Indonesia Kekurangan Insinyur, Kalah Jauh dari Vietnam
Industri juga perlu mengakomodasi gaji yang layak sebagai insentif bagi insinyur. Masih ada insinyur yang memperoleh gaji setara upah minimum regional sehingga membuat profesi itu tidak menarik.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi (kiri) memaparkan transformasi perusahaannya dalam diskusi bertema ”Membangun Masa Depan melalui Solusi Kerekayasaan yang Inovatif dan Berkelanjutan” di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Perbandingan jumlah insinyur terhadap penduduk di Indonesia diperkirakan lebih rendah 41,11 persen dibandingkan dengan jumlah insinyur di Vietnam. Angka itu tergolong rendah di tengah pembangunan yang tengah dipacu pemerintah. Agar laju pembangunan berdampak pada perekonomian, Indonesia mesti menggenjot jumlah insinyur.
Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia Bambang Goeritno memaparkan, jumlah insinyur di Tanah Air diperhitungkan sebanyak 5.300 orang per 1 juta penduduk, sedangkan di Vietnam mencapai 9.000 orang per 1 juta penduduk. ”Indonesia akan sulit mengejar Vietnam kalau jumlah insinyurnya tidak ditambah,” katanya dalam diskusi bertema ”Membangun Masa Depan melalui Solusi Kerekayasaan yang Inovatif dan Berkelanjutan” di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
Per Juni 2023, Bank Dunia mengestimasikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Vietnam pada 2023 dan 2024 masing-masing sebesar 6 persen dan 6,2 persen. Di sisi lain, pertumbuhan PDB Indonesia pada pada 2023 dan 2024 diproyeksikan masing-masing sebesar 4,9 persen.
Bambang berpendapat, jika Indonesia ingin menyusul laju pertumbuhan ekonomi Vietnam, rasio insinyur terhadap penduduk mesti minimal berada di angka yang sama. Jumlah insinyur di Indonesia juga perlu ditambah lantaran adanya sejumlah proyek strategis nasional (PSN) serta fokus pemerintah pada hilirisasi industri dan transisi energi.
Aktivitas di lokasi proyek pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate, Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023). Ini merupakan smelter kedua milik PT Freeport Indonesia untuk hilirisasi produk sumber daya mineral.
Laman resmi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas menunjukkan, terdapat 200 proyek dan 12 program yang termasuk PSN. Angka itu merujuk pada Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Permenko Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.
Menurut Bambang, jumlah insinyur perlu ditambah dengan magang pada bidang engineering, procurement, and construction (EPC) melalui kerja sama yang kuat dengan perguruan tinggi. Industri EPC juga perlu mengakomodasi gaji yang layak sebagai insentif bagi insinyur. Dia mengatakan, masih ada insinyur yang memperoleh gaji setara upah minimum regional sehingga membuat profesi itu tidak menarik.
Bambang menggarisbawahi, untuk menjadi insinyur perlu kemampuan berpikir secara logis, kedisiplinan, kreativitas, dan matematika. Kemampuan-kemampuan ini perlu dibina sejak usia dini sehingga tidak ada rasa takut untuk mengenal dan menggeluti profesi itu.
Dari segi pelaku industri, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia Dhira Nandana mengemukakan kesulitan untuk mencari insinyur. ”Salah satunya karena seseorang yang sudah nyaman tinggal di kota besar mesti pindah ke remote area (untuk mengerjakan proyek),” ujarnya.
Persoalan talenta dapat diatasi dengan mengintegrasikan pusat penelitian di perguruan tinggi dengan industri.
Sebagai salah satu strategi untuk memperoleh talenta insinyur, kata Dhira, pelaku industri akan merekrut lulusan baru (fresh graduate) untuk dibina sejak dini. Selain itu, dia menilai, persoalan talenta dapat diatasi dengan mengintegrasikan pusat penelitian di perguruan tinggi dengan industri.
Agar dapat memanfaatkan kesempatan pembangunan PSN, transisi energi, dan hilirisasi industri, pelaku industri EPC harus beradaptasi dan bertransformasi. Menurut Presiden Direktur & CEO Tripatra Engineers and Constructors Raymond Naldi Rasfuldi, insinyur dan sumber daya manusia (SDM) dalam industri EPC menjadi inti dan aktor transformasi. Oleh sebab itu, perusahaan mesti mendorong SDM dan insinyurnya cekatan dalam menanggapi perubahan serta tidak takut untuk berinovasi.
”Biasanya, jika (insinyur) tidak berhasil dalam efisiensi dan produktivitas, dia akan dimarahi, tidak mendapatkan kenaikan gaji, atau kontraknya tak diperpanjang. Hal ini harus berubah sehingga terbentuk lingkungan yang aman untuk gagal dalam berinovasi. Kami sedang mengupayakan lingkungan yang sehat untuk mengakomodasi inovasi dan insinyur mau mencobanya. Namun, tetap menghasilkan profit,” tuturnya.