Langkah Konkret Pemerintah Ditunggu untuk Selamatkan Industri Karet Nasional
Langkah konkret pemerintah ditunggu untuk menyelamatkan industri karet nasional yang terpuruk. Saat sejumlah negara ekspansi, kebun karet Indonesia menyusut dan pabrik karet tutup satu per satu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Langkah konkret pemerintah pusat dan daerah ditunggu untuk menyelamatkan industri karet nasional yang terpuruk. Saat sejumlah negara melakukan ekspansi, kebun karet Indonesia terus menyusut dan pabrik karet remah tutup satu per satu. Upaya pemerintah belum terlihat dalam menyelamatkan industri karet.
Kepala Bidang Pembinaan Usaha Dinas Perkebunan dan Peternakan Pemerintah Provinsi Sumut Zulkifli Hasibuan, Kamis (6/7/2023), mengatakan, terpuruknya industri karet secara nasional diakibatkan oleh harga karet dunia yang anjlok. Hal ini membuat harga di tingkat petani anjlok sehingga banyak yang menebang tanaman karet dan mengganti dengan tanaman lain.
”Kami berkali-kali menawarkan program peremajaan tanaman karet kepada petani di sejumlah daerah di Sumut. Namun, mereka memilih mengganti menjadi tanaman lain karena harga karet tidak menjanjikan,” kata Zulkifli.
Menurut Zulkifli, pemerintah bukan tidak melakukan upaya. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, misalnya, melaksanakan program peremajaan karet petani. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan produktivitas karet petani yang saat ini sangat rendah karena tanaman yang sudah tua dan bibitnya yang tidak bagus.
Akan tetapi, petani di sejumlah daerah tidak mau melakukan peremajaan. Mereka memilih menebang tanaman karet dan menggantinya dengan jenis tanaman lain, seperti sawit. Hanya ada beberapa petani yang mau menerima program peremajaan karet itu, yakni di Kabupaten Nias Utara. ”Ada 200 hektar kebun karet yang diremajakan di Nias Utara dengan pendanaan dari Ditjen Perkebunan,” kata Zulkifli.
Zulkifli menyebut, mereka juga mendorong pembentukan unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet (UPPB). Skema kemitraan ini dibuat agar petani mendapat porsi harga yang lebih baik dibandingkan menjual sendiri-sendiri. Namun, skema ini juga tidak berjalan dan mulai ditinggalkan petani.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alamsyah belum merespons pertanyaan saat dimintai komentar mengenai penyelamatan industri karet nasional ini.
Ketua Dewan Karet Indonesia A Aziz Pane mengatakan, industri karet merupakan salah satu penopang ekonomi nasional. Karena itu, pemerintah harus mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan industri ini. Ada 2,9 juta petani karet di Indonesia yang sumber ekonomi keluarganya bergantung pada kebun karet seluas 3,6 juta hektar.
Jika semua rantai pasok diperbaiki, mulai dari hulu hingga hilir, prospek bisnis industri karet masih sangat besar. ”Sejumlah negara melihat peluang ini sehingga mereka melakukan ekspansi perkebunan karet, seperti Vietnam, Laos, Kamboja, hingga Pantai Gading. Luas kebun karet kita malah terus menurun dan pabrik karet krisis pasokan,” katanya.
Aziz mengatakan, pemerintah harus berupaya menyetop alih fungsi kebun karet. Pemerintah juga harus mendorong peremajaan kebun karet untuk meningkatkan produktivitas. Pemerintah juga perlu mendorong agar industri hilir, seperti pabrik ban, bisa membantu petani melakukan peremajaan.
Anjloknya harga bukan satu-satunya penyebab petani meninggalkan kebun karet. Kebun karet tidak menguntungkan karena produktivitas kebun karet petani rata-rata 300 kilogram karet kering per hektar per tahun. Sementara negara penghasil karet lainnya punya produktivitas 1.300 kilogram.
Aziz mengingatkan, hingga kini Indonesia masih merupakan negara penghasil karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Secara kualitas, kualitas karet Indonesia lebih baik, khususnya untuk memproduksi ban. ”Ban dari Indonesia memenuhi semua standar ban dunia, baik untuk Eropa, Jepang, maupun Amerika Serikat,” katanya.
Pabrik ban juga telah berdiri di Indonesia sejak tahun 1935, yakni pabrik ban Goodyear di Kota Bogor, Jawa Barat. Sejak saat itu, sejumlah pabrik ban didirikan oleh perusahaan multinasional dan nasional di Indonesia. Namun, saat ini, industri karet di Indonesia terpuruk.
Pabrik karet remah tutup satu per satu di sejumlah daerah di Sumatera dan Kalimantan. Bahan baku yang didapat rata-rata hanya 50 persen dari kapasitas terpasang.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah mengatakan, sedikitnya sudah enam dari 36 pabrik karet remah yang tutup di Sumut dalam lima tahun ini. Total kapasitas terpasang pabrik karet di Sumut mencapai 886.484 ton per tahun.
”Namun, pada 2022, bahan baku yang ada hanya cukup untuk memproduksi 430.632 ton karet remah atau hanya 48,5 persen dari kapasitas terpasang,” kata Edy.
Sungkunen Tarigan, Ketua Kelompok Tani Mbuah Page di Desa Kuta Jurung, Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, lima tahun lalu semua keluarga di desanya mempunyai tanaman karet. ”Saat ini hanya tinggal lima keluarga yang masih rutin bertani karet di desa kami,” kata Sungkunen.
Sungkunen menyebut, kebun-kebun karet yang bisa dijangkau oleh mobil langsung dialihfungsikan menjadi kebun sawit. Kebun yang tersisa tinggal yang berada di lereng-lereng bukit yang sulit ditanami sawit dan diakses kendaraan. Harga karet yang saat ini hanya berkisar Rp 8.500 per kilogram membuat petani meninggalkan karet.