Anak Muda dalam Pusaran Judi dan Pinjaman Daring Bermasalah
Judi daring dinilai dapat menjadi katalisator pinjaman daring yang macet dan bermasalah.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Judi daring atau online diduga menjadi pemicu pinjaman daring bermasalah. Tren ini muncul di tengah mendominasinya akses keuangan digital oleh kalangan usia muda yang dibayangi rendahnya literasi keuangan.
Peneliti ekonomi digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, Senin (11/9/2023), berpendapat, judi daring bisa menjadi katalisator pinjaman daring yang macet dan bermasalah.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan, nominal transaksi atas dugaan judi daring di 2022 sebesar Rp 69 triliun, meningkat dibandingkan Rp 58 triliun di 2021.
Tren ini bersamaan dengan peningkatan total outstanding atau utang pinjaman daring di platform peer to peer lending legal yang belum terlunasi pada Mei 2023 sekitar Rp 56 triliun secara nasional, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nilai itu meningkat dari Rp 40 triliun di periode sama 2022. Adapun kredit macet lebih dari 90 hari sampai Juli 2023 sebesar Rp 1,94 triliun atau naik 59,42 persen secara tahunan dari Rp 1,22 triliun pada Juli 2022.
”Ini hati-hati. Bisa jadi judi online bisa jadi penyebab. Saya rasa banyak masyarakat kita yang kalah judi online, terus mereka pinjam di pinjol, dan uangnya untuk main lagi,” ujarnya dalam diskusi bertajuk ”Bahaya Pinjaman Online bagi Penduduk Usia Muda” secara virtual.
Pernyataan ini didukung laporan Google Trends 2023 yang menemukan kesamaan kenaikan tren pencarian kata kunci yang merujuk pada situs judi daring ”zeus slot” dengan kata kunci ”pinjaman online”. Meski grafik kata kunci ”zeus” lebih tinggi dibandingkan ”pinjaman online”, pencarian keduanya terus naik sejak awal 2022 hingga Juli 2023.
Nailul pun mengecam keras tren bermain judi daring yang ramai dipromosikan pemengaruh di media sosial. Kekhawatiran ini belakangan ditangani polisi dengan menyelidiki figur publik yang ketahuan mengiklankan judi daring.
Seperti Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri yang akan mengklarifikasi artis Wulan Guritno, Kamis (14/9/2023), karena membuat video promosi judi daring pada 2020 (Kompas.com, 11/9/2023).
Sementara itu, judi daring juga kerap memicu kasus kriminal. Ini seperti anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Brigadir Dua Haris Sitanggang, yang niat membegal taksi daring di Depok, Jawa Barat, Januari 2023, untuk menutupi uang titipan keluarga usai habis dipakai bermain judi. Pemuda itu pun membunuh sang sopir Sony Rizal Tahitu (59).
Di daerah sama, Altafasalya Ardnika Basya (23), mahasiswa Universitas Indonesia, membunuh yuniornya, Muhammad Naufal Zidan (19), awal Agustus 2023. Altafasalya mengaku berencana membunuh untuk menguasai harta korban usai rugi dalam investasi kripto dan terlilit utang pinjaman daring mencapai Rp 80 juta.
Generasi muda
Peneliti Indef lainnya, Izzudin Al Farras, dalam diskusi sama, mengaitkan fenomena itu meningkatnya minat generasi muda usia 34 tahun ke bawah untuk memanfaatkan teknologi keuangan digital milik perusahan peer to peer lending.
”Selama 1,5 tahun terakhir meningkat jumlah rekening pinjaman online dan pinjaman yang disalurkan,” katanya.
Sesuai data OJK 2023, jumlah rekening penerima pinjaman aktif generasi muda naik dari 9,6 juta pada Januari 2022 ke 10,68 juta pada Juli 2023. Sementara itu, nilai pinjaman daring oleh peminjam berusia 19-34 tahun meningkat dari sekitar Rp 16,6 triliun di Januari 2022 menjadi Rp 27,1 triliun Juli 2023.
Pada saat bersamaan, jumlah pinjaman macet mereka juga meningkat. ”Hampir Rp 300 miliar jumlah outstanding generasi muda yang macet dalam satu setengah tahun terakhir ini,” ungkap Izzudin.
Literasi keuangan dan rata-rata pendapatan generasi muda ini pun menjadi krusial. Menurut data terakhir OJK di 2022, ada kesenjangan antara tingkat literasi (pemahaman produk dan risiko) dan inklusi (pemanfaatan layanan) keuangan. Angka literasi baru 49,7 persen atau hanya setengah dari angka inklusi keuangan yang mencapai 85,1 persen.
”Generasi muda perlu mendapat publikasi literasi keuangan yang lebih masif. Sayangnya, publikasi literasi ini belum bisa semasif iklan layanan judi daring atau pinjaman online di media sosial yang banyak diakses anak muda,” ujarnya.
Jangkauan literasi keuangan melalui platform digital, menurut dia, strategis karena lebih dari 97 persen penduduk usia 34 tahun ke bawah sudah terpapar internet, menurut Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia 2023.