Australia Barat Ajak ASEAN Kerja Sama Dekarbonisasi
Peluang dekarbonisasi di kawasan ASEAN dapat terwujud lewat kerja sama ekosistem baterai, baik dari sisi sumber energinya maupun materialnya.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya bersama untuk menekan karbon dioksida penyebab perubahan iklim atau dekarbonisasi di kancah mancanegara tecermin lewat minat kolaborasi Australia Barat di ASEAN. Australia Barat ingin mendukung pengembangan energi hijau dan ekosistem kendaraan listrik.
Premier of Western Australia Roger Cook menyatakan ingin mendiversifikasi industri dan pasar sehingga penting membangun relasi yang mengikat antarbisnis serta mendukung kesejahteraan ekonomi dan investasi.
”Kami juga ingin memastikan dapat memberikan peluang dekarbonisasi perekonomian pada mitra kami di Asia Tenggara,” katanya saat ditemui setelah diskusi panel bertajuk ASEAN Matters: Resilience and Stability in a Fractious Global Economy dalam ASEAN Business and Investment Summit yang diadakan di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Menurut dia, peluang dekarbonisasi di kawasan ASEAN dapat terwujud lewat kerja sama ekosistem baterai, baik dari sisi sumber energinya maupun materialnya. Dari sisi energi terbarukan, Australia Barat memiliki tenaga surya dan angin yang berlimpah. Pembangkit tenaga listrik berperan penting untuk mendekarbonisasi perekonomian sehingga Australia Barat ingin terlibat untuk menjajaki peluang kolaborasi dalam sumber energi baterai.
Australia Barat, lanjutnya, juga memiliki sumber mineral kritis (critical mineral) sebagai bahan baku baterai, misalnya litium dan vanadium. ”Oleh sebab itu, kami bercita-cita menjadi bagian penting dari rantai pasokan global, khususnya di Indonesia. Kami memastikan, Australia Barat menjadi mitra investasi yang kuat dengan Indonesia. Kami tahu, Indonesia ingin memainkan peran penting dalam pengembangan kendaraan listrik dan komponennya,” tuturnya.
Kementerian Investasi mencatat, sepanjang Januari-Juni 2023, realisasi investasi Australia di Indonesia mencapai 251 juta dollar AS atau setara dengan 1.375 proyek. Australia menempati peringkat ke-10 dibandingkan nilai investasi dari 129 negara lainnya yang berinvestasi di Indonesia.
Roger menambahkan, pembangunan relasi ekonomi Australia Barat dan ASEAN juga memberikan peluang penting untuk berkolaborasi dalam produk pertanian dan pangan. Selain itu, kerja sama pendidikan yang bersifat internasional juga penting untuk membangun kapasitas sumber daya manusia yang menunjang sektor-sektor kolaborasi tersebut.
Terkait implementasi kolaborasi tersebut, dia menyatakan telah berdiskusi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sejak 18 bulan lalu. ”Kami (Australia Barat dan Kadin Indonesia) memiliki nota kesepahaman dan letter of action yang bertujuan membangun hubungan antara penambang critical mineral dan perwakilan akademisi. Kami memperkirakan, beberapa bulan ke depan akan menghasilkan kontrak yang kuat,” katanya.
Ketua Umum KADIN Indonesia sekaligus ASEAN-Business Advisory Council Arsjad Rasjid menambahkan, aksi tindak lanjut dari nota kesepahaman itu berupa pencocokan bisnis. Sejumlah negara, seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina, menunjukkan antusiasmenya terhadap peluang bisnis dari nota kesepahaman itu.
Bagi Indonesia, lanjutnya, nota kesepahaman itu penting bagi pembangunan ekosistem kendaraan listrik lantaran potensi mineral penting yang bisa dimanfaatkan. Dengan demikian, Indonesia melalui relasi ASEAN dan Australia dapat mengintegrasikan dan menciptakan nilai tambah dan rantai pasok yang saling melengkapi.