Indonesia masih membutuhkan solusi konkret atas persoalan industri hulu-hilir karet. Adapun Thailand mulai menggulirkan program jaminan harga karet petani serta meningkatkan produksi, hilirisasi, dan ekspor karet.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
Harga karet alam dunia tengah bergejolak dan sempat anjlok di titik terendah tahun ini. Permintaan karet dan produk olahan karet juga belum tumbuh maksimal. Di sisi lain, produktivitas karet turun akibat dampak cuaca, penyakit gugur daun, dan mahalnya harga pupuk.
Indonesia dan Thailand, masing-masing negara produsen karet terbesar nomor dua dan satu dunia, menghadapi situasi dan kondisi yang kurang lebih sama. Bedanya, Indonesia masih membutuhkan solusi konkret atas persoalan industri hulu-hilir karet, sedangkan Thailand telah meminta bank-bank milik negara menyiapkan dana besar untuk menjamin harga di tingkat petani serta meningkatkan produksi, hilirisasi, dan ekspor karet.
TradingEconomics mencatat, harga karet alam berjangka pada penutupan perdagangan, Jumat (28/7/2023), naik menjadi 1,31 dollar AS per kilogram (kg). Harga komoditas itu kembali pulih dari level terendah selama tujuh bulan terakhir, yakni 1,27 dollar AS per kg pada 21 Juli 2023.
Namun, pertumbuhan harga karet alam itu, baik secara bulanan maupun tahunan, masih minus masing-masing 1,43 persen dan 17,55 persen. Hingga akhir triwulan III-2023, karet alam diperkirakan diperdagangkan seharga 1,25 dollar AS per kg.
TradingEconomics juga menyebutkan permintaan masyarakat kelas atas China kembali mengangkat harga karet. Hal itu juga turut ditopang kebijakan Beijing meningkatkan investasi swasta dan merevitalisasi daerah tertinggal di sejumlah kota besar di China.
Indonesia masih membutuhkan solusi konkret atas persoalan industri hulu-hilir karet, sedangkan Thailand telah meminta bank-bank milik negara menyiapkan dana besar untuk menjamin harga di tingkat petani serta meningkatkan produksi, hilirisasi, dan ekspor karet.
Kendati begitu, prospek pasokan karet alam dunia diperkirakan menciut. Produksi karet di negara-negara produsen utama, yakni Thailand, Indonesia, dan Malaysia, diperkirakan turun karena penyebaran penyakit daun dan gangguan cuaca.
Ketua Dewan Karet Indonesia Aziz Pane, Minggu (30/7/2023), mengatakan, kondisi hulu karet nasional saat ini tengah terpuruk. Setiap tahun, penyakit gugur daun selalu melanda sehingga memengaruhi produktivitas pohon karet.
Tak hanya itu, produktivitas tanaman karet juga terus menurun lantaran sudah banyak yang berusia 20-30 tahun. Rata-rata produktivitasnya 1,04 ton per hektar (ha) jauh dari negara-negara produsen karet lain yang mencapai 1,9 juta ton per ha.
”Produktivitas tanaman karet juga semakin berkurang sejak harga pupuk nonsubsidi melonjak. Sejak akhir tahun lalu, petani mengurangi pemupukan karena harga pupuk mahal,” kata Aziz Pane ketika dihubungi dari Jakarta.
Menurut Aziz, di tengah tantangan itu, harga karet pada tahun ini terus merosot. Kondisi-kondisi itu membuat banyak petani karet beralih menanam tebu atau kelapa sawit. ”Beragam persoalan di hulu itu mendesak untuk diatasi. Peremajaan tanaman karet perlu dilalukan. Petani karet juga membutuhkan pupuk dengan harga terjangkau agar produktivitas tanaman kembali meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, kata Aziz, pasar karet petani dan produk hilir karet perlu dikembangkan dan dilindungi. Banyak ban impor yang didatangkan, termasuk oleh produsen otomotif dan karoseri. Bahkan perusahaan pertambangan asal China, baik yang sudah beroperasi maupun belum beroperasi, masih banyak mendatangkan ban untuk alat berat.
”Memang, kapasitas ban alat berat di dalam negeri masih terbatas. Namun, dengan sumber karet yang berlimpah, Indonesia seharusnya dapat membuatnya sendiri melalui hilirisasi,” katanya.
Produksi karet Indonesia pada 2022 sebesar 3,14 juta ton. Dewan Karet Indonesia memperkirakan produksi karet pada tahun ini turun menjadi 2,9 juta-3 juta ton jika tidak ada penanganan di hulu.
Produksi karet Indonesia pada 2022 sebesar 3,14 juta ton. Dewan Karet Indonesia memperkirakan produksi karet pada tahun ini turun menjadi 2,9 juta-3 juta ton jika tidak ada penanganan di hulu.
Pada tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menggulirkan program Peningkatan Produksi Karet. Dua di antaranya melalui pengendalian penyakit gugur daun dan pengembangan karet, termasuk peremajaan.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alamsyah menyatakan, pengendalian penyakit gugur daun akan dilakukan di sentra produkai karet di Sumatera dan Kalimantan. Adapun peremajaan tanaman karet akan digulirkan dengan pendanaan dari negara dan kredit usaha rakyat.
Pengembangan karet melalui APBN 2023 menyasar 6.900 ha tanaman karet. Dari luasan itu, 700 ha berupa peremajaan, 100 ha perluasan, dan 6.100 ha intensifikasi tanaman karet.
Sementara itu, berdasarkan catatan Statista, Thailand merupakan negara produsen karet alam terbesar dunia, yakni sebanyak 4,75 juta ton pada 2022. Nilai ekspor karet dan produk olahan karet negara tersebut mencapai 4,1 miliar dollar AS.
Pada tahun ini, Thailand menargetkan ekspor karet dan produk olahan karet tumbuh 5 persen dibandingkan dengan tahun lalu di tengah tren penurunan harga karet global. Selain melanjutkan program peremajaan tanaman karet, Pemerintah Thailand juga akan menggulirkan dana 7,6 miliar baht atau sekitar 218 juta dollar AS secara bertahap, terutama untuk menjamin harga karet di tingkat petani.
Program itu menyasar 1,6 juta petani karet. Dari jumlah itu, sebanyak 1,37 juta orang merupakan petani pemilik kebun serta sisanya merupakan petani penggarap dan penyadap. Melalui inisiatif itu, para petani sasaran akan mendapatkan kompensasi jika harga pasar karet turun di bawah patokan.
Petani dijamin mendapatkan kompensasi dengan harga maksimum 60 baht per kg untuk lembaran karet mentah, 57 baht per kg untuk lateks, dan 23 baht per kg untuk gumpalan cangkir. Petani pemilik kebun berhak menerima 60 persen dari harga, sedangkan penyadap 40 persen (Bangkok Post, 1 Maret 2023).
Petani dijamin mendapatkan kompensasi dengan harga maksimum 60 baht per kg untuk lembaran karet mentah, 57 baht per kg untuk lateks, dan 23 baht per kg untuk gumpalan cangkir. Petani pemilik kebun berhak menerima 60 persen dari harga, sedangkan penyadap 40 persen.
Kemudian per 31 Mei 2023, sembilan kementerian dan lembaga di Thailand telah menandatangani nota kesepahaman terkait dengan pembiayaan tersebut. Lembaga tersebut termasuk kamar dagang dan industri, sejumlah bank milik negara, bank dan koperasi pertanian, perusahaan penjamin kredit, dan bank ekspor-impor.
Menteri Keuangan Arkhom Terpittayapaisith menyatakan, pinjaman tersebut akan mendukung pelaku industri hulu-hilir karet, mulai dari petani karet, pabrik pengolahan lateks, hingga pabrik penghasil produk karet. ”Kerja sama itu tidak hanya untuk menjamin harga karet di tingkat petani, tetapi juga memberikan akses kerja sama petani dengan industri karet untuk meningkatkan nilai tambah produk agar dapat bersaing secara berkelanjutan di pasar global,” katanya (Pattya Mail, 4 Juni 2023).