Imbas Perang Dagang, AS Relokasi Pabrik Sepatu ke Indonesia
Indonesia saat ini kalah dari Vietnam sebagai eksportir sepatu. Sejumlah strategi, seperti investasi, relokasi pabrik sepatu, hingga pemanfaatan perjanjian dagang, diharapkan dapat membalikkan posisi tersebut.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri alas kaki Tanah Air mendapat peluang pemulihan dari imbas perang dagang Amerika Serikat dan China. AS berencana merekolasi sejumlah pabrik sepatu di China dan Vietnam ke Indonesia. Indonesia menjadi pilihan karena pemilik merek dari AS melihat kinerja produksi sejumlah jenama besar sepatu di Indonesia.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) sekaligus Ketua Confederation of International Footwear Association (CIFA) Eddy Widjanarko, AS menyoroti China yang dinilai cenderung mendukung Rusia. Imbasnya, di tengah perang dagang antara kedua negara itu, AS mengurangi permintaan dari China, termasuk sepatu.
”AS mencari negara baru untuk relokasi dan investasi (alas kaki). Indonesia menjadi salah satu pilihan. Di saat yang sama, sejumlah pabrik sepatu di China tutup akibat resesi,” ujar Eddy di sela International Footwear Conference ke-40 di Jakarta, Jumat (4/8/2023). Dia melanjutkan, Indonesia menjadi pilihan karena AS menilai kinerja jenama besar sepatu di Tanah Air sangat kuat, seperti Nike, Adidas, dan Reebok. Di Indonesia, terdapat 44 pabrik Nike dan 20-30 pabrik Adidas.
Indonesia dinilai dapat mengelola produksinya di tengah pandemi sehingga dapat memenuhi permintaan pembeli. Kepercayaan terhadap Indonesia sebagai negara tujuan investasi jangka panjang menguat.
Eddy menambahkan, AS juga berencana merelokasi sejumlah pabrik sepatu dari Vietnam ke Indonesia. Relokasi itu disebabkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) saat pandemi Covid-19 di Vietnam yang membuat industri negara itu tidak mampu memenuhi permintaan pembeli. Sebaliknya, Indonesia dinilai dapat mengelola produksinya di tengah pandemi sehingga dapat memenuhi permintaan pembeli. Kepercayaan terhadap Indonesia sebagai negara tujuan investasi jangka panjang menguat.
Industri alas kali Tanah Air mengarahkan produksi untuk pasar ekspor. Namun, Badan Pusat Statistik mencatat, volume ekspor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki pada semester I-2023 sebanyak 188.587 ton atau melorot 16,79 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Secara spesifik, volume ekspor sepatu olahraga anjlok 28,42 persen.
Terkait relokasi, Eddy menuturkan, sejumlah pelaku usaha berminat ke Jawa Tengah karena upah minimum regional yang tergolong rendah dibandingkan provinsi lain. Saat ini, 79 pabrik sedang dibangun atau dalam persiapan konstruksi. Jumlahnya dapat bertambah hingga 100 pabrik pada tahun ini atau tahun depan. Menurut rencana, pada 2024, pabrik-pabrik itu siap berproduksi.
Investasi yang menyasar industri alas kaki di Jawa Tengah itu naik 96,5 persen per Juni 2023 dibandingkan tahun lalu. Data Kementerian Investasi menunjukkan, realisasi penanaman modal asing pada industri barang dari kulit dan alas kaki pada semester I-2023 sebesar 368,6 juta dollar AS, dengan 389 proyek.
Eddy menambahkan, terdapat 52 pengusaha Taiwan yang berencana menanamkan modal untuk membangun pabrik bahan baku sepatu di Indonesia. Hal ini akan menopang tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Pabrik yang ditargetkan terealisasi tahun depan ini juga akan mendukung produksi jenama-jenama besar sepatu. Bahan baku yang akan diproduksi seperti tekstil, kanvas, pelat untuk sepatu keamanan (safety shoes), bahan untuk sol, hingga foam untuk sepatu lari.
Terdapat 52 pengusaha Taiwan yang berencana menanamkan modal untuk membangun pabrik bahan baku sepatu di Indonesia. Hal ini akan menopang tingkat komponen dalam negeri.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Aprisindo Harijanto mengatakan, penurunan permintaan global terhadap produk alas kaki menjadi sorotan bagi anggota CIFA. Selain itu, terdapat tren permintaan konsumen terhadap produk alas kaki yang menerapkan prinsip kelestarian lingkungan.
Saat menghadiri International Footwear Conference ke-40, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menggarisbawahi posisi Indonesia yang kalah dari Vietnam sebagai eksportir sepatu. Menurut dia, kekalahan itu disebabkan oleh kinerja ekspor sepatu ke Uni Eropa (UE). Indonesia dikenai tarif bea masuk sekitar 9 persen, sedangkan Vietnam bebas bea masuk lantaran sudah memiliki perjanjian dagang dengan UE.
Laporan berjudul ”World Footwear Yearbook 2023” menyebutkan, Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara eksportir sepatu dengan pangsa pasar 3,5 persen dari total ekspor pada 2022. Adapun Vietnam berada di ranking kedua dengan pangsa pasar 9,9 persen. Jumlah sepatu yang diekspor Indonesia pada 2022 sebanyak 535 juta pasang, sedangkan Vietnam 1,505 miliar pasang.
Harijanto berharap, dengan penyelesaian Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-UE (I-UE CEPA), Indonesia dapat menempati ranking pertama sebagai eksportir sepatu dunia dalam dua-tiga tahun ke depan. Indonesia akan membuka pengadaan pemerintah untuk UE, bukan hanya pemain dalam negeri. Selain itu, UE juga meminta agar lelang pengadaan antarbadan usaha milik negara dibuat menjadi bersifat komersial, kecuali yang bersifat penugasan khusus.