Keberlanjutan Ikan di Atas Piring
Pemenuhan kebutuhan ikan mulai dibarengi dengan kepedulian konsumen dunia untuk memastikan produk berasal dari perikanan yang berkelanjutan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F07%2F17%2F1f98a433-ba2f-44fc-b287-e5e4ea60a39c_jpg.jpg)
Awak Kapal Motor Bintang Terang memuat ikan hasil tangkapan ke bak mobil pikap di Pelabuhan Perikanan Samudera, Bitung, Sulawesi Utara, sebelum dibawa ke pabrik pengolahan ikan, Jumat (17/7/2020).
Meningkatnya konsumsi ikan oleh penduduk bumi tak terelakkan. Sejalan dengan pertumbuhan populasi dan kesadaran hidup lebih sehat, masyarakat semakin memilih ikan sebagai santapan harian yang sehat dan bergizi.
Kesadaran global untuk mengonsumsi pangan perikanan menghadapi tantangan seiring menurunnya populasi beberapa jenis ikan dan penangkapan ikan yang berlebih di sejumlah negara. Pemenuhan kebutuhan ikan mulai dibarengi dengan kepedulian konsumen dunia untuk memastikan produk berasal dari perikanan yang berkelanjutan.
Perhatian konsumen terhadap isu keberlanjutan semakin menguat, terutama di pasar Eropa bagian utara dan Amerika Utara. Konsumen ingin memastikan ikan yang dikonsumsi telah memenuhi standar keamanan pangan dan dapat ditelusuri asal-usulnya, seperti waktu tangkap dan daerah tangkapan, kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan.
Ikan yang tersaji di piring makan berasal dari proses perikanan yang dikelola baik dan tidak membahayakan ketersediaan stok di masa depan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F13%2F47934E5C-2ACD-4FCB-9628-8A24372820BA_1642072193_jpeg.jpg)
Pallumara adalah salah satu jenis masakan yang berbahan dasar ikan. Masakan khas Sulsel dan Makassar ini menjadi sajian utama di banyak restoran ikan di kota ini.
”Supermarket dan ritel di Eropa bagian utara dan Amerika bagian utara mulai mensyaratkan produk perikanan berkelanjutan. Amerika Latin, Jepang, dan Eropa bagian selatan juga mengarah ke sana (keberlanjutan perikanan),” ujar Dessy Anggraeni, Indonesian Program Director Sustainable Fisheries Partnership (SFP), dalam Diskusi ”Menyongsong Hari Ikan Nasional (Harkannas) 2023”, secara daring, di Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Baca Juga: Hari Nelayan Nasional: Potensi Kelautan dan Potret Nelayan Indonesia
Komitmen untuk mengonsumsi ikan dari hasil produksi yang berkelanjutan antara lain ditunjukkan dengan membeli produk perikanan laut bersertifikasi ekolabel dari pihak ketiga yang diakui Global Sustainable Seafood Initiative (GSSI), di antaranya bersertifikasi ekolabel dari pihak ketiga yang diakui GSS, di antaranya Marine Stewardship Council (MSC), organisasi nirlaba yang menetapkan standar penangkapan dan keterlacakan makanan laut berkelanjutan.
Produk perikanan budidaya juga disyaratkan memenuhi sertifikasi pihak ketiga, seperti Aquaculture Stewardship Council (ASC), Best Aquaculture Practices, dan Global Aquaculture Advancement Partnership (GGAP).
Sejumlah ritel besar dunia dinilai telah menunjukkan komitmen pada produk perikanan berkelanjutan dan konsumsi perikanan bertanggung jawab, di antaranya Walmart, McDonald’s, Sysco, Target, Kroger, Costco, Safeway, Sam’s Club, Tesco dan Seattle Fish Co. Ada pula Group Hyatt, Disney, Sodexo, dan Nestle.
”Sertifikasi ekolabel ini dianggap aman karena produk dianggap berasal dari perikanan yang dikelola dengan baik. Konsumsi perikanan yang bertanggung jawab dinilai akan menjadi tren pasar dunia ke depan,” tutur Dessy.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F06%2F12%2F25aeadf9-6bb2-47c4-a4e5-e95caf2e39c4_jpg.jpg)
Ikan malalugis tangkapan nelayan ditampung dalam bak mobil pikap di dermaga Pelabuhan Perikanan Tumumpa, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (12/6/2020).
