Lima besar negara asal wisman yang berkunjung ke Indonesia pada Januari-Juli 2023 yaitu Malaysia, Singapura, Australia, China, dan Timor Leste. Wisman asal China yang diharapkan menjadi andalan ternyata belum optimal.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNWTO menyatakan, seiring dengan pemulihan jumlah turis yang melakukan perjalanan internasional, industri pariwisata harus beradaptasi dengan cuaca ekstrem dan kondisi ekonomi yang menantang. Tantangan ini harus disikapi pelaku industri dengan membangun sektor yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan tangguh.
Laporan Barometer Pariwisata Dunia UNWTO September 2023 menyebutkan, Januari-Juli 2023, jumlah kedatangan turis internasional di seluruh dunia mencapai 84 persen dari tingkat sebelum pandemi Covid-19. Sebanyak 700 juta wisatawan melakukan perjalanan internasional antara Januari dan Juli 2023, sebanyak 43 persen lebih banyak dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2022. Juli adalah bulan tersibuk karena tercatat 145 juta wisatawan internasional atau sekitar 20 persen dari total tujuh bulan.
Pariwisata internasional masih berada pada jalur yang tepat untuk mencapai 80-95 persen dari tingkat pra-pandemi pada tahun 2023. Prospek untuk September-Desember 2023 menunjukkan pemulihan yang berkelanjutan, menurut Indeks Keyakinan UNWTO terbaru. Akan tetapi, laju pemulihannya lebih moderat setelah sebelumnya puncak musim perjalanan pada Juni-Agustus 2023. Hasil ini didorong oleh masih tingginya permintaan dan peningkatan konektivitas udara, khususnya di Asia dan Pasifik.
Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili, dalam laporan, mengatakan, seiring dengan pulihnya sektor ini, sektor pariwisata juga perlu beradaptasi dengan cuaca ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir. Lingkungan ekonomi yang menantang terus menjadi faktor penting dalam pemulihan pariwisata internasional pada 2023. Inflasi yang terus berlanjut dan kenaikan harga minyak menyebabkan biaya transportasi dan akomodasi menjadi lebih tinggi. Hal ini dapat membebani pola pengeluaran selama sisa tahun ini karena wisatawan semakin mencari nilai uang, bepergian lebih dekat ke rumah, dan melakukan perjalanan lebih singkat.
”Oleh karena itu, industri pariwisata perlu dibangun menjadi sektor yang lebih inklusif, berkelanjutan, tangguh, serta memastikan pemulihan berjalan,” katanya.
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama di Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya, saat menghadiri konferensi pers mingguan Kemenparekraf/Baparekraf, Senin (25/9/2023), di Jakarta, mengatakan, jika melihat data terakhir dari pintu masuk bandara utama, dua bulan terakhir (Agustus dan September 2023) menunjukkan, kunjungan wisman telah mencapai masing-masing 1 juta kunjungan. Sementara sepanjang Januari -Juli 2023, jumlah kunjungan wisman telah mencapai sekitar 6,3 juta kunjungan.
Lima besar negara asal wisman yang berkunjung ke Indonesia pada Januari - Juli 2023 yaitu Malaysia, Singapura, Australia, China, dan Timor Leste. Kunjungan wisman asal China yang diharapkan menjadi andalan pasar pariwisata nasional dinilai belum optimal. Negara ini sampai sekarang masih mengalami tingginya harga tiket pesawat dan pemerintahnya masih mendorong pergerakan wisatawan domestik.
”Kami optimistis target 8,5 juta kunjungan wisman sampai akhir 2023 bisa tercapai. Kapasitas kursi penerbangan yang tersedia berkisar 70–80 persen dibandingkan dengan sebelum pandemi. Kami berharap, jika tahun 2024, kapasitas kursi penerbangan sudah penuh, kunjungan wisman akan naik,” katanya.
Kemenparekraf/Baparekraf bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sekarang sedang membahas target kunjungan wisman ke Indonesia untuk 2024. Kendati demikian, pada 2024, tingkat persaingan memperebutkan wisman juga akan ketat pada tahun depan karena semua negara diperkirakan ingin pulih pada tahun yang sama.
Dosen Prodi Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Janianton Damanik, berpendapat, tren pertambahan kunjungan wisman pada semester I-2023 sudah baik. Akan tetapi, masa liburan ataupun cuti bersama belum mendatangkan kenaikan kunjungan wisman yang sesuai ekspektasi sebesar 10–12 persen. Sebaliknya, kenaikan kunjungan wisman hanya kurang dari 6 persen.
”Ini berarti, Indonesia kemungkinan hanya menarik wisman dari negara-negara tetangga. Bisa juga ada faktor dari sisi wisman internasional sendiri yang sekarang cenderung memilih destinasi terdekat,” ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Haryadi B Sukamdani, secara terpisah, berpendapat, untuk mencapai target kunjungan wisman yang telah ditetapkan, pelaku industri pariwisata bersama pemerintah harus gencar menyosialisasikan seluruh agenda event kepada calon wisman. Promo harga tiket pesawat perlu dibuat lebih kompetitif dan ini harus diiringi dengan menambah jumlah penerbangan internasional.