PLTS Terapung Terbesar di ASEAN Beroperasi Akhir Oktober
PLTS terapung di atas Waduk Cirata itu kolaborasi PLN dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar. Menempati area seluas 200 hektar, PLTS tersebut berkapasitas 192 megawatt-peak (MWp).
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di atas Waduk Cirata, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023). PLTS berkapasitas 192 MWp ini akan menghasilkan energi sebesar 245 juta kWh per tahun dan dapat memasok listrik setara untuk 50.000 rumah tangga.
JAKARTA, KOMPAS - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengecek dan memastikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, beroperasi dan diresmikan pada akhir Oktober 2023. PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara itu akan diampu oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air Cirata sehingga kendala ketergantungan cuaca dapat teratasi.
PLTS terapung di atas Waduk Cirata merupakan kolaborasi PLN dengan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Masdar. Menempati area seluas 200 hektar, PLTS tersebut berkapasitas 192 megawatt-peak (MWp). Adapun energi yang dihasilkan 245 juta kilowatt jam (kWh) per tahun atau dapat memasok listrik untuk 50.000 rumah tangga.
Wakil Presiden Eksekutif Aneka Energi Terbarukan PLN Zainal Arifin, di Jakarta, Selasa (12/9/2023), mengatakan, meski kapasitas instalasi PLTS tersebut 192 MWp, kapasitas rata-ratanya 145 MWp. Hal itu, antara lain, mempertimbangkan susut jaringan dan faktor-faktor lain. Menurut rencana, peresmian akan dilakukan pada 27 Oktober 2023.
”Saat ini sedang commissioning. Jadi, memastikan semua komponennya selesai dipasang. Juga dites secara komprehensif untuk memastikan semua berjalan serta output-nya sesuai,” katanya.
Zainal menuturkan, saat diresmikan nanti, listrik akan langsung masuk ke sistem (Jawa-Madura-Bali) melalui Gardu Induk Cirata. Kelebihan PLTS terapung di Cirata itu yakni terhubung dengan PLTA besar di sana. Dengan demikian, efek intermitensi (keandalan bergantung pada cuaca) bisa dimitigasi.
”Karena intermiten, (listrik yang dihasilkan) kadang-kadang hilang. Namun, karena ada PLTA Cirata dan juga sama-sama di Gardu Induk Cirata, kendala intermitensinya bisa langsung diselesaikan di lokasi atau gardu yang sama. PLTA juga (jenis) pembangkit yang fleksibel naik-turun (listriknya). Jadi, tidak masalah,” ujarnya.
Zainal menambahkan, proyek PLTS lain di Indonesia yang diharapkan segera beroperasi, antara lain, PLTS Bali Barat dan PLTS Bali Timur yang dikembangkan oleh PT Medco Energi Internasional Tbk. Dua PLTS tersebut masing-masing memiliki kapasitas 25 MWp. Menurut Zainal, pengoperasian diharapkan dapat dilakukan enam bulan ke depan.
Adapun PLTS di Ibu Kota Nusantara diharapkan masuk ke sistem kelistrikan Kalimantan Timur selambatnya semester I-2024. ”Ada (koneksi dengan) beberapa pembangkit. Mungkin belum energi terbarukan karena menggunakan gas, tetapi bisa fleksibel. Gas masih kami butuhkan saat tak ada pembangkit energi terbarukan, agar intermitensi dari PLT surya dan angin bisa dimitigasi,” katanya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di atas Waduk Cirata, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023). PLTS berkapasitas 192 MWp ini akan menghasilkan energi sebesar 245 juta kWh per tahun.
Tak perlu lahan
Sekretaris Jenderal Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia Erwin Kasim menilai positif rencana pengoperasian PLTS Terapung Cirata. Sebab, energi surya yang melimpah dapat termanfaatkan. Di sisi lain, pemanfaatan area waduk membuat pembangunan PLTS tak perlu membeli atau membuka lahan di darat yang rumit.
Kendati energi yang didapat secara cuma-cuma, investasi PLTS raksasa juga membutuhkan biaya yang besar. Oleh karena itu, kerja sama dengan pihak internasional akan diperlukan guna membiayai proyek-proyek seperti itu.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada semester I-2023, ada penambahan kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan sebesar 121,06 megawatt (MW). Adapun PLTS berkontribusi 17,88 MW atau hampir 15 persen. PLTS juga akan terus didorong sebagai jenis energi terbarukan yang bersifat variabel (cenderung intermiten).
Pemerintah saat ini juga tengah menyiapkan industri panel surya. Salah satunya adalah proyek kerja sama dengan Singapura, di samping rencana ekspor listrik ke negara itu.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin, pekan lalu, menuturkan, kerja sama itu kelanjutan dari sejumlah nota kesepahaman (MOU) yang telah dilakukan.
"Kita tidak hanya menciptakan bisnis dan produksi besar kelistrikan rendah karbon yang bisa dibagi bersama negara-negara tetangga, termasuk Singapura. Namun, juga menciptakan industri panel surya serta baterai di Indonesia. Selain itu, akan menghadirkan banyak kesempatan pekerjaan bagi masyarakat," kata Kaimuddin.