Tujuh perusahaan besar atau perusahaan beraset di atas Rp 250 miliar berencana menawarkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia hingga akhir tahun ini. BEI menargetkan 57 emiten baru tercatat tahun ini.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tujuh perusahaan dengan aset besar bersiap melepaskan saham dan mencatatkannya di Bursa Efek Indonesia hingga akhir tahun ini. Sejauh ini secara total ada 26 perusahaan yang sedang dalam proses untuk mencatatkan sahamnya di bursa.
Sejak awal tahun hingga 1 September 2023, BEI kedatangan 64 perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya. Dari aksi korporasi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) tersebut, 64 perusahaan mendapatkan dana publik sebesar Rp 49,2 triliun.
BEI menargetkan jumlah pencatatan baru sebanyak 57 emiten pada tahun ini. ”Ada 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna di Jakarta, Senin (4/9/2023). Di antara 26 perusahaan tersebut, ada tujuh yang termasuk perusahaan besar.
Merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 53/POJK.04/2017, perusahaan besar merupakan perusahaan yang memiliki aset di atas Rp 250 miliar. Selain ketujuh perusahaan tersebut, ada 15 perusahaan berskala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar dan Rp 250 miliar serta empat perusahaan berskala kecil atau perusahaan dengan aset di bawah Rp 50 miliar.
Jika dlihat dari sektornya, calon pendatang baru itu ada tujuh perusahaan dari sektor konsumer non-siklikal, empat dari sektor material dasar, tiga dari sektor konsumer siklikal, serta masing-masing dua dari sektor energi, kesehatan, industri, teknologi, dan transportasi. Selain itu, masing-masing satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan properti.
Salah satu calon emiten yang akan masuk bursa adalah PT Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk. Anugerah Spareparts Sejahtera akan melepaskan 400 juta saham. Jumlah ini setara dengan 39,76 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah dilakukan penawaran saham perdana.
Anugerah Spareparts Sejahtera sudah menetapkan harga penawaran sebesar Rp 100 per saham. Dengan demikian, perusahaan manufaktur produsen onderdil otomotif ini berpotensi mendapatkan dana publik sebesar Rp 40 miliar.
Surat utang
Selain antrean calon pendatang baru di BEI, Nyoman menjelaskan, hingga 1 September 2023 sudah diterbitkan 75 emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dari 50 penerbit. Jumlah dana publik yang dihimpun dari penerbitan EBUS ini mencapai Rp 86,1 triliun.
Hingga 1 September 2023 sudah diterbitkan 75 emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dari 50 penerbit.
Sementara untuk penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue, per awal September 2023 sudah ada 26 perusahaan tercatat yang menerbitkan right issue. Total dana yang didapatkan dari right issue tersebut mencapai Rp 37,3 triliun. Hingga akhir tahun mendatang, ada 24 perusahaan yang berniat menerbitkan right issue.
Dalam kesempatan terpisah, Community Lead IPOT (Indo Premier Online Technology) Angga Septianus mengatakan, dalam pekan ini ada tiga sentimen yang dapat dipantau oleh para trader, yaitu neraca dagang China dan Amerika Serikat, cadangan devisa Indonesia, dan rencana OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak.
Mengenai cadangan devisa Indonesia, Angga mengatakan, aturan devisa hasil ekspor (DHE) mulai berlaku 1 Agustus 2023. ”Jika nilai ekspor di atas 250.000 dollar AS, dana itu wajib mengendap di Indonesia selama tiga bulan. Target cadangan devisa 300 miliar dollar AS dalam waktu dekat setahun ini,” kata Angga.