Dorong Lebih Banyak UKM Cari Pendanaan di Pasar Modal
UKM yang melakukan IPO akan memperoleh suntikan modal tambahan dari pasar modal. Ini bisa menjadi alternatif pendanaan UKM selain dari perbankan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah perlu terus mendorong lebih banyak usaha kecil menengah atau UKM mencari pendanaan di pasar modal dengan melepas sahamnya ke publik. Selain mendapat permodalan, dengan mendorong UKM melantai bursa, mereka juga akan dipaksa membenahi tata kelola menjadi lebih baik sehingga mereka akan naik kelas dan kapasitas.
Pengamat UKM dan Pengajar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Mudrajad Kuncoro, mengatakan, pemerintah perlu terus mendorong lebih banyak UKM bisa melepas saham perdananya ke publik (initial public offering/IPO). Sebab, ada banyak sekali manfaat yang dirasakan UKM bila sudah bisa melantai bursa.
Ia menjelaskan, UKM yang lakukan IPO akan memperoleh suntikan modal tambahan dari pasar modal. Ini bisa menjadi alternatif pendanaan UKM selain dari perbankan.
Selain itu, dengan mendorong UKM lakukan IPO, hal itu akan memaksa secara tidak langsung UKM itu untuk berbenah. Sebab, persyaratan suatu entitas usaha agar bisa IPO adalah dengan memiliki persyaratan tata kelola yang baik. Ini, antara lain, terdiri dari pencatatan laporan keuangan yang rutin, audit berkala, profil dan kepemilikan saham yang jelas, dan lain-lain.
”Bila sebuah UKM berhasil IPO, dia naik kelas menjadi entitas usaha yang memiliki tata kelola yang baik sehingga bisa menarik investor untuk membeli sahamnya,” ujar Mudrajad saat dihubungi pada Selasa (11/7/2023).
Kendati demikian, memang masih banyak persoalan menahun yang dialami UKM sehingga sulit IPO. Masalah itu, antara lain, masih banyak UKM yang tidak mencatat arus kas dan masih sulit membedakan rekening pribadi dengan perusahaan. Selain itu, masih banyak UKM yang juga kesulitan memasarkan produknya dan kesulitan memperoleh kepastian pasar.
Persoalan ini masih banyak sekali mendera UKM. Padahal, UKM punya kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Sebesar 99 persen dari keseluruhan unit usaha di Tanah Air adalah UMKM. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,5 persen dengan serapan tenaga kerja mencapai 96,9 persen dari total tenaga kerja nasional.
”Intinya perlu ada upaya mengubah UKM itu dari usaha kecil menengah menjadi usaha kecil tapi miliaran,” ujar Mudrajad.
Transformasi usaha
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan pentingnya transformasi usaha kecil dan menengah untuk melantai di bursa saham agar mampu naik ke level usaha menengah dan besar.
Ia mengatakan, pihaknya bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan setidaknya 10 perusahaan UMKM dapat melakukan pencatatan saham di pasar modal, melalui inkubasi yang sedang dikerjasamakan.
”Sampai saat ini baru ada dua UMKM yang mencatatkan sahamnya di pasar modal dari target 10 perusahaan. Saya harap ini menjadi perbaikan struktur ekonomi supaya pelaku usaha menengah bisa naik kelas menjadi usaha besar,” ujar Teten Masduki saat menghadiri Seremoni Pencatatan Perdana Saham PT Platinum Wahab Nusantara Tbk di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Teten menambahkan, penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi penting sebagai proses untuk menjaga kesinambungan perusahaan dalam jangka panjang.
”Keberadaan perusahaan PT Platinum Wahab Nusantara Tbk atau Teguk di pasar saham akan meningkatkan transparansi, kredibilitas, memperkuat kepercayaan investor, dan memberikan akses kepada masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam keberhasilan perusahaan,” kata Teten.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Platinum Wahab Nusantara Maulana Hakim mengajak pelaku UMKM di Indonesia, khususnya pelaku usaha muda, untuk berani mendorong usahanya melantai bursa. Sebab, hal itu akan membuka peluang yang besar untuk naik kelas ke skala usaha yang lebih tinggi.
”IPO ini dapat membuka manfaat seluas-seluasnya bagi semua pemangku kepentingan dan mendorong pelaku UMKM lain, khususnya yang bergerak di bidang makanan dan minuman, untuk lebih maju lagi,” ucap Maulana.
Perusahaan berkode saham TGUK ini melepas 30 persen sahamnya ke publik. Adapun pada saat penjualan perdana, pihaknya menargetkan memperoleh tambahan modal sebesar Rp 120 miliar.