Google: Lingkungan Inovasi Kecerdasan Buatan Perlu Bertanggung Jawab
Adopsi kecerdasan buatan berkembang di antara pelaku bisnis di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Inovasi kecerdasan buatan tipe generatif terus berlanjut dan dituntut bertanggung jawab.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Google berkomitmen mendukung lingkungan inovasi kecerdasan buatan yang bertanggung jawab. Dalam setiap pengembangan kecerdasan buatan, Google mengikuti prinsip etika global.
”Kami terbuka bekerja sama dengan pemerintah, termasuk Pemerintah Indonesia untuk membuat lanskap kecerdasan buatan lebih baik, lingkungan kecerdasan buatan yang sehat (bertanggung jawab),” ujar Direktur Regional Google Cloud untuk Indonesia dan Malaysia Megawaty Khie, di sela-sela Google Cloud Jakarta Summit 2023, Kamis (8/6/2023), di Jakarta.
Sejak 2018, Google telah menjadi perusahaan pertama yang mengeluarkan batasan/prinsip tentang penggunaan kecerdasan buatan agar aman. Beberapa pekan lalu, Google telah merilis Agenda Bersama untuk Perkembangan Kecerdasan Buatan yang Bertanggung Jawab di blog resmi perusahaan.
Dalam laporan itu, selain mendorong tanggung jawab, Google menganjurkan pemerintah untuk fokus membuka peluang dengan memaksimalkan potensi ekonomi dan meningkatkan keamanan global sembari mencegah kejahatan siber yang mengeksploitasi teknologi kecerdasan buatan.
”Kita berdiri di depan pintu era baru. Kita bisa merancang kembali cara-cara untuk meningkatkan taraf hidup miliaran orang secara signifikan, membantu bisnis agar maju dan terus berkembang, dan membantu masyarakat menghadapi permasalahan yang sulit. Pada saat yang sama, kita semua harus melihat dengan jernih bahwa kecerdasan buatan juga bisa membawa risiko dan tantangan,” tulis laporan itu.
Dalam laporan Agenda Bersama untuk Perkembangan Kecerdasan Buatan yang Bertanggung Jawab, Google menyatakan, kecerdasan buatan terlalu penting untuk tidak dengan baik.
Dari sisi komputasi awan, Google diketahui terus-menerus membangun kemampuan produknya melalui perangkat keras, perangkat lunak, dan melatih kecerdasan buatan di jaringan pusat data. Google Cloud sekarang meluncurkan penambahan kemampuan kecerdasan buatan tipe generatif untuk produk Vertex AI.
Diadopsi perusahaan
Di tingkat global, sejumlah perusahaan telah menerapkan kecerdasan buatan, seperti Volkswagen untuk keperluan desain mobil dan Wendy’s untuk memproses pesanan. Di Indonesia pun sama. Di antara mereka bahkan siap mengadopsi tipe generatif.
Director of Digital and Information Technology PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Arga Nugraha, yang hadir di acara sama, mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir, BRI berusaha membawa banyak proses bisnis ke ranah digital. Perusahaan juga sudah menetapkan tema composable, yang terdiri dari resiliensi, open banking, dan kecerdasan buatan/mesin pembelajaran.
Untuk resiliensi, BRI sudah mengadopsi komputasi awan untuk pengoperasian aplikasi -aplikasi layanan. Sementara composable dari sisi open banking, BRI telah menerapkannya dengan mitra, seperti perusahaan rintisan bidang teknologi finansial, dan layanan BI-Fast.
Adapun penerapan strategi composable dari sisi kecerdasan buatan/mesin pembelajaran, BRI mengimplementasikan kecerdasan buatan untuk kebutuhan customer engagement, analisis risiko gangguan, menilai kelayakan kredit seseorang, serta layanan dan operasional yang bersifat cerdas.
”Kami juga mengeksplorasi kecerdasan buatan tipe generatif untuk memperbaiki kualitas chatbot. Kami tidak ingin percakapan yang dihasilkan oleh chatbot kami semakin tidak kaku. Selain bisa meningkatkan pengalaman nasabah, upaya ini diharapkan (kelak) mampu menurunkan call back secara signifikan dan ‘menghemat’ peran agen customer service,” kata Arga.
Masih terkait kecerdasan buatan generatif, lanjut Arga, BRI pun sedang mengeksplorasi pemanfaatannya untuk tugas-tugas operasional. Misalnya, automasi pembuatan konten, membuat kesimpulan hasil rapat, surel, dan pemahaman dokumen.
BRI juga sudah mempunyai pusat unggulan kecerdasan buatan. Keberadaannya bertujuan untuk riset produk dan layanan perbankan berbasis kecerdasan buatan. Selama riset, BRI berkomitmen tetap menjunjung perlindungan data konsumen.
”Kami memang selalu berusaha menciptakan sumber pendapatan baru di era digital, tetapi prinsip kami yaitu uang dan data nasabah harus terlindungi. Kemunculan kecerdasan buatan, termasuk tipe generatif, tampak seru. Namun, sekali lagi, kami selalu menekankan bahwa pemanfaatan teknologi digital harus sinkron dengan nilai -nilai yang dibutuhkan konsumen,” ucap Arga.
Sementara itu, Chief Platform Officer KoinWorks Jonathan Bryan mengatakan, pihaknya memanfaatkan analitik komputasi awan dan kecerdasan buatan untuk memeriksa pemahaman konsumen (know your customer) dan pemahaman bisnis (know your business) sebelum menyetujui permohonan kredit. Cara seperti ini diyakini mampu mengetahui potensi masalah gagal bayar.