Kesadaran konsumen untuk mengonsumsi ikan secara bertanggung jawab bahkan berkembang dengan ketertarikan untuk mengetahui cerita di balik proses produksi ikan tersebut, seperti cara menangkap dan waktu yang dibutuhkan untuk menangkap ikan tersebut.
Di Indonesia, tren perilaku konsumen domestik juga mulai mengarah ke isu keberlanjutan pangan. Mengacu hasil studi MSC 2022 tentang perilaku konsumen terhadap produk perikanan berkelanjutan, sekitar 85 persen dari 318 responden menganggap produk perikanan berkelanjutan sangat penting. Kriterianya antara lain penggunaan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan, stok sumber daya ikan tetap terjaga, dan nelayan sejahtera.
Pasar domestik
Sebagai negara kedua terbesar penghasil produk perikanan tangkap, setelah China, Indonesia memiliki kontribusi perikanan 8,2 persen terhadap total produksi dunia. Berdasarkan dari data Organisasi Pangan Dunia (FAO) tahun 2022, produksi perikanan tangkap nasional pada 2020 mencapai 6,43 juta ton.
Sekitar 80 persen dari total produk perikanan Indonesia dikonsumsi di dalam negeri. Konsumsi ikan penduduk Indonesia terus bertambah, yakni dari 33,89 kilogram per kapita pada 2012 menjadi 56,48 kg per kapita pada 2022. Sebanyak 73 persen produk makanan laut dikonsumsi dalam bentuk hidup, segar, dan beku, sedangkan 27 persen dalam bentuk olahan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F07%2F30%2F78a58399-ced4-421d-96cf-abdcda35d53b_jpg.jpg)
Dengan modal Rp 200.000, warga Kelurahan Molas, Kecamatan Bunaken, Manado, menghidangkan enam ekor tude, baronang, dan ikan biji nangka dengan rica bakar dan dabu-dabu lemong dalam kompetisi memasak Manado Fiesta, Selasa (30/7/2019).
Chef Ragil Imam Wibowo, atau akrab disapa Chef Ragil, menuturkan, ia pernah punya pengalaman buruk saat restoran yang dimilikinya menyajikan produk ikan yang ternyata tergolong spesies dilindungi. Hal itu membuat ia merasa bersalah. Sejak saat itu, ia berkomitmen memilih produk ikan laut yang ramah lingkungan, ditangkap secara bertanggung jawab dan tidak merusak lingkungan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggunakan aplikasi Seafood Advisor guna memastikan jenis ikan itu boleh dikonsumsi, serta ukuran ikan yang diolah layak konsumsi. Cara ini juga untuk memberikan kesempatan ikan berkembang sehingga stok ikan tetap terjaga.
”Saya bermimpi suatu saat Indonesia bisa mengikuti negara lain, ikannya sudah bisa ditelusuri per jenis dan per ekor yang kita makan, diambil dari mana, diambil jam berapa, alat tangkap atau jenis budidaya apa yang digunakan, komplet dalam satu aplikasi,” tutur Ragil, yang juga pendiri Nusa Indonesia Gastronomy.
Baca Juga: Arsitektur Perikanan Nasional
Menurut Ragil, ikan merupakan sumber protein terbaik yang bisa didapatkan dengan mudah. Konsumen juga semakin mudah untuk membeli ikan atau mengolah ikan sendiri. Hampir seluruh pasar, baik ritel dan tradisional, melayani jasa pembersihan ikan sampai cabut duri atau fillet (irisan daging).
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F07%2F25%2Fdd076295-5a09-41e4-bbcb-41894b2dda65_jpg.jpg)
Warga memilih ikan segar hasil tangkapan nelayan di Pantai Malabro, Kecamatan Teluk Segara, Bengkulu, Kamis (25/7/2019). Nelayan mencari ikan pada malam hari di sekitar Pulau Tikus dengan cara menembak. Ikan dijual rata-rata Rp 25.000 per kg.
Meski demikian, konsumen perlu mengetahui asal-usul ikan dan memastikan ikan aman untuk dikonsumsi. Kerap terjadi, ikan yang tidak segar justru memicu reaksi alergi tubuh.
Dengan keragaman jenis ikan di Indonesia, ada banyak jenis ikan yang bisa dikonsumsi. Beberapa produk perikanan laut Indonesia bahkan memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk ikan impor, serta harganya lebih murah. Dicontohkan, kobia (gabus laut) memiliki kandungan Omega 3 lebih tinggi dibandingkan salmon.
”Konsumsi ikan dengan aneka ragamnya, jangan hanya satu jenis ikan saja. Apalagi, kenikmatan (jenis) ikan berbeda-beda. Ikan yang semakin banyak memiliki kandungan lemak, yakni lemak sehat, rasanya akan semakin enak. Itu tips dari saya,” kata Ragil.
Konsumsi ikan dengan aneka ragamnya, jangan hanya satu jenis ikan saja.
Menurut Dessy, beberapa tantangan yang dihadapi pasar domestik dalam memilih produk perikanan secara bertanggung jawab antara lain minimnya fasilitas pasar tradisional dalam penanganan ikan segar guna mempertahankan kualitas. Akibatnya, ikan cepat rusak dan terbuang. Tantangan lain, rantai pasok yang panjang dan kompleks sehingga sulit melacak asal-usul (ketertelusuran) produk perikanan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F21%2F8c39b77b-8403-4f6b-9cce-35385b1c06e7_jpg.jpg)
Benggol atau ikan layang disimpan di gudang cold storage PT Hasil Laut Sejati di Pulau Setokok, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (21/2/2023).
Kampanye keberlanjutan sumber daya ikan perlu terus digaungkan guna memastikan pemenuhan protein dari ikan tetap tersedia di masa depan. SPF fokus bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan dalam rantai pasok perikanan, seperti perusahaan ritel, importir dan eksportir produk perikanan, untuk mengadopsi kriteria memilih dan membeli produk perikanan yang berkelanjutan. Di antaranya kepatuhan produsen terhadap aturan yang berlaku, ketertelusuran produk dan tanggung jawab sosial.
Di sisi lain, upaya mendorong konsumsi yang bertanggung jawab perlu diimbangi dengan insentif bagi pelaku usaha yang terlibat dan berpartisipasi dalam usaha menuju perikanan berkelanjutan. ”Tidak ada negara lain di dunia memiliki keanekaragaman hayati laut selain Indonesia. Produksi ikan banyak, tetapi keanekaragaman hayati perlu terus dijaga,” ujarnya.
Perairan laut Indonesia yang berada di pusat segitiga terumbu karang dunia memiliki keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya ikan. Di antaranya, 569 jenis terumbu karang (69 persen dari total terumbu karang dunia), lebih dari 2.000 jenis ikan karang, 117 jenis hiu dari sekitar 500 jenis hiu di dunia, dan 101 jenis pari dari 650 jenis pari dunia ditemukan di Indonesia.
Penangkal tengkes
Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Erwin Dwiyana mengemukakan, ikan merupakan komoditas pangan yang berperan besar untuk penanganan gizi buruk dan tengkes (stunting). Kampanye peningkatan konsumsi ikan nasional terus digulirkan pemerintah, sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Instruksi Presiden No 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F10%2F18%2F5d48b765-0ba4-4e28-98e8-f8614b56a9b7_jpg.jpg)
Pekerja memindahkan muatan ikan dari kapal nelayan untuk ditimbang di Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta, Kamis (18/10/2018). Penataan penangkapan ikan dan pengaturan pengolahan industri perikanan akan menjaga pertumbuhan potensi perikanan nasional.
Hingga saat ini, terdapat sekitar 65.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor perikanan dengan beragam produk yang ditawarkan. Potensi besar sumber daya ikan perlu difasilitasi, dipromosikan, dan diperkenalkan ke masyarakat luas, mulai dari lokal, nasional, hingga global. Meski demikian, produksi dan eksploitasi perikanan di Indonesia sudah saatnya mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya ikan.
”Keberlanjutan sumber daya ikan perlu dikampanyekan hulu hingga hilir agar masyarakat bisa memilih dan berkomitmen mendukung produk perikanan berkelanjutan. Sumber daya ikan yang dikelola berkelanjutan akan dapat dimanfaatkan generasi berikutnya, baik untuk asupan gizi maupun kegiatan usaha,” tuturnya.
Peringatan Hari Ikan Nasional pada 21 November 2023 diharapkan menjadi penguat komitmen serta kesadaran masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk pemenuhan asupan gizi generasi berikutnya, serta mempromosikan produk-produk perikanan lokal. ”Harkannas juga menjadi momentum meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk mengonsumsi produk perikanan berkelanjutan,” katanya.