Hari Kelapa Sedunia Dorong Kolaborasi dan Investasi
Serangkaian hajatan Hari Kelapa Sedunia 2023 di Gorontalo diharapkan mendorong pengembangan komoditas kelapa di daerah. Selain pemerintah daerah, dukungan dari generasi muda dibutuhkan untuk melahirkan inovasi.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·4 menit baca
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Dari kiri : Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Gita Syahrani, Director and CRSO Amartha Aria Widianto, Senior Program Manager Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) Fito Rahdianto, dan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo menandatangani kontrak kerja sama pengembangan komoditas kelapa saat sesi Business and Partnership Matching dalam rangkaian World Coconut Day 2023, di Gorontalo, Jumat (22/9/2023).
GORONTALO, KOMPAS — Rangkaian acara World Coconut Day atau Hari Kelapa Sedunia di Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Kamis-Senin (21-25/9/2023), berpotensi menyerap dana investasi senilai Rp 11,8 miliar. Selain sebagai upaya mengembalikan kejayaan komoditas kelapa dari segi ekonomi, hajatan tersebut mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam pembangunan.
Dalam satu kesempatan, para pelaku usaha, lembaga pembiayaan, perwakilan pemerintah daerah dan pusat, mitra pendamping, akademisi, asosiasi, serta generasi muda dipertemukan dalam sesi khusus, yakni Business and Partnership Matching. Sesi ini menghasilkan sejumlah kolaborasi dan kesepakatan antara masing-masing pihak dalam rangka mendorong industri kelapa yang berkelanjutan.
Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, dalam penutupan acara World Coconut Day (WCD) 2023, Senin (25/9/2023), menyampaikan, rentetan acara tersebut diharapkan dapat meningkatkan investasi daerah, memberikan semangat untuk menanam kelapa, dan mengedukasi masyarakat. Hal ini penting mengingat sebagian besar areal perkebunan kelapa dimiliki oleh rakyat.
”Dari sesi Business and Partnership Matching, terjaring potensi deal-making senilai 768.900 dollar AS atau Rp 11,8 miliar. Angka tersebut didapat tidak hanya dalam bentuk transaksi, tetapi juga kesepakatan (MoU) dan perjanjian kerja sama jasa,” katanya.
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Dari kanan : Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Rully Nuryanto, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Fadel Muhammad, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, dan Direktur Eksekutif International Coconut Community Jelfina C Alouw, dalam pembukaan World Coconut Day 2023 di Gorontalo, Kamis (21/9/2023).
Sejumlah kesepakatan dan kerja sama tersebut antara lain penandatanganan MoU antara Amartha, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), dan Koalisi Pemerintah Penghasil Kelapa (Kopek) dalam perumusan peta jalan kelapa berkelanjutan untuk pembiayaan hijau bagi petani dan pelaku usaha kelapa. Kemudian, penandatanganan perjanjian kerja sama antara Koperasi Nyiur Indah Lestari dan UD Yama tentang pemasaran produk minyak kelapa di Gorontalo.
Menurut Nelson, berbagai komitmen dari para pemangku kepentingan selama acara berlangsung kiranya menginspirasi daerah lain dalam upaya mengembalikan kejayaan komoditas kelapa. Hal ini mengingat WCD 2023 turut memberikan rekomendasi berupa peta jalan pengembangan industri kelapa berkelanjutan.
Forum diskusi pada hari kedua WCD 2023 tersebut menghasilkan lima aspek dasar yang dibutuhkan untuk mewujudkan industri kelapa berkelanjutan, yakni peningkatan produktivitas yang berfokus pada kapasitas petani, bibit unggul, dan teknologi. Lalu, memastikan kesejahteraan petani dan pelaku usaha perkelapaan melalui akses permodalan dan pelatihan.
Kelapa ini bukan hanya dilihat dari aspek ekonominya saja, melainkan juga dari aspek konservasi dan ekologi.
Selain itu, meminimalkan dampak lingkungan dengan menerbitkan regulasi. Kemudian, dukungan kebijakan dari pemerintah pusat melalui insentif dan subsidi. Kelima, membuat parameter keberhasilan penerapan peta jalan tersebut yang mengacu pada standar keberlanjutan.
”Kelapa ini bukan hanya dilihat dari aspek ekonominya saja, melainkan juga dari aspek konservasi dan ekologi,” ujarnya melanjutkan.
Sebagai upaya untuk mendorong keberlangsungan aspek konservasi dan ekologi tersebut, WCD 2023 turut mencanangkan pembangunan Taman Kelapa Dunia di Desa Huyula, Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo, Minggu (24/9/2023). Taman yang direncanakan memiliki luas 500 hektar ini diharapkan dapat memenuhi ketersediaan bibit unggul sekaligus menambah lahan perkebunan kelapa.
Hingga akhir tahun 2023, Nelson menargetkan, sejumlah 250.000 bibit kelapa dapat ditanam di atas lahan seluas 2.500 hektar di Kabupaten Gorontalo. Hal ini perlu dilakukan lantaran luas perkebunan kelapa Nasional menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari 3,7 juta hektar menjadi 3,3 juta hektar.
Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC) Jelfina Alouw menambahkan, permintaan global terhadap produk kelapa terus meningkat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan langkah antisipasi agar kebutuhan kelapa, baik domestik maupun global, dapat terpenuhi.
”Sebagai upaya mengantisipasi permintaan yang luar biasa dan akan berdampak pada investasi ini, perlu dilakukan penanaman kelapa. Kesempatan ini juga digunakan untuk membangkitkan kejayaan kelapa Indonesia yang menduduki posisi kedua setelah Filipina,” ujarnya.
Dukungan kawula muda
Selain membutuhkan dukungan pemerintah, pengembangan industri kelapa berkelanjutan juga membutuhkan sokongan dari generasi muda. Kepala Sekretariat Interim LTKL Ristika Putri Istanti mengatakan, generasi muda di daerah perlu dilibatkan, terutama agar dapat memberikan inovasi mulai dari hulu hingga hilir industri kelapa.
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Salah satu stan UMKM yang menjual aneka produk minuman berbasis kelapa dalam pameran World Coconut Day 2023, di Gorontalo, Kamis (21/9/2023).
”Kita perlu menemukan sumber daya manusia atau kaum muda terbaik yang mau berjalan bersama pemerintah daerah untuk pengembangan produk turunan kelapa berkelanjutan. Selain itu, penting juga untuk peningkatan kapasitas atau soft skill yang dimiliki oleh mereka,” tuturnya.
Ristika menambahkan, serangkaian acara WCD 2023 ini diharapkan tidak berhenti pada seremonial semata, tetapi terus berlanjut melalui kebijakan-kebijakan dari pemerintah daerah yang proaktif. Oleh sebab itu, pemerintah diminta berfokus pada perannya sebagai fasilitator dan regulator, bukan justru terlibat sebagai pelaku bisnis.
Sebagai informasi, LTKL merupakan bagian dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten Indonesia (Apkasi) yang kini memiliki 9 kabupaten sebagai anggota aktif dan 27 jejaring mitra utama, baik lokal maupun nasional. Dengan mengusung konsep ekonomi lestari, LTKL mendorong pemerintah daerah mengembangkan potensi lokalnya yang mengutamakan hilirisasi berbasis komoditas alam (nonmineral) sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.