Hingga triwulan II-2023, OJK telah melakukan 226 kegiatan yang menyasar mahasiswa dengan peserta mencapai 35.380 orang. Adapun jumlah tersebut setara dengan 17,72 persen dari total kegiatan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan mahasiswa menjadi kelompok sasaran literasi keuangan yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Tingkat literasi keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa sebesar 47,56 persen atau di bawah rata-rata nasional yang sebesar 49,68 persen. Bahkan, ada kasus pidana yang melibatkan mahasiswa lantaran faktor minimnya literasi keuangan mereka.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK Aman Santosa, Selasa (8/8/2023), mengatakan, literasi dan edukasi keuangan terus dilakukan hingga ke daerah-daerah dengan melibatkan kantor perwakilan OJK di daerah. Untuk memperluas edukasi dan literasi itu, OJK menjalin kerja sama dengan lembaga/kementerian lainnya, akademisi, hingga pelaku industri jasa keuangan.
”Sebetulnya mahasiswa itu, kan, bagian dari kelompok masyarakat yang relatif terdidik, ya. Hanya saja, memang ada satu-dua kasus khusus atau penyebab kasus sehingga dia terpaksa terjebak (kasus kejahatan akibat minimnya literasi keuangan),” ujar Aman di Jakarta.
OJK tengah mempelajari kejadian mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Raden Mas Said di Surakarta, Jawa Tengah, yang diminta mendaftar pinjaman daring atau dikenal sebagai ”pinjol” oleh kakak angkatan mereka. Informasi mengenai hal tersebut masih sedang dikumpulkan untuk diteliti lebih lanjut.
Menurut Pelaksana Tugas Grup Komunikasi Publik OJK Sekar Putih Djarot, masyarakat harus memahami terlebih dahulu manfaat dan risiko produk pinjaman daring. Dalam pinjaman daring, lanjut dia, masyarakat bisa berinvestasi sebagai pemberi dana atau disisi lain bisa sebagai peminjam dana.
Jika mau berinvestasi di pinjaman daring sebagai pemberi dana, menurut Sekar, kenali produknya dan harus paham bahwa ada risiko investasinya. Apabila mengajukan pinjaman,hal itu sebaiknya untuk kegiatan produktif dan perhitungkan kemampuan bayar tepat waktu. ”Selalu pastikan legalitas dari pinjamna daring yang akan digunakan,” ucapnya.
Menurut kabar yang berkembang, salah satu aplikasi pinjaman daring di peristiwa UIN Raden Mas Said adalah Akulaku. Dihubungi secara terpisah, Presiden Direktur Akulaku Finance Efrinal Sinaga membantah keterlibatan Akulaku dalam masalah ini.
”Kami, Akulaku Finance Indonesia, tidak ada kerja sama apa pun dengan UIN Raden Mas Said Surakarta. Kami tidak ada perjanjian kerja sama apa pun yang ditandatangani. Kami sangat menyesalkan kejadian ini sehingga membuat kesan negatif terhadap Akulaku Finance,” ujar Efrinal.
Terkait kegiatan literasi oleh OJK, pada 2022 OJK telah melaksanakan kegiatan yang menyasar kepada peserta mahasiswa sebanyak 294 kegiatan yang menjangkau 63.705 peserta. Jumlah kegiatan itu setara dengan 15,16 persen dari total kegiatan edukasi dan literasi 2022 yang sebanyak 1.939 kegiatan.
Adapun pada tahun ini, sampai dengan triwulan kedua, OJK telah melakukan 226 kegiatan yang menyasar mahasiswa dengan peserta mencapai 35.380 orang. Adapun jumlah tersebut setara dengan 17,72 persen dari total kegiatan.
Selain pelaksanaan kegiatan edukasi keuangan, telah disusun pula konten dan materi melalui media sosial dengan jumlah konten pada tahun 2022 sebanyak 438 konten yang menjangkau 2,41 juta pengunjung. Hingga triwulan II-2023 terdapat 213 konten yang menjangkau 1,10 juta pengunjung.
Mengutip data OJK, hingga Juni 2023, total pinjaman berjalan (outstanding) industri financial technology peer to peer lendingmencapai Rp 52,70 triliun, bertumbuh 18,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun jumlah rekening penerima (borrower) aktif mencapai 18,16 juta rekening atau tumbuh 19,23 persen secara tahunan. Sementara jumlah rekening pemberi pinjaman (lender) aktif mencapai 158.616 rekening atau tumbuh 8,06 persen secara tahunan.