Produksi Nikel dan Aluminium Dipacu untuk Kendaraan Listrik
Fasilitas pengolahan nikel teknologi HPAL dilakukan bersama oleh PT Vale Indonesia, Huayou Cobalt, dan Huali. Sementara kapasitas produksi smelter aluminium Inalum juga ditingkatkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama pembangunan fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi high pressure acid leaching atau HPAL dilakukan antara PT Vale Indonesia Tbk dan Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd serta PT Huali Nickel Indonesia. Akan dihasilkan mixed hydroxide precipitate atau MHP yang selanjutnya dapat diolah menjadi baterai kendaraan listrik.
Chairman Huayou Chen Xuehua, melalui siaran pers, Sabtu (26/8/2023), mengatakan, kerja sama tersebut menjadi upaya bersama dalam menerapkan teknologi pengolahan berbasis HPAL yang hijau serta rendah karbon. Hal itu dikombinasikan dengan keunggulan sumber daya manusia Indonesia dan konsistensi pertambangan berkelanjutan.
”Melalui kerja sama ini, Huayou akan melaksanakan pengembangan sumber daya yang rendah karbon, hijau, dan berkelanjutan. Juga melaksanakan konsep ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola) secara mendalam untuk meningkatkan kekuatan dari industri energi baru,” ujar Xuehua.
Di samping itu, kerja sama tersebut juga diharapkan memberikan kontribusi dalam pembangunan sosial serta ekonomi Indonesia. Lebih jauh, juga menumbuhkan industri dan rantai pasok kendaraan listrik (electric vehicle) di tingkat global.
Adapun fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi HPAL itu ditargetkan akan memproduksi 60.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun, dalam bentuk produk MHP (campuran padatan hidroksida nikel dan kobalt). Dalam pengolahan tahap selanjutnya, produk tersebut dapat menjadi baterai kendaraan listrik.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy menuturkan, kerja sama itu selaras dengan visi Indonesia untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik domestik. Di samping itu, juga untuk menjadikan Vale sebagai kontributor utama dalam menjawab tantangan dekarbonisasi (pengurangan emisi gas rumah kaca) di tingkat global.
Hal itu diwujudkan dengan investasi yang mampu meningkatkan ekonomi lokal serta optimalisasi sumber daya nikel di Indonesia. Bersama para mitra, pihaknya berkomitmen untuk konsisten dalam praktik pertambangan berkelanjutan.
Presiden Komisaris Vale Indonesia Desnee Naidoo menambahkan, perjanjian tersebut menjadi capaian strategis Vale sebagai bagian dari pelaksanaan program investasi senilai 8,6 juta dollar AS di Indonesia. Beroperasi di Indonesia lebih dari setengah abad, Vale pun mendukung percepatan target Indonesia dalam hilirisasi mineral.
”Serta untuk menghadirkan rantai pasok kendaraan listrik yang menarik. (Jadi), dari pertambangan mineral menuju produksi baterai dan kendaraan,” katanya.
Aluminium
Selain nikel, upaya pengembangan industri kendaraan listrik juga berasal dari aluminium. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebagai satu-satunya produsen aluminium di Indonesia, berupaya meningkatkan kapasitas dari 250.000 ton per tahun menjadi 300.000 ton per tahun. Adapun permintaan domestik kini mencapai 1,2 juta ton per tahun.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Jakarta, Kamis (24/8/2023), Direktur Utama Inalum Danny Praditya mengatakan, peningkatan kapasitas dilakukan dengan sejumlah upaya. Di antaranya pot upgrading (modernisasi tungku peleburan) dan pot optimization (optimasi) di smelter Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Secara kontrak, pot upgrading akan sepenuhnya rampung pada Agustus 2024. Dari upgrading dan optimasi, masing-masing ada penambahan kapasitas 25.000 ton per tahun. ”Sehingga nantinya smelter di Kuala Tanjung akan menghasilkan output 300.000 ton per tahun,” ujar Danny.
Kendati demikian, masih akan ada gap antara kapasitas produksi dan permintaan aluminium domestik yang 1,2 juta ton per tahun. Oleh karena itu, Inalum juga memiliki proyek ekspansi, salah satunya ialah smelter aluminium brownfield dengan kapasitas 600.000 ton per tahun, yang ditargetkan terwujud pada 2028.
Upaya-upaya tersebut nantinya akan selaras dengan peningkatan kebutuhan aluminium seiring pengembangan ekosistem kendaraan listrik. ”Selain (komponen) EV, juga terkait dengan baterai. Sebab, dari battery pack, 19 persen itu (berasal dari) aluminium,” ucapnya.