Investasi di Sektor Pariwisata Ditargetkan 8 Miliar Dollar AS
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia cenderung meningkat. Destinasi pariwisata sebaiknya terus diperbaiki atau dibangun sehingga menjadi lebih memikat wisatawan untuk datang.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menargetkan realisasi investasi di sektor pariwisata bisa mencapai 6-8 miliar dollar AS pada akhir 2023. Sebanyak 20–30 persen di antaranya akan diperuntukkan bagi pengembangan destinasi superprioritas.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, di Jakarta, Rabu (12/7/2023), mengatakan, hingga kini masih ada beberapa hambatan klasik terkait realisasi investasi, yakni lahan dan perizinan. Guna mengatasi permasalahan itu, pemerintah telah memformalkan kebijakan kawasan ekonomi khusus pariwisata.
Soal bagaimana memikat investor pariwisata, Sandiaga menyampaikan, pemerintah telah membentuk Forum Investasi Pariwisata (Tourism Investment Forum/TIF) yang akan digelar rutin setiap satu atau dua tahun sekali. TIF pertama akan digelar di Bali pada 26–27 Juli 2023.
”Kalau kami bisa memperoleh indikasi investasi 1–1,5 miliar dollar AS dari TIF, itu akan sangat baik membantu pemenuhan target investasi pariwisata nasional. Berdasarkan pengalaman, 20 persen dari indikasi investasi yang muncul di forum akan tercapai,” ujar Sandiaga.
Wakil Ketua Umum Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Triawan Munaf berpendapat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia terus meningkat. Situasi itu semestinya jangan membuat pelaku industri pariwisata menjadi terlena.
”Indonesia semestinya lebih siap. Destinasi-destinasi pariwisata sebaiknya harus terus diperbaiki atau dibangun sehingga menjadi lebih baik dan menarik wisatawan untuk datang,” katanya.
Menurut dia, perbaikan atau pembangunan destinasi pariwisata memerlukan dukungan investor, bukan hanya anggaran negara. Dia tidak merinci proyeksi total investasi yang sebenarnya dibutuhkan untuk membangun destinasi pariwisata nasional.
Sebaliknya, Triawan yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama InJourney (induk BUMN untuk sektor aviasi dan pariwisata) ini memberikan gambaran kebutuhan investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Bali. Realisasi investasi di KEK Sanur masih sekitar 35 persen dari target. ”Saya rasa, kondisi perekonomian Indonesia masih memikat investor luar negeri,” ujar Triawan.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Iklim Usaha Investasi Kadin Indonesia BM Koesoemawardhana menyampaikan bahwa Kadin Indonesia akan terlibat dalam penyelenggaraan TIF 2023. Sejumlah investor dipastikan akan hadir dan memberikan paparan. ”Kebanyakan investor membidik perhotelan. Kami menduga hal ini sejalan dengan kunjungan wisman yang berangsur-angsur pulih,” kata dia.
Aspek lingkungan
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, pada triwulan I-2023, realisasi penanaman modal asing (PMA) hotel dan restoran di Indonesia tercatat 189,1 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,77 triliun dari total 3.129 proyek. Sementara realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) hotel dan restoran mencapai Rp 5,18 triliun dari total 6.267 proyek.
Ketua East Java Tourism Forum Agus Wiyono, saat dihubungi terpisah, mengatakan, di antara destinasi prioritas atau destinasi superprioritas (DSP) yang telah ditetapkan, terdapat taman nasional yang selama ini juga memiliki peran konservasi. Dia memandang rencana pembangunan di destinasi seperti itu idealnya tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Model pembangunan semestinya menggunakan pendekatan partisipatif masyarakat setempat. Kepentingan mereka seharusnya diutamakan pemerintah dibandingkan investor yang masuk.
”Pemerintah sebenarnya sudah menggaungkan prinsip keberlanjutan lingkungan, tetapi pada praktiknya sering inkonsisten. Hal seperti ini yang sebenarnya perlu dikhawatirkan. Kami tidak anti terhadap investor, tetapi kami khawatir bagaimana pengawasan investasi dan keberlanjutan lingkungan bisa dijalankan,” kata dia.