan rumput laut dinilai akan memberikan nilai tambah ekonomi, disamping itu berkontribusi menjadi solusi masalah lingkungan. Penelitian terkait produk turunan rumput laut juga tengah dilakukan berkolaborasi dengan India.
“Rumput laut akan kita buat jadi proyek strategis nasional, karena juga akan membantu masalah lingkungan, dan memberikan kontribusi degradasi plastik, bisa jadi pupuk organik, biodiesel. Selain itu, dan menyerap emisi karbon,” katanya, pekan lalu, dalam Marine Spatial Planning and Services Expo 2023.
Luhut menambahkan, pengembangan industri hilir (downstreaming) merupakan satu dari enam pilar ekonomi Indonesia. Pilar itu meliputi hilirisasi, digitalisasi, dekarbonisasi, pendidikan, dana desa, dan konektivitas. Masih banyak komoditas yang tengah digarap untuk industri hilir, seperti nikel, tembaga, timah, bauksit dan kelapa sawit.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, beberapa waktu lalu, mengemukakan, Indonesia memiliki lahan potensial untuk pengembangan rumput laut seluas 12 juta hektar yang tersebar di berbagai wilayah, dan baru termanfaatkan 0,8 persen. Presiden RI telah menargetkan percontohan hilirisasi rumput laut di beberapa wilayah. Terdapat lima lokasi percontohan yang disiapkan, yakni Buleleng (Bali), Wakatobi, Maluku Tenggara, Rote Ndao (NTT), dan NTB.
Produksi rumput laut nasional didominasi jenis Eucheuma cottonii, Eucheuma spinosum, Gracilaria sp dan Sargassum sp. Pada tahun 2021, total produksi rumput laut sekitar 9,09 juta ton basah. Tahun 2024, produksi rumput laut Indonesia ditargetkan 12,33 juta ton basah.