RI-ANRPC Dorong Keberlanjutan Karet dan Karet Berkelanjutan
Pasar karet alam dunia tengah berubah ke arah permintaan karet yang berkelanjutan. Petani kesulitan merespons perubahan itu dengan cepat karena biaya produksi semakin tinggi dan harga karet cenderung turun.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Kotak kemasan berisi lembaran karet yang telah melewati proses standaridsasi sebelum dikirim untuk diolah kembali menjadi bahan baku barang jadi di pabrik pengolahan karet PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/7/2023). Pabrik yang memproses getah karet dengan kapasitas produksi 4,5 ton per hari hingga menjadi komoditas setengah jadi.
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mengajak Asosiasi Negara-negara Produsen Karet Alam atau ANRPC mempererat kerja sama mendorong keberlanjutan karet dan pengembangan karet berkelanjutan. Upaya itu penting di tengah tren penurunan harga karet dunia, konversi tanaman karet, serta isu perubahan iklim dan kelestarian lingkungan.
Hal itu mengemuka dalam pertemuan Kelompok Kerja Karet Alam Berkelanjutan ANRPC yang digelar secara hibrida di Palembang, Sumatera Selatan, pada 29-31 Agustus 2023. Pertemuan itu dihadiri 30 delegasi ANRPC dari Bangladesh, Indonesia, India, Malaysia, Myanmar, China, Sri Lanka, dan Thailand.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono, Sabtu (2/9/2023), mengatakan, saat ini, industri karet alam tengah menghadapi sejumlah tantangan. Pasar karet alam dunia tengah berubah ke arah permintaan karet alam beserta produk turunannya yang berkelanjutan.
Komoditas tersebut harus memiliki standardisasi yang mengedepankan kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Uni Eropa, misalnya, mulai menerapkan Undang-Undang Produk Bebas Deforestasi (EUDR) untuk sejumlah komoditas, termasuk karet.
”Rendahnya harga karet dalam beberapa tahun terakhir ditambah penyakit gugur daun menyebabkan petani sulit merespons perubahan pasar dengan cepat. Selain itu, biaya produksi yang tinggi dan harga jual yang relatif rendah juga mendorong petani karet menebang pohon karet dan menggantinya dengan tanaman lain, seperti kelapa sawit,” ujarnya melalui siaran pers.
Oleh karena itu, lanjut Djatmiko, RI mengajak negara-negara produsen karet mempererat kerja sama untuk membawa perubahan positif di industri karet alam, terutama petani-petani kecil. RI juga meminta ANRPC bersama-sama menghadapi dampak implementasi EUDR.
Sejumlah langkah konkret dapat dilakukan, mulai dari memperkuat kelembagaan petani, hilirisasi karet, hingga pengembangan tanaman dan produk karet berbasis penelitian. Perkuatan kelembagaan petani sangat diperlukan mengingat peran petani terhadap praktik karet berkelanjutan sangat penting.
”Hal itu menjadi kunci menjamin kelangsungan mata pencarian mereka sekaligus berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan,” katanya.
Sejumlah langkah konkret dapat dilakukan, mulai dari memperkuat kelembagaan petani, hilirisasi karet, hingga pengembangan tanaman dan produk karet berbasis penelitian.
Direktur Perundingan Antar-Kawasan dan Organisasi Internasional Direktorat Jenderal PPI Kemendag Reza Pahlevi Chairul menambahkan, perkuatan kelembagaan petani karet di Indonesia juga dilakukan melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB), serta Pusat Penelitian (Puslit) Karet di Sembawa, Sumatera Selatan. Dengan demikian, petani bisa mendapatkan sejumlah manfaat penggunaan teknologi tepat guna serta hilirisasi dan nilai tambah karet.
Saat berkunjung ke Puslit Karet, delegasi ANRPC berkesempatan melihat langsung penyadapan pohon karet menggunakan pisau sadap presisi dan alat tap inspeksi buatan Puslit Karet. Alat itu dapat memberikan hasil sadapan lebih maksimal dan melindungi pohon karet dari luka penyadapan. Puslit Karet juga mendemonstrasikan hilirisasi karet yang dapat dikembangkan di masyarakat, seperti pembuatan balon dan gelang karet.
Pekerja memindahkan lembaran karet dari ruang pengasapan sebelum masuk ke proses sortasi di pabrik pengolahan karet PT Perkebunan Nusantara IX, Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/7/2023). Pabrik yang memproses getah karet dengan kapasitas produksi 4,5 ton per hari hingga menjadi komoditas setengah jadi.
Harga karet
Sebelumnya, Ketua Dewan Karet Indonesia Aziz Pane menuturkan, Dewan Karet Indonesia telah berulang kali meminta pemerintah untuk mencari solusi atas persoalan karet nasional. Saat ini, industri hulu-hilir karet memerlukan peremajaan tanaman karet, pupuk yang memadai dan terjangkau, hilirisasi, serta integrasi dengan rantai pasok industri dan proyek-proyek pembangunan.
”Indonesia sebenarnya juga mampu mengembangkan hilirisasi karet alam menjadi karet sintetis dengan ditopang penelitian dan inovasi. Namun, yang dilakukan justru mengimpor karet sintetis dari negara lain,” tuturnya (Kompas, 12/8/2023).
Tim Ekonom Bank Mandiri menyebutkan, alam dunia terus bergejolak dan cenderung turun sepanjang 10 tahun terakhir. Ke depan, harga karet diperkirakan bakal stagnan di bawah 2 dollar AS per kilogram (kg).
Pada periode 2014-2023, harga karet alam terus bergejolak dan cenderung turun di bawah 2 dollar AS per kg. Dalam satu dekade tersebut, harga komoditas itu hanya dua kali menembus 2 dollar AS per kg, yakni pada Januari 2017 dan Februari 2021.
Di akhir perdagangan komoditas berjangka, Jumat (1/9/2023), harga karet alam dunia ditutup 1,35 dollar AS per kg. Harga karet alam itu naik 3,69 persen secara bulanan dan 1,28 persen secara tahunan.
TradingEconomics menyebutkan, harga karet alam tersebut mendekati level tertinggi sejak 17 Mei 2023 yang sebesar 1,36,58 dollar AS per kg. Hal itu ditopang prospek permintaan dari China yang mulai membaik, serta industri otomotif dan ban Uni Eropa.
ANRPC memperkirakan, permintaan karet global akan meningkat sebesar 14,6 persen menjadi 14,7 juta ton pada 2023. Sementara produksi karet alam dunia hanya akan tumbuh tipis sebesar 2,5 persen menjadi 14,69 juta ton